35 - It's Miracle

7K 808 27
                                    

Perjalanan kali ini cukup aneh menurut Varel. Ia bahkan canggung ketika ingin bertanya. Tapi, hal yang mau ditanya tak tau apa. Tapi, dari hati yang paling dalam, ada pertanyaan yang ingin diungkapkan. Masalahnya, pertanyaannya apa? Kenapa jadi susah melakukannya? Padahal ini seperti biasanya. Bedanya, manusia di depannya ini sedang lupa ingatan.

Pertengahan jalan, mereka terjebak lampu merah. Ini hal yang selalu dirasakan Varel setiap terjebak lampu merah. Tak perlu dijelaskan, kalian tau apa yang dilakukan manusia bernama Revan itu setiap kali berhenti menunggu lampu hijau.

Mendadak, dunia Varel berubah. Ia merasa seperti tidak mengenal orang yang di depannya ini. Pria itu malah asik bersiul sambil memegang stang motornya. Bahkan mengajak ia berbicara pun tidak. Biasanya, pria itu akan bertanya bagaimana harinya di sekolah. Pelajaran apa yang paling nyebelin. Bahkan rencana kehidupan mereka kedepannya. Tapi, ini tidak.

Ahh...

Hampir lupa.

Dia lupa ingatan.

Tapi, dengan perlakuan ini gak menutup kemungkinan Varel merindukannya. Walaupum sederhana, tapi perlakuan itu sangat manis menurut Varel. Karena jika Revan menyentuh lututnya, sentuhan itu akan terasa sampai ke dadanya dan tembus menuju hatinya. Itu yang membuat hal itu terasa spesial dan tak ada seorang pun yang bisa menggantikannya.

Lampu hijau sudah menyala. Seluruh kendaraan langsung berjalan seperti sedang berlomba untuk mencapai kemenangan. Termasuk Revan yang langsung menarik gasnya. Sejauh ini, Varel sudah tak memeluknya lagi. Tapi, pria itu masih tidak mempermasalahkannya. Karena, Revan yang dulu akan marah jika tangan itu tidak menyentuh perutnya. Alasannya sederhana. Takut Varel jatuh.

Kali ini berbeda. Pria itu bahkan tak protes saat Varel pelan-pelan melepaskan tangannya. Seolah tak merasakan apa-apa. Cukup sakit hati. Tapi, Varel memakluminya. Gak mungkin ia marah karena perlakuan pria ini sudah tidak manis lagi. Nanti kalau ingatan itu kembali, semua yang dulu pernah ada akan kembali lagi. Termasuk kecupan selamat malam.

Mereka sampai di tengah hutan. Varel turun dari motor Revan dan diikuti pria itu yang langsung mengunci stang motornya. Mereka berjalan menyusuri hutan seperti biasanya. Tak banyak bicara. Hanya suara langkah yang membuat keadaan mereka sedikit berisik.

Sampai di danau, Varel langsung berjalan menuju dermaga kayu. Pria yang masih belum sadar itu mengikutinya dari belakang. Menatap Varel dengan tatapan penuh tanya. Pikiran yang berkata bahwa pria itu sering sekali muncul di pikirannya.

"Kamu... Senang banget kelihatannya," Revan duduk di ujung dermaga mengikuti Varel yang sudah duduk sejak tadi.

"Aku kangen tempat ini," menghirup udara di danau adalah hal yang dirindukan Varel sejak lama. Intinya, ia kangen tempat ini. Tempat ternyaman yang berhasil Revan tunjukkan ke dia.

"Kamu sering ke sini?"

"Iya."

"Sama siapa?"

"Sama orang yang masih aku sayangi sampai detik ini."

Mendengar kalimat itu, Revan langsung menoleh ke arah Varel dan menatap pria itu. Bayang-bayang tentang pria yang selama ini menghantuinya mulai terlihat jelas. Hal itu masih ia ragukan.

"Siapa?"

"Rahasia," jawaban itu membuat senyuman di wajah Revan terlukis dengan sempurna.

Love Addictive ✔️Where stories live. Discover now