17 - Sorry

10.2K 1K 10
                                    

Setiap harinya setiap kali Revan latihan, Varel selalu menunggunya. Ia terus memerhatikan kekasihnya itu. Setiap pergerakannya melepar bola. Mendribling bola lalu melempar ke tim nya. Memasukkannya ke dalam ring. Semuanya kelihatan memukau. Mendadak dunia Varel seakan diatur menjadi slowmo. Setiap pergerakan Revan menjadi lambat. Keringatnya yang membasahi tubuhnya membuat pria itu menjadi semakin seksi.

Revan berlari ke arah Varel. Ia melepas bajunya lalu meletakkannya di bahunya. Tubuh atletis pria itu membuat Varel medadak salah fokus. Ia langsung mengalihkan pandangannya. Tak tahan melihat pemandangan yang membuat jantungnya gak karuan itu.

"Habis ini kita kemana?" tanya Revan sambil meminum air yang diberikan Varel barusan. Lalu duduk di samping Varel sambil mengusap keringat di jidatnya.

"Pulang," Varel melirik Revan lalu kembali mengalihkan pandangannya ke yang lain. Memang bukan kali ini ia melihat tubuh atletis kekasihnya itu. Ini udah latihan ke-5, tapi Varel masih saja gugup jika melihat roti sobek milik kekasihnya itu.

"Oh." Revan menutup tutup botolnya lalu meletakkannya disampingnya.

"Udah latihannya?" tanya Varel.

"Udah, tuh anak-anak udah bubar," Revan menunjuk ke arah timnya dan pak Rhey yang mulai berpergian dari lapangan.

"Trus? Kita ngapain?"

"Tunggu sebentar," Revan memutar kepalanya menatap Varel yang duduk di sampingnya. "Aku masih belum puas liatin kamu hari ini," lanjutnya sambil tetap menatap Varel yang sudah tersipu malu di sana.

Varel tersenyum tipis. Ia tak berani menatap Revan. Takut terhipnotis. Sekarang aja jantungnya sudah tak karuan.

"Gombal!"

Revan tertawa melihat tingkah lucu Varel kekasih nya itu. Melihat Varel tersipu malu seperti ini membuat ia gamas sendiri dan ingin menciumnya. Tapi dia bisa menahan nafsunya.

"Pulang?" tanya Revan yang langsung dibalas dengan anggukan Varel.

"Yaudah, yuk!" Revan memegang tangan Varel lalu berdiri. Mereka berjalan sambil berpegangan tangan. Sebelum pulang mereka ke loker dulu mengganti baju Revan. Setelah itu mereka pulang.

Revan berhasil mengantar Varel sampai rumahnya. Varel melihat mobil papanya sudah ada di garasi. Melihat itu, Varel langsung menatap Revan yang terus memandangi mobil itu.

"Kenapa?" tanya Varel.

"Hah? Engga, masuk gih, udah mau magrib."

"Iya, hati-hati ya!"

"Iya."

Revan menyalakan motornya. Sebelum pergi, ia melihat Varel lalu tersenyum kemudian kembali menatap mobil milik papanya Varel. Setelah itu ia menarik gasnya.

Setelah kepergian Revan, Varel masuk ke rumah dengan senyum sumringah di wajahnya. Dilihatnya di ruang tengah papa dan mama di sana.

"Varel pulang," ucap Varel sambil jalan menyalam Frans dan Karina. Setelah itu langsung masuk ke kamar.

***

Hari ini Revan  tidak latihan basket. Pak Rhey bilang hari ini istirahat dan besok sudah puncaknya. Jadi, Revan kini duduk di kelas sambil mendengar suara indah milik Maudy Ayunda menyanyikan lalu perahu kertas. Matanya tertutup menikmati setiap melodi yang keluar dari lubang earphonenya.

Love Addictive ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora