37 - Masih Betah

7.1K 765 31
                                    

Minggu depan SMA Bangsa akan mengadakan ujian semester. Peringatan itu membuat hampir seluruh siswa di sekolah itu terlihat panik dan mulai belajar. Tapi, gak menutup kemungkinan masih ada juga yang terlihat santai dan tidak peduli. Toh juga cuma ujian semester. Ujian hidup lebih sulit.

Begitu juga dengan Varel. Dia terlihat santai tapi tetap peduli. Hanya saja, santainya Varel di sini berbeda dengan santainya anak brandalan di sekolahnya. Dia santai karena mengerti semua materi. Paling, tinggal mengulangnya sebentar.

Varel terlihat santai, begitu juga dengan Revan. Remaja di depannya sedang sibuk mengerjakan soal, dia malah sibuk memandanginya tanpa henti. Selama 16 tahun dia hidup, dia baru merasakan yang namanya belajar bersama seperti ini. Biasanya, dia gak akan belajar. Tapi dia tetap bisa menjawab soal ujian. Walaupun masih ada yang salah. Tapi yang penting, nilainya selalu di atas rata-rata.

"Jangan dipaksain banget," Revan menatap Varel yang sejak tadi mengerjakan soal matematika di bukunya.

"Aku gak maksain, aku cuma ngulang."

"Kenapa diulang? Tenang aja, kamu pasti paling tinggi lagi kok, santai aja."

"Mengulang untuk diingat gak salah kan?"

"Iya juga."

Mereka menghabiskan waktu istirahat mereka di kelas XI IPA3. Suatu kebiasaan Varel kalau mendekati ujian semester. Dia gak akan kemana-mana selain mengulang materi di kelas. Yulia yang sudah tau itu sejak dulu pun maklum. Paling dia dapat tugas yaitu bawain Varel makanan.

Sedang asik beradu argumen tentang ujian sekolah dan nilai, seseorang masuk ke dalam kelas. Mata mereka seketika langsung fokus pada orang itu yang kini sudah duduk di kursi yang ada di depan Varel.

"Varel, gue bisa minta tolong gak?" tanya Bara, orang yang datang mengganggu masa bersama mereka.

"Apa?"

"Ajarin gue materi ini," Bara menunjukkan bukunya yang menampilkan tentang elastisitas dan hukum hooke.

"Seriusan lo gak ngerti ini?"

"Sumpah, ini tuh gue bingung banget."

"Astaga."

Varel dan Bara asik berdebat tentang materi yang gampang menurut Varel tapi sulit bagi Bara. Bisa-bisanya Bara sang master fisika awalnya bisa gak paham tentang materi itu. Walaupun, sekarang dia beralih ke kimia, tapi gak mungkin dia bisa langsung gak paham karena itu.

Karena terlalu asik menjelaskan materi, Varel sampai lupa ada pria yang nganggur di sampingnya. Pria itu terus saja melihat kedekatan dua orang itu dengan hati yang mulai panas. Seluruh jiwanya sudah bergejolak karena rasa cemburu yang kini mulai menyelimutinya. Darahnya yang awalnya di tumit kaki sekarang sudah sampai di ubun-ubun.

"Mau kemana?" tanya Revan saat melihat Varel dan Bara berdiri bersamaan. Matanya seketika terfokus pada dua tangan yang kini sedang bergandengan.

"Ke kelas Bara, kenapa?"

"Ngapain?"

"Mau ngajarin dia."

"Itu kenapa pegang-pegang?"

"Hah?" Pandangan Varel beralih ke tangan Bara yang kini menggenggan tangannya.

Melihat respon Revan yang seperti itu membuat Bara langsung mendekatkan wajahnya ke Revan. Dia menyentuh kening pria itu dengan telapak tangannya.

"Ingatan lo udah balik?"

"Gak usah dekat-dekat!" Revan menjauhkan wajahnya.

"Ingatan kamu udah balik?" tanya Varel antusias.

Love Addictive ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang