BAGIAN 38

2.5K 332 59
                                    

SELAMAT MEMBACA
.
.
.
.

Krystal menatap tak percaya pada Kai, tubuhnya bergetar dan setetes air mata jatuh ke pipinya. "Kau bercanda Kai?" Kai menatapnya dalam lalu menggeleng pelan, bangkit dari duduknya menghampiri Krystal.

"Aku sungguh-sungguh, aku mencintaimu Klee." perasaan Krystal langsung membuncah bahagia, dia tidak pernah menyangka Kai akan memilihnya. Krystal berdiri lalu memeluk pria itu. "aku juga mencintaimu Kai." ucapnya, Kai tersenyum menenggelamkan kepala pada leher Krystal, menghirup baunya banyak-banyak.

"lalu Jennie bagaimana?" tanya Krystal yang sedikit bersalah mengingat gadis itu, Kai mengeratkan pelukannya. "aku akan mengakhirinya, tenanglah biar aku yang mengurusnya." Krystal mengangguk, menikmati pelukan Kai.

***

Kai menghela nafasnya sebelum memecet bel, dia kini sedang berdiri di depan pintu apartemen Jennie untuk mengakhiri semuanya, namun hingga bel kelima Jennie tak kunjung menjawab. Kai mulai mengerutkan dahinya, tadi sebelum kemari dia sudah bertanya ke manager Jennie apakah gadis itu ada di apartemennya dan sang manager mengiyakan.

Karena tak sabar, Kai akhirnya menekan password apartemen itu membukanya perlahan namun kegelapanlah yang malah menyapanya hanya cahaya matahari dari sela-sela jendela yang tak tertutup tirai yang menerangi apartemen sunyi itu.

Tempat ini terlalu sunyi seperti tak berpenghuni, perasaan Kai mulai tak enak ketika melangkah masuk menuju ke ruang tengah yang tampak berantakan, pria itu langsung menuju ke arah kamar Jennie dan terkejut menemukan gadis itu tergeletak di lantai tak sadarkan diri.

"Jen, Jennie bangunlah." Kai mencoba menyadarkan Jennie yang tampak pucat, menepuk pipinya pelan namun Jennie tak kunjung membuka matanya, tanpa menunggu lagi Kai segera membopong Jennie untuk di bawa ke rumah sakit.

Kai menunggu di unit gawat darurat sembari memperhatikan Jennie yang tengah di periksa oleh dokter, dia kini tak tahu harus bagaimana, bahkan dia lupa mengabari Krystal padahal mereka sudah berjanji akan mengunjungi rumah ibunya, ah benar Krystal, Kai segera membuka ponselnya dan menghubungi gadis itu.

"Klee."

"Kau sedang apa?"

"Maaf kita sepertinya tidak bisa ke rumah eomma hari ini."

"aku sedang banyak pekerjaan." Kai menggigit bibirnya, dia tak tahu mengapa di berbohong padahal itu tak perlu. "Baiklah, istirahatlah."

Kai menutup teleponya dengan menggumamkan kata maaf, ia meruntuki dirinya yang berbohong namun entah kenapa ia merasa tidak bisa mengatakan yang sebenarnya mengenai ini.

Dokter menghampirinya, Kai langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku. "Bagaimana keadaannya?"

"Nona Jennie sepertiny mengalami panic attack yang cukup parah dan stress berlebihan, kami sudah memberikan obat penenang, dia harus istirahat, jangan membebani pikirannya dulu, dia harus rileks untuk saat ini." penuturan dokter itu membuat Kai menggigit bibirnya, kini kepala pening, entahlah ketika ia sudah membuat keputusan selalu saja ada yang terjadi.

"Terima kasih dok."

***

Kai duduk diam sembari mengamati Jennie yang masih terlelap di ranjang rumah sakit, gadis itu harus di rawat beberapa hari disini hingga kondisinya baik. Ini sudah malam dan seharusnya Kai pulang namun dia tidak bisa meninggalkan Jennie sendiri dalam kondisi seperti ini, itu sangat kejam.

Kai melirik jam di pergelengan tangannya, ia khawatir Krystal akan menunggunya, Kai memutuskan mengirim Krystal pesan ketika lenguhan keluar dari Jennie. Kai mendongak memerhatikan Jennie yang perlahan membuka matanya, pria itu berdiri. "Kau baik-baik saja?"tanyanya, Jennie tersenyum kecil lalu mengangguk.

THE DEALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang