3

5.9K 347 0
                                    

Niko menyajikan nasi goreng buatannya diatas piring yang telah disiapkannya tadi, hati Niko berbunga-bunga senyuman terus ia pampangkan sedari tadi.

Kakinya melangkah menuju kamar yang seharusnya miliknya namun sekarang berganti alih menjadi milik nya dan pujaan hatinya.

"basuh dulu tubuhmu, seengaknya gantilah pakaianmu dengan pakaian kering." suara itu menghentikan langkah Niko, Niko tak menyangka bahwa ia akan mendapatkan perhatian kecil seperti ini.

Niko melangkahkan kaki menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar tidurnya.

Selesai membasuh seluruh tubuhnya dengan air Niko terhenyak, ia lupa membawa pakaian ganti yang seharusnya ia bawa tadi.

"kamu masih didalam?" tanya suara dari luar pintu kamar mandi.

"a - ah iya aku lupa membawa pakaianku dan tentunya handukku," jawab niko menyengir dan menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

"hahahaha kamu lucu, pantas saja kamu mendekam terlalu lama disana." tawa itu ia telah mendengarnya, tawa dari pujaan hatinya.

"oh iya ini handuk mu aku bawakan, dan tidak lupa dengan pakaianmu. Bila kamu menginginkannya maka buka pintu ini sedikit, aku akan mengulurkan tanganku kedalam sana." Niko mengikuti arahan dari remaja itu.

"aku malu," Niko terus mengingat kejadian tadi, ia malu sekaligus senang mendapatkan perhatian yang belum sama sekali ia rasakan dulu.

"hei, ayo kemeja makan aku sudah membuatkanmu nasi goreng. Apakah kau menyukainya?" Niko membuka pintu kamar dan memanggil remaja yang ia cintai itu, dia sedang duduk dipinggiran kasur sembari melihat ujung kaki yang sedang ia mainkan.

Niko berjalan menghampiri kemudian menepuk pundak lelakinya. Kepala lelaki itu mendongak memperlihatkan matanya yang memerah, hati Niko kalut melihat sebagian dari dirinya yang seperti ini.

Niko mengelus pucuk kepala remaja nya, mata Niko mulai memerah menahan kekesalan pada dirinya sendiri.

"oh hei bagaimana masakannya sudah selesai?"mulut itu tersenyum namun Niko tau mata itu terlihat ketakutan.

Niko terus menatap pupil remaja itu menelisik jauh memastikan akankah ada dirinya dikehidupan remaja itu?

"err sudah, ayo kita ke meja makan."mereka berjalan beriringan, sesekali Niko yang memandu jalan karena remaja itu masih terlihat kaku dan malu bila berjalan disebelahnya.

Proses makan mereka berjalan dengan tenang, sesekalo Niko melihat kearah depan pria remaja itu hanya bisa menghabiskan separuh nasi goreng yang tersaji di piringnya.

Niko tau dia seperti itu karena Niko, aneh rasanya dia bisa mengkhawatirkan seseorang bahkan Niko ingin merasakan cinta orang itu.

Niko membersihkan meja makannya, pria remaja itu masih tetap duduk di tempatnya tak jarang ia juga memperhatikan Niko yang sedang membersihkan piring. Tadi ia sudah bertanya dan bermaksud untuk membantu Niko namun Niko kekeh dia tidak mau melihat pujaan hatinya kecapaian.

Niko menghampiri meja makan bermaksud untuk mengajak pria itu bersantai dengannya namun,

"err maaf sebelumnya aku ingin bertanya,"ujar remaja itu gugup, Niko berdebar ia takut pertanyaan yang lalu itu ditanyakan kembali oleh bibir kecil dihadapannya ini.

"nama kamu siapa ya? Hehehe aku bingung mau manggil kamu dengan sebutan apa?" senyum Niko mengembang melihat prianya memberikan tawa, dimples yang ada di kanan pipi remaja itu pun terbentuk meski tidak terlalu dalam namun sudah bisa menambah kemanisan remaja ini.

"hahaha kamu lucu," Niko terbahak ia sangat senang melihat keimutan yang diberikan oleh seseorang didepannya.

***

"bagaimana pekerjaanmu nik? Aku lihat kau dengan kedua temanmu itu melakukan kesalahan?" Niko diam masih menampilkan raut yang sama sekali tak bisa lawan bicaranya baca.

Niko berdiri tegap matanya menatap lurus kedepan tangannya ia lipat kebelakang. Hati Niko berdebar gelisah pasalnya dia sedang ditanyai oleh sederet pertanyaan dari bos nya.

Bosnya sudah mengetahui dari dua hari yang lalu ketika James dan Alex menemuinya dengan raut kegelisahan.

"ada hal apa kalian kemari? Bagaimana dengan seorang gadis yang kalian janjikan?" Alex dan James ketakutan mereka langsung menemui atasanya setelah pulang dari rumah Niko untuk menghantar remaja yang seharusnya tidak mereka culik.

"maaf tuan, ternyata gadis yang kami janjikan beberapa waktu lalu itu seorang laki-laki." Alex terdiam melihat rekan seperjuangannya sedang menjelaskan kekalutan mereka bertiga.

"oh ya?" tuan yang menjadi atasannya itu membalikan arah kursinya menghadap James dan Alex. Memperhatikan gelagat anak buah yang selama tujuh taun mengabdi padanya.

"aku sudah mendengar dari kedua rekanmu," mata bos nya menatap tajam kearah Niko, namun Niko tetap pada posisinya tidak ada pergerakan pada diri Niko.

Niko membisu tak ada alasan atau pernyataan yang bisa ia keluarkan, dirinya pasrah atas hukuman yang akan Niko dapatkan.

"bagaimana anak itu? Apakah menyengkan? Rasanya aku ingin melihat anak remaja hasil dari kalian, karena aku tau pilihan kalian tidak akan mengecewakan." Niko mengepalkan tangannya kali ini ia merasa gagal, gagal buat meneguhkan hatinya.

"bagaimana Niko?" sudut bibir itu ia naikkan meremehkan keadaan Niko yang seakan dikepung. Kali ini Niko benar-benar tak memiliki pilihan ia telah tetancam dari segala sisi.

Sisi batin,

Sisi fisik,

dan yang lebih parah Sisi hatinya ingin mereka usik.

Tak bisa Niko tak bisa terus-menerus diancam oleh takdir yang seakan tidak mengizinkan dirinya tertawa.

Niko tak akan bisa bila dirinya harus melepas sesuatu yang bahkan belum sempurna ia gengam.

Kaki Niko bergetar ketakutan. Dunianya seakan berputar pada poros yang sengaja menjatuhkan diri Niko pada kubangan yang bersih, bersih dari kesempurnaan.

Baru sebentar ia menjejaki mimpi namun untuk berbicara aku bahagia pun tak bisa ia rasakan. Bibirnya kelu, dirinya begitu merasa lelah tak kuat untuk terus menerima tekanan.

"dimana kau ferry?" ayah anak itu telah mengelilingi seluruh penjuru rumahnya namun dari setiap tempat yang ia jejaki tetap tak menemukan sosok anaknya yang sedang ia cari.

Anak itu terus membekap mulutnya karena ia takut mengeluarkan suara isakan dan membuat tempat persembunyiannya terbongkar.

Matanya terus mengeluarkan air yang tak pernah absen untuk menapaki pipi anak kecil yang ketakutan itu.

"ayah pasti menemukanmu fer, kau tak akan lolos dari ayah." suara itu lagi anak itu membencinya. Selama ini ia mengalah dari takdir yang selalu menyakiti dirinya. Anak itu pasrah.

Niko berjalan tertatih sepeninggalan dari ruang bos nya itu dirinya benar-benar kalut. Hati dan pikirannya seolah meracuni diri Niko. Untuk kali pertamanya ia menyesal sudah menapaki jalan yang gelap ini.

Ketika setitik cahaya ingin menyelamatkan, namun seolah kegelapan lain tak membolehkan cahaya itu menemani Niko.

Bibirnya kelu Niko tak bisa terus menerus seperti ini. Namun ia tak mengerti bagaimana cara melepas tali yang sudah lama terikat mati,

"bagaimana Niko?" Niko tak bergeming ia masih memfokuskan pandangannya pada satu titik fokusnya.

"kau akan menerima tawaran yang setimpal," tutur orang tua di depannya. Niko tak berani membantah dan Niko pun tak berani menolak.

Niko mengarahkan pandangannya pada seseorang yang selama ini ia hormati. Hatinya sudah teguh akan terus pada janjinya.

"dia ada di tempatku tuan." yah Niko menghancurkan impian akan cinta itu sendiri.

Berbeda (MxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang