6

2.3K 131 9
                                    

"Niko... Tolong." ia terisak, lelaki yang luky impikan nyatanya tak kunjung datang.

Lantas untuk apa ia berharap? Untuk terus nenerus merasa pantas? Nyatanya ia terlalu mengerti dirinya tidak layak untuk dituntun untuk itu semua.

Harinya makin kelam, siksaan yang semakin hari semakin pula ia rasakan. Orang itu bahkan menorehkan luka yang dulu luky coba lupakan.

Tengah malam telah menyapa, isakan yang sering ia keluarkan sudah lelah untuk terus mengalir.

Luky diam, namun pikirannya melayang entah kemana. Andai dia tidak terlahir menjadi lemah, ia tidak akan mungkin berada di tempat ini. Coba ia menolak untuk berdamai kala itu, ia tidak akan seperti ini.

"kiki mainnya yang benar, jangan seperti itu." luky memperhatikan ibunya yang sedang membantu dirinya membuat rumah-rumahan dari kardus.

"nah seperti ini," luky takjub akan hasil dari rumah kardus yang ibunya buat.

"hihihi... Buuu bagus."luky terkikik dan membawa mobil mainannya menuju rumah kardus.

"ki, kalau bubu buatkan kamu pancake bagaimana?" perempuan itu memperhatikan anaknya yang sedang bermain dengan karyanya tadi.

Senyum itu terlukis menampilkan rangkaian gigi susu mungil nan indah "mau dong buuu... Pancake Kiki Harus diberi maduuu!"

"siap bos gantengku!" Luky terkekeh setelah merasakan jawilan yang bubunya berikan pada pipi kanannya.

"lucu bu, luky tidak bisa hidup sendiri. Kata bubu luky harus sabar tapi apa bu? Sabar luky gak berguna." rasanya dulu sangat menyenangkan, sehingga luky lupa memikirkan sesuatu yang mungkin saja menlenyapkan kebahagiaan itu

"apa karena luky cengeng? Luky udah coba buat enggak cengeng lagi bu, tapi kayaknya enggak ngaruh deh."

"luky rindu bubu."

Luky lelah terkunci seperti ini, ia kira waktu itu ia telah menemukan lembaran kosong baru. Namun, tatkala ia ingin membuat titik, kertas itu melayang terbawa angin.

Ketika ia berupaya untuk meraih, kertas itu tergiring lagi jauh dari pandangannya.

Sebodoh itukah luky mendapatkan kesempatan?
Sepandir itukah dirinya terdorong jauh kedalam luka?
Lantas untuk apa ia berharap?

Harapan seakan semu dari jangkauan, luky memukul pintu kayu yang tertutup itu menggedor menyeruakkan kata 'keluarkan aku'

Percobaan yang selalu ia lakukan tak membuahkan hasil, mereka seakan tuli dengan permohonan yang luky layangkan.

.
.
.

Haii phi/nong khaa.. Ada yang rindu cerita ini ga? Ttttt chan tau gak akan ada tapi.. Tapi.. Hihi aku rindu Niko disini jadi aku lanjutin deh meski gatau mau lanjutin ke mana lagi.

Kho thot na phi/nong. Chan ruk khun <3

Berbeda (MxB)Where stories live. Discover now