4

3.8K 231 4
                                    

Mata itu terbuka sepenuhnya ketika ia sadar dirinya sudah ada disebuah rumah dengan ikatan disekujur tubuhnya.

Anak itu panik menjerit meneriaki nama seseorang yang baru saja ia kenal hari kemarin.

Dia ketakutan dan mencoba untuk melepaskan ikatan yang berada pada tangannya.

"Niko tolong, aku gamau." tangisan itu mulai menyapa. Dirinya tak kuat menahan pikirannya yang berkelana tidak tentu arah.

"Niko aku mohon, tolong." lelah ia lelah meneriaki sesuatu yang tak kunjung hadir. Ia lelah terus mengharapkan sesuatu yang mustahil.

Dunianya tak terkendali.
Dunianya seperti tak lagi ia miliki.

"nama kamu siapa ya? Hehehe aku bingung mau manggil kamu dengan sebutan apa?" hatinya berdetak, ia kaget ketika merasakan desiran itu lagi saat melihat senyum seseorang yang berada dihadapannya ini.

"hahaha kamu lucu," pipinya merona merasakan gombalan yang entah dihargai berapa oleh si empunya.

"hahaha- pipimu kenapa anak kecil?" remaja itu memegangi kedua pipinya yang memerah. Ah aneh sekali seketika pipi yang tadinya biasa saja bisa terasa panas seperti ini.

"ah apaan si, jawab saja pertanyaanku tidak usah menggodaku!" orang itu paham lalu ia menegakkan badannya dan mengulurkan tangan kanan menuju hadapan remaja itu.

Remaja itu menjabat tangan yang terulur tadi kali ini tidak salah lagi tangannya begitu nyaman ia gengam.

"hei namaku Nicholas ferry bagaimana dengan namamu anak kecil?" Niko yang melihat lawan mainnya kesal itu tersenyum kemenangan.

"kamu itu menyebalkan! Aku bukan anak kecil tau! aku kemarin baru saja membuat kartu kependudukan bagaimana kamu bisa menyebutku sebagai anak kecil?" Niko bergeming menatap remaja itu dengan senyuman yang dibuat menggoda.

"namaku hmm- siapa ya namaku?" remaja itu tampak berfikir, mana mungkin ada orang yang lupa dengan namanya sendiri, aneh sekali.

"oh ya namaku...-" terlihat wajah remaja itu terus mengingat namanya, terlintas dalam pikirannya untuk membalas godaan laki-laki yang mengenalkan dirinya dengan nama Niko itu.

"kamu itu sengaja lupa atau benar-benar lupa si?" Niko malas mendengarkan alasan remaja di depannya ini, Niko gemas rasanya ingin sekali untuk sekedar memeluk bocah yang tak sengaja ia ambil di pinggir jalan kemarin.

"hehehe..- becanda mana mungkin aku melupakan namaku sendiri?"

Mata remaja itu memerah sesekali ia menghentikan tangisnya namun entah itu terlalu takut untuk sekedar beristirahat dalam pikirannya.

Niko?

Dimana dia?

Remaja itu sesak, hati nya tak bisa lagi membendung lara. Lucu dunia seolah mengejek perlahan.

Air itu mengalir menapaki jejak yang kawannya tinggalkan, remaja itu menangis sesegukan menunggu temannya datang.

Apakah mereka teman? Ya teman meski hanya dirinya saja yang menganggap hubungan pertemanan diantara mereka.

"kamu tidur terlebih dahulu saja luky, aku ingin mengangkat telepon terlebih dahulu." remaja bernama luky itu mengangguk mengiyakan perintah lelaki yang menyuruhnya tidur.

Remaja itu diam melihat teman nya mulai menghilang dibalik tembok kamar yang ia tempati. Rasanya sudah lima hari dari kejadian waktu itu yang membawanya dalam jeratan pesona laki laki yang bernama Nicholas Ferry.

Dan dirinya pun masih bingung mengapa hatinya terus berdetak bila Lelaki bernama Niko itu mengelus rambutnya halus.

"aku rindu kamu Niko," isakan itu terus mengisi ruangan. Cat tembok yang lusuk menemani kedinginan hati yang mulai tersusun rapih.

***

Niko keluar dari pintu BAR yang tak jauh dari apartemennya. Dia bosan pergi kehutan, kali ini ia mencoba cara lain untuk menghilangkan rasa sesalnya.

Niko berjalan tak tentu arah hatinya terus merutuki kesalahan yang ia perbuat, Niko menyesal melepaskan pujaan hatinya pada Tuan yang gila itu.

"Nik lu mau kemana? Arah rumah lu ada disana!" bentak Alex. Alex menuntun Niko ke arah apartemennya namun seolah sudah terencana, Niko mengamuk meminta dilepaskan.

"diem! Gue mau ke Luky, Alex tolong bawa dia kehadapan gue." Alex diam dia mulai memahami apa yang dikatakan Niko tadi.

"Lex gue bodoh!" Niko terlihat berantakan, rambutnya tidak tertata, matanya memerah, kulitnya memucat.

"maksud lu apa Nik?" Alex bingung, pasalnya ia merasa ada yang tidak beres dengan temannya itu. Panggilan yang ia coba berkali-kali hanya berakhir dengan suara wanita yang meminta maaf.

Alex kalut tidak biasanya seorang Niko bertindak seperti ini.

"maksud lo apa Nik? Gue gapaham." Niko diam kepalanya tertunduk dalam menahan sesak yang beberapa hari ini ia rasakan.

"kenapa lo diem?" Alex terus bertanya. Niko tak pernah seperti ini, ia tau betul diantara dirinya dan James, Niko lebih sering bersamanya.

Niko terisak ia tidak kuat merasakan hatinya yang serasa meremas pilu. Alex kalut dirinya pun tak mengerti apa yang harus ia lakukan kali ini.

Niko benar-benar terlihat kacau, Alex seakan merasakan apa yang Niko rasakan.

"Nik," Alex memangil Niko perlahan, Alex bimbang dan menutuskan untuk merekuh tubuh Niko yang bergetar.

"gue tau lu kuat," Alex mengelus pungung Niko.

"gue bodoh Lex. Gue bodoh! Kenapa ada orang sebodoh gue?" Niko memukul kepalanya denga kepalan tangannya.

Niko benar-benar merasakan posisi saat ia kecil lagi. Dadanya sesak dengan keterbatasan Niko kecil.

Cambukan demi cambukan dilayangkan, tak merasa kasian dengan anak yang terus meraung kesakitan.

Pria dewasa itu pergi dan kembali dengan tali berada pada gengamannya.

Anak kecil itu meringkuk ketakutan kata maaf sudah beribukali ia lontarkan kata ampun terus ia ucapkan disela isakan yang saling bersautan.

"Ampun ayah." seseorang yang dipanggil ayah itu bungkan dan meraih tangan  dan kaki anak kecil untuk ia ikat dengan tali yang ia bawa tadi.

"Ferry minta maaf ayah, ampun ayah ampun." dadanya sakit menahan luka yang setiap kali ayahnya beri.

"tidak Niko kamu tidak bodoh!" Alex kesal dengan Niko yang terus menyalahkan dirinya atas penculikan remaja bernama Luky itu.

"ya aku bodoh. Aku yang salah Alex. Mengapa aku membiarkan lelaki berengsek itu mengambil pujaan hatiku lex? Mengapa?" Alex bungkam, dadanya terasa perih, ya perih yang menjalar.

Niko melepaskan dirinya dari pelukan yang Alex beri. Niko menatap manik mata Alex menyalurkan kekesalan yang ia rasakan.

"kamu liat Lex? Bahkan aku terlalu lemah untuk mengalami ini lagi."

Berbeda (MxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang