17

620 56 4
                                    

" Luk tolong aku bisa jelasin. Aku minta maaf! " Niko menggengam tanganku erat, mungkin untuk memastikan agar aku tidak kabur lagi seperti yang lalu-lalu.

"buat apa aku maafin kamu? Kalo kamu sendiri gak menghargai temen kamu? " ucapku dengan suara yang tinggi. Aku juga tidak mengerti mengapa permasalahan sepele aku buat seolah-olah ini hal yang sangat besar.

Bukan berharap Niko akan menuruti kemauanku, namun aku hanya ingin Niko bisa lebih mencintai hidupnya dengan menghargai teman-temanya.

"aku bisa jelasin!" kepala Niko tertunduk kedua tanganku diraihnya digengam sangat erat. Ia menempatkan kening nya pada kedua tanganku.

Apakah aku akan mengakhiri sesi marahku? Dia terlihat sangat tidak berdaya oleh sikapku, dia seakan sangat tersakiti oleh prilaku ini.

"tatap mataku!" pintaku lembut, Niko mendongak. Terlihat raut mukanya yang merah menahan tangis di matanya. Sepertinya pertahananku runtuh, aku tidak tega melihat Niko yang seperti orang sekarat.

"jelaskan apa yang ingin kamu jelaskan padaku! Aku beri kau waktu 5 menit. " mata Niko berbinar senang.

Niko menuntunku menuju sofa yang ada di ruang tegah, ia mendudukkanku secara hati-hati seakan aku adalah guci berharga yang coba ia jaga agar tidak pecah.

Sedangkan Niko duduk di lantai menghadap ke arahku, tak lupa juga ia menggenggam kedua tanganku.

Hatiku menghangat aku seolah-olah seperti orang yang tidak ia biarkan pergi.

"Maafkan ak-"

"jelaskan saja! Aku bosan mendengar kata maafmu itu Niko! " belom selesai ia melanjutkan perkataannya namun sudahku cegat.

"bukan bermaksud aku seperti apa pada Alex waktu itu, hanya saja aku tidak suka bila kamu dekat dengan Alex dari pada denganku. Aku tidak mau kau pergi dari ku Luk, aku tidak ingin kehilangan dirimu lagi. Cukup waktu itu saja," pundak nya bergetar, kepalanya menunduk.

Kenapa aku seolah merasakan apa yang Niko rasakan kali ini? "aku hanya takut Luk, aku benar-benar takut bila kamu pergi. Aku tidak ingin mengulang kebodohanku. "

Aku mengangkat wajahnya agar bisa melihat tatapan matanya.

Niko Sungguh-sungguh berada di titik lemahnya, dan aku merasakan itu.

Aku turun dari sofa dan mendudukkan diriku di hadapan Niko. aku sedih, aku merasakan perih ini ketika tetesan air mata itu jatuh.

Aku merengkuh tubuh yang lebih besar dari punyaku, melepaskan rasa bersalah yang tiba-tiba saja menyergap jiwa ragaku.

Niko membalas pelukanku, dia membawa tubuhku pada pangkuannya. "maafkan aku Lukky. "


...

Aneh? Bener banget

Berbeda (MxB)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon