18

631 52 0
                                    

Aku terbangun dari tidurku, tidur yang terasa amat nyaman. Seketika semuanya begitu hangat. Aku memutar kembali ingatan semalam pada waktu Niko meminta maafku dan kita berpelukan berakhir dengan aku yang terlalu nyaman dipelukannya hingga tidak sadar aku telah tertidur pulas.

Aku bahkan lupa bahwasanya saat itu Niko masih menangis dan terus mengucapkan kata maaf yang entahlah tidak sanggup lagi aku hitung berapa banyak maaf yang ia lontarkan.

Aku tersadar pagi ini aku tidak terbangun sendirian, di ranjang ini aku tertidur dengan Niko yang memeluk perutku, wajahnya ia benamkan pada dada milikku.

Aku mencoba melepas dekapan milik Niko yang bertenger rapih, sayangnya ketika aku coba melepaskan detik itu pula ia mengeratkan pelukan nya.

Aku lelah, mungkin aku akan berdiam diri menunggu Niko terbangun dari mimpinya. Lagipula aku tidak memiliki janji apapun dengan siapapun.

Namun ada perasaan aneh merayapi perutku seperti sengatan kecapung yang sengaja Bubu berikan padaku karena aku tidak bisa berhenti mengompol, aneh sekali.

Aku memikirkan berbagai cara namun tidak ada satupun cara yang bisa aku pakai selain membangunkan Niko dari tidurnya.

Tapi pelukan Niko tiba-tiba mengendur dengan sendirinya aku memandang kearah Niko, kurasa ia sudah bangun karena napas yang menerpa dadaku mulai tidak beraturan.

"Nik, " panggilku, aku mengelus rambut kepalanya agar ia kembali nyaman.

Tidak ada jawaban dari Niko, namun napasnya mulai beraturan kembali. Aku memanggil dia lagi beberapa kali namun tidak ada hasil. Niko tetap diam.

Aku mencoba lagi untuk melepaskan tangan Niko yang melingkar di perutku. Setelah selesai dan memastikan Niko tetap tertidur aku pergi ke kamar mandi untuk sekadar cuci muka dan gosok gigi.

Aku malas mandi pagi ini, jadi setelah selesai melakukan ritual di kamar mandi tadi sekarang aku sudah berada di dapur lengkap dengan apron yang telah melekat pada tubuhku.

Aku menilik kulkas melihat ada bahan apa lagi yang bisa aku masak.

.
.

Aku sudah rapih juga telah selesai membersihkan apartemen milik Niko namun selama itu pula dia masih bertahan dalam tidurnya

Maaf-maaf saja nih, kalau kalian menyuruhku untuk membangunkannya jangan harap. Aku tidak akan mau membangunkan babon sialan seperti dia.

Aku membuka pintu apartemen kemudian keluar untuk berjalan-jalan sebentar, biarkan Niko nangis-nangis mencariku nanti. Apa? Kalian berfikir Niko akan menelponku? Oh tidak akan, karena aku tidak memiliki Hp. 

Aku merapatkan jaketku memasukkan kedua tanganku pada kantung jaket pemberian Niko kemarin. Tumben sekali udara hari ini sangat dingin meski aku masih berjalan di area koridor apartemen ini.

Di sini sangat sepi, mungkin karena daerah yang Niko pilih sebagai Apartemen nya itu termasuk daerah pinggiran mungkin? Dan entah mengapa Niko mau tinggal di gedung seperti ini. Padahal dari yang aku lihat tempat ini lumayan tidak layak huni. Tidak ada pelayan apartemen hanya repsesionis yang selalu duduk menyapa penghuni yang bahkan bisa dihitung dengan jari.

"pagi tuan, anda ingin kemana? Di luar sangat dingin kurasa seharusnya anda tidak berpergian untuk hari ini." resepsionis sekaligus pemilik apartmen ini menyapaku, beliau sudah lumayan tua bila di liat mungkin sudah lima puluh tahunan.

"tidak apa nek, saya hanya ingin melihat-lihat saja sebentar. Aku juga ingin ketaman samping karena aku bosan dikurung di apartemen dengan nmwaktu yang lama oleh Niko itu. " jawabku. Kulihat pemilik apartemen itu tersenyum dan pergi meninggalkan meja resepsionis yang biasa ia tempati menuju ke arahku.

"kau sangat manis Luky, biarkan aku menambahkan mantel milikku ditubuhmu karena aku rasa hari ini benar benar lebih dingin dari hari biasanya. Aku tidak ingin kau beku. " dia terkekeh menangapi celotehannya.

"kau bisa saja nek, apakah boleh mantel itu aku gunakan? Lalu bagaimana dengan dirimu?" tanyaku.

"tidak usah khawatir denganku, aku menyimpan beberapa mantel di laci meja itu dan akan ku gunakan setelah kau menggunakan mantel ini? Oh atau kau ingin mantel yang lain?" aku bingung apakah aku harus menerimanya? Tapi mana bisa aku menolak kebaikan nenek ini?

"oh tidak perlu nek, akan ku gunakan yang ini. Tapi aku kembalikan saat aku telah selesai menyuci mantelmu ya?"

Aku memakaikan mantel setelahnya berjalan kembali. Tidak banyak orang terlihat keadaan disini juga masih asri. Aku menelusuri setiap jengkal halaman menemukan berbagai bunga yang tertanam rapih di pinggir-pinggir seperti membentuk pagar membatas.

.






Hei yaampun gak tau lagi aku. Sumpah duh tolong aku... Aku beneran gak tau mau lanjutin ini kemana, ceritanya jadi makin stupid gak sih? Aku mau ngetik bingung ini kemana padahal aku udh buat alur gitu awalnya tp malah setiap aku udah ngetik eh malah alurnya berubah total. Aku bingung ihhh.

maafkan aku, asli aku tuh amatir banget kebangetan. Tapi makasih ya buat kalian yang udah ngasih feedbcknya huhu aku syang kalian

Berbeda (MxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang