Bagian 1 - Him

84.7K 3.5K 1.5K
                                    

Gemuruh suara langkah kaki satu - satu itu mulai memasuki ruang kelas kami yang berbentuk seperti gedung bioskop. Hampir memenuhi seisi ruangan, ini hari pertama kami masuk kembali usai liburan 3 pekan lalu yang cukup untuk menekan tubuhku beristirahat, karena kau tau bagaimana seorang wanita yang sedang kuliah sambil bekerja? Lelahnya luar biasa.

Kini aku berada di pertengahan semester, semester tiga tepatnya. Sastra Indonesia, jurusan tepat dimana aku menangguhkan pendidikanku sekarang. Jikalau kau berkata mengapa tidak mengambil jurusan bahasa asing? aku mencintai negaraku, lagipula kami juga disuguhi Bahasa asing. Cita - citaku tidak muluk - muluk. Jika aku bisa mendapat gelar magister saja sudah beruntung, haha. Kadang aku berpikir dengan kondisiku yang serba pas - pasan seperti ini bahkan bisa dikatakan kurang, apa mungkin dengan cepat bisa menyambat gelar sebagai Sarjana Sastra? Entahlah nasib akan berpindah padaku dengan mulusnya atau tidak.

"Berkedip dong ra, kasian mata kamu lelah kalo mandangin Sir Doyoung terus. Nanti bisa - bisa dia keselek"

Masa menatap matanya saja bisa bikin keselek? Dasar Lea. Aku kan nggak lagi ngomongin dia cuma natap matanya aja.

Tatapan mata ini bahkan tak bisa melewatkan detik per-detiknya, bagaimana sang dosen yang kelewat luar biasa sempurna itu menerangkan materi kami pagi hari ini. Astaga aku benar benar kelilipan, ah .. maksudku lebih tepatnya aku sudah dibutakan olehnya. Dia membuatku selalu tergugah.

"Aku rindu na," ujarku, aku bahkan tidak bisa melepas pantulan netranya, kemanapun Sir Doyoung pergi. Binar mataku selalu mengekorinya secara runtun.

"Sampai kapan begini terus? Haha. Dia masih single." Eleana menyenggol lenganku pelan.

"Deketin makanya. Jodoh gak ada yang tau" ujarnya mengintimidasiku saat ini.

"Mau ngejerumusin nih? Mentang mentang kamu sama Pak Johnny huh"

"Asik loh ra, sstt sini aku bisikin"

"Apa?" Eleana menarik pundaku pelan dan membawanya ke telingaku, sembari membisikan sesuatu.

"Sir Doyoung, muda, mapan, mempesona lagi, macem Hot Daddy gitu loh"

"Sial!"

Fokusku kini berubah atensi, tidak hanya pada tatapannya ──kini bayangku buyar berantakan membayangkan Sir Doyoung sedang melepaskan kancing baju kemejanya yang sangat mengetat sehingga memberi cetakan tepat di dada bidangnya. Bisa ku katakan semenjak kami disini, itulah gaya pakaiannya setiap masuk kelas dan memberikan materi. Entah bagaimana pandangan mahasiswa terhadapnya. Dia benar benar seksi sekarang.


Kelas kami usai 30 menit yang lalu, teman - teman yang lain sudah berhamburan keluar kelas. Aku dan Eleana menyelesaikan tugas kelompok kami yang belum diserahkan kepada Sir Ten yang harusnya ku kumpulkan seminggu yang lalu.

"Ra, observe dulu ini, minimal 3 mahasiswa lain lah."

"Yah, aku kira bisa selesai sekarang."

Eleana membola kemudian ia mengambil semua berkas kami yang ada di meja "gue yang kerjain. Nanti malem ada temen - temen abang gue ke rumah. Gue minta tolong sama mereka aja" Eleana menepuk pundaku sambil menuruni anak tangga dengan lincah satu persatu.

"Kamu kenapa deh na? Seneng gitu?" Aku menyusul dibelakangnya

"Udah dicariin Mister Pacar lah ra, duluan ya" ia tidak berjalan lagi, sudah berlari sekencang mungkin.

BRUK....

Seseorang membanting pintunya dengan keras, langkah kakinya berjalan mundur, aku menatap manik coklat gelap di dalam matanya.

SIR | DoyoungWhere stories live. Discover now