HTS 21

40 7 0
                                    


Pandu mengikat tali sepatu sekolahnya dengan kencang agar tidak terlepas lagi nantinya, kemudian cowok itu menarik tas ransel di sampingnya dan menyampirkannya pada bahu kirinya lalu mengambil kunci mobilnya di atas nakas. Cuaca pagi ini mendung membuat cowok itu memilih untuk menggunakan mobilnya saja untuk mengantisipasi jika nantinya hujan turun.

Dengan cepat Pandu menyalakan mesin mobilnya lalu melajukan mobil itu pada jalanan yang masih sepi karena masih pagi. Pandu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar dapat dengan cepat sampai ke tempat tujuannya.

Pandu berhenti di depan sebuah rumah yang cukup besar tak jauh berbeda dengan rumah milik keluarganya. Cowok itu kemudian membunyikan klakson mobilnya dan muncullah seorang gadis berseragam SMA dari balik gerbang. Pandu melambaikan tangannya dari dalam mobil dan menyuruh Ghita untuk segera masuk.

"Tumben pake mobil?" tanya Ghita yang sudah duduk di samping Pandu

"Mendung," jawab Pandu datar

Lelaki itu menatap Ghita, badannya sedikit maju ke arah gadis itu, nafasnya menerpa hangat di pipi gadis itu. Ghita tersadar, bahwa tubuhnya dan Pandu sangat dekat. Netra Ghita dan Pandu bertemu. Keduanya saling bertatapan cukup lama.

"Gak baik nih buat kesehatan jantung," batin Ghita. Sumpah detak jantungnya beribu-ribu kali lebih cepat ketika ditatap Pandu. Kemudian Ghita memejamkan matanya guna menetralisir detak jantungnya.

Klik.

"Kenapa lo merem?" tanya Pandu heran setelah selesai memasangkan seatbelt pada Ghita. Pandu perlahan mundur dan kembali duduk seperti semula. Gadis itu langsung membuka matanya dan menatap seatbelt yang sudah terpasang.

"Hah? gak papa kok," jawab Ghita sedikit gugup lalu memalingkan wajahnya sungguh dia malu

Pandu kemudian menyalakan mesin mobilnya dan melaju meninggalkan pekarangan rumah Ghita. Perlahan rintikan hujan mulai berjatuhan membasahi jalanan.

Untung Pandu sudah mengantisipasi keadaan ini. Selama perjalanan keadaan di dalam mobil hening tak ada yang membuka suara selain, suara rintikan hujan.

Setelah menempuh waktu 15 menit akhirnya mobil yang dikendarai oleh Pandu sampai ke tempat tujuan yaitu SMA LAKSANA BHAKTI.

"Sampe." Pandu berlari mengelilingi mobil dengan membawa payung untuk melindungi diri dari air hujan lalu membukakan pintu mobil untuk Ghita dan juga berbagi payung yang dipakainya karena dia lupa untuk membawa payung lagi.

"Bisa romantis juga lo ternyata," ucap Ghita diakhiri kekehan membuat Pandu sedikit kesal. Emangnya kenapa? Semua cowok juga pasti bisa romantis kan?

Pandu merangkul pundak Ghita lalu mereka berdua berjalan berdampingan memasuki sekolah, pasang mata yang ada di tempat itupun memandang mereka pasalnya ini kali kedua Ghita berangkat bersama si ketua futsal yang dingin ini.

"Thanks ya," ucap Ghita setelah mereka sudah berada di koridor. Pandu hanya bergumam lalu melipat payungnya dan pergi menuju kelasnya meninggalkan Ghita sendiri.

"Nih orang suka banget sih main nyelonong gitu aja gak ngomong dulu, dasar freak!" kesal Ghita lalu berjalan menuju kelasnya sendiri.

"Gue lihat-lihat lo sekarang jadi makin deket aja sama si Pandu," celetuk Anes. Ghita yang baru menduduki bangkunya seketika menoleh kearah Anes yang tengah fokus pada buku didepannya.

HTS [Revisi]Where stories live. Discover now