HTS 29

16 1 0
                                    

"Akhh, gila gue telat! Kenapa gue harus lupa nyalain alarmnya sih ah sial!" gerutu Ghita saat melihat jam yang tertempel di dinding lalu berlari menuju kamar mandi. Ia membersihkan diri secepat mungkin.

"Bi, Jawa mana?" tanya Ghita yang mengenakan seragam sedikit berantakan juga tas dipunggung yang resletingnya tidak tertutup dengan benar lalu menuruni tangga dengan terburu-buru.

"Non Jawa, udah berangkat duluan," jawab bi Ijah. Ghita menepuk jidatnya. Dasar gak setia kawan batin Ghita.

"Bibi liat kunci mobil nggak? Ghita udah telat nih bi," ucap Ghita gusar. Semalam ia lupa menyalakan alarm alhasil, ia pun bangun kesiangan.

"Mobilnya di bawa den Bisma." Ghita menjambak rambutnya kesal. Mimpi apa ia semalam sampai-sampai ia hari ini sangat sial.

Ghita berlari menuju pangkalan ojek yang tak jauh dari rumahnya. Ia rasa tidak ada waktu untuk menunggu angkutan umum. Ghita menyuruh mas ojeknya untuk melajukan motornya dengan kecepatan maksimum. Gadis itu pikir pasti gerbang sekolahnya sudah ditutup.

Dan benar saja, setelah sampai ternyata gerbang sudah tertutup rapat. Setelah membayar mas ojek, Ghita segera berjalan ke arah gerbang yang tertutup itu. Berniat untuk bernegosiasi dengan pak satpam agar ia di izinkan masuk. Karena ia bukan anak berandalan yang suka sekali telat dan berakhir masuk diam-diam dengan memanjat dinding atau pagar belakang sekolah.

Beberapa menit membujuk pak satpam. Akhirnya gerbang terbuka, Ghita pun segera masuk dan berlari meninggalkan pak satpam menuju kelasnya.

Saat sedang berjalan di koridor, Ghita menelan saliva dengan kasar karena ada seorang pria paruh baya mengenakan seragam guru. Mati sudah riwayatnya, batin Ghita. Gadis itu membalikkan tubuhnya hendak kabur namun, guru itu melihatnya terlebih dahulu.

"Siapa itu?" suara berat yang berasal dari arah belakang menyapa indera pendengarannya. Ia tahu betul suara itu karena suara itu adalah milik guru BP di sekolahnya.

***

Pelajaran baru saja selesai, Pandu di minta untuk membawakan tumpukan buku ke ruang guru. Ia berjalan dengan susah payah karena begitu banyaknya buku hingga ia tak memperhatikan jalannya.

Pandu tak melihat ada seorang gadis di depannya begitupun dengan gadis itu yang tengah mengepel lantai dan berjalan membelakangi Pandu. Alhasil Pandu menabrak punggung gadis itu hingga semua buku yang ia pegang berjatuhan di lantai yang masih basah tersebut.

"Ah sorry-sorry," ucap gadis itu lalu ikut merapikan buku-buku yang berserakan di lantai. Setelah berhasil mengumpulkan buku yang berserakan tersebut, gadis itu pun berniat mengembalikannya pada orang di depannya ini. Namun, saat melihat wajah Pandu gadis itu sedikit terkejut.

"Pandu." Cowok itu hanya menghela nafasnya, saat melihat bahwa gadis di depannya adalah gadis ceroboh yang sangat hobi menabrak orang. Gadis itu adalah Ghita.

"Bisa ilangin hobi lo nggak?" tanya Pandu membuat gadis itu kebingungan.

"Sorry penguin kutub," ucap Ghita akhirnya mengerti apa yang di maksud cowok itu, lalu ia tertawa. Ia benar-benar suka dengan nama itu. Pandu tak memperdulikan ucapan Ghita.

"Kenapa?" tanya Pandu. Mungkin orang yang tak terlalu dekat dengannya akan merasa bingung dengan maksud ucapan cowok itu. Namun, tidak dengan Ghita. Setelah mengenal lebih dekat Ghita sekarang tau seperti apa cowok yang irit berbicara di hadapannya ini.

"Gue telat, terus si Jawa ninggalin gue, mobil juga di pake. Jadilah gue di hukum ngepel koridor. Ah bener-bener sial gue hari ini," jelas Ghita dengan raut kesal.

HTS [Revisi]Where stories live. Discover now