HTS 25

14 7 0
                                    

Terdengar suara sepatu hak tinggi yang beradu dengan lantai mendekat, membuat suasana kelas yang ricuh mendadak menjadi hening. Siswa-siswi yang menjadi dalang rusuhnya kelas pun berhamburan ke bangku mereka masing-masing.

Suara tersebut semakin mendekat. Muncullah seorang wanita berusia sekitar 23-an dari balik pintu kelas dan berjalan ke arah meja guru yang tak jauh dari pintu kelas itu.

"Selamat pagi anak-anak, kita kedatangan siswi baru. Pindahan dari Brebes," tutur bu Pippo. Guru cantik bertubuh langsing itu adalah wali kelas XI IPS 1.

"Pagi Bu," balas semua murid tanpa terkecuali.

Semua murid heran mendengar nama daerah yang berada jauh dengan sekolah mereka tersebut. Jarang sekali sekolah mereka kedatangan murid jauh seperti ini. Sebagian murid mulai menerka-nerka seperti apa rupa siswi desa itu dan sebagian murid lainnya berfikir bahwa siswi baru itu hanya seorang gadis culun berkacamata tebal.

"Mana siswinya, Bu?" tanya Dicky antusias pada bu Pippo.

Bu Pippo dengan wibawanya menjawab pertanyaan dari cowok berambut sedikit ikal tersebut," Dia masih mengurus formulir data siswi baru di kantor. Sebentar lagi juga datang."

Selang beberapa menit, terdengar suara ketukan pintu dan pintu pun perlahan dibuka oleh orang yang mengetuknya barusan, "Permisi Bu."

Seorang gadis cantik berambut hitam pendek sebahu Melangkah masuk ke dalam kelas. Parasnya yang rupawan mampu memukau sebagian siswa di kelas tersebut. Gadis itu berhenti tepat di samping bu Pippo dan mengarahkan badannya menghadap ke semua murid.

Bima membulatkan matanya seketika. Orang itu adalah gadis yang sama dengan gadis yang bertanya padanya beberapa menit yang lalu. Ternyata gadis itu siswi baru, pantas saja tak tahu dimana letak ruang guru.

"Perkenalkan diri kamu, kemudian tempati bangku yang kosong ya," instruksi Bu Pippo yang dibalas anggukan oleh gadis itu.

"Saya Monalisa Jawa Anjani, kalian bisa panggil saya Jawa," tutur Jawa memperkenalkan diri dengan senyum mengembang. Ia lalu berjalan menuju kursi kosong di samping Afiqah.

Afiqah menyambut Jawa dengan senyum. Ia senang akhirnya setelah sekian lama duduk sendirian sekarang ada temannya juga. Jawa juga senang karena teman sebangkunya ramah padanya.

"Afiqah." Gadis itu mengulurkan tangannya pada Jawa dengan senyum yang terus mengembang.

"Jawa," ucap Jawa lalu membalas uluran tangan Afiqah.

"Gue seneng deh sekarang gak duduk sendiri lagi," cerocos Afiqah. Jawa hanya tersenyum menanggapinya karena dia tidak tahu harus bilang apa. Afiqah terus mengoceh panjang kali lebar, Jawa hanya membalas seperlunya.

"Kenapa lo?" tanya Pandu pada Bima yang duduk sebangku dengannya karena sedari tadi melamun sejak Jawa masuk ke kelas.

"Tau lo dari tadi bengong sambil senyum-senyum ada apa sih?" Dicky yang duduk di depan Bima pun ikut penasaran kenapa sahabatnya itu melamun.

"Lo kenal dia?" Reza pun ikut ngeri. Ia merasa sekarang satu sahabatnya sudah tidak waras. Karena sejak Jawa datang tadi Bima langsung melamun dan senyum-senyum sendiri seperti orang gila.

"Gue gak papa kok," tutur Bima sadar dari lamunannya.

"Perkenalannya dilanjutkan saat istirahat lagi sekarang mulai pelajaran!" instruksi Bu Pippo

HTS [Revisi]Where stories live. Discover now