1. HUJAN / RAIN

6.7K 415 191
                                    

WELCOME TO MY FIRST STORY.

HAPPY READING♥  

Rain Oktavia Pradipta, gadis remaja yang selalu tampil ceria juga murah senyum pada siapapun. Orang-orang di sekelilingnya biasa memanggil dengan nama depannya, Rain.

Jika dalam bahasa inggris, Rain berarti hujan. Begitulah adanya. Nama itu sesuai dengannya yang lahir tepat saat awan tak kuat membendung titik-titik air yang ditahannya selama beberapa waktu hingga kemudian titik-titik air itu luruh membasahi bumi yang disebut dengan hujan. Iya, hujan dan Rain adalah dua kata yang saling berkaitan. Berbeda kata. Namun, masih satu makna bukan?

Jika berbicara tentang hujan, gadis bersurai coklat sepunggung itu sangat menyukainya. Menurutnya, hujan selalu mengerti tentang segala perasaan dan keluh kesahnya. Saat dirinya bersedih hujan selalu menemaninya seakan-akan hujan tahu tentang semua kesedihan juga kerapuhan yang selalu ia tutupi dengan topeng diwajah cerianya.

Pagi ini gerimis datang dengan membawa titik-titik air hujan yang terlihat transparan. Sedikitnya sinar matahari berhasil membuat seorang gadis remaja berumur enam belas tahun terbangun dari tidur nyenyaknya. Meskipun matahari seperti enggan menyapanya, Rain tetap bersemangat untuk melaksanakan aktivitasnya hari ini.

Rain segera beranjak dari tempat tidur queen size-nya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum berangkat ke sekolah. Setelah semuanya siap, Rain segera turun ke bawah untuk sarapan bersama Kakek dan Neneknya atau Ayah dan Ibu dari Ibunya.

Rain tidak tinggal dengan orang tuanya. Mama dan Papanya bercerai saat ia berumur dua tahun. Lalu Mamanya menikah lagi dan menetap di London bersama Ayah tirinya atas dasar pekerjaan, lalu Papa kandungnya? Rain tidak tahu keberadaannya sekarang. Terakhir pria paruh baya itu mengunjunginya saat ia mengenakan seragam putih-biru, tepat satu hari sebelum UN. Setelahnya tidak ada kabar apapun tentang Papanya. Hal itu selalu sukses membuatnya sedih, meskipun ia mempunyai Ayah tiri. Namun, rasanya tetap berbeda.

Rain menghela napas sejenak setelah memikirkan tentang keluarganya yang begitu rumit. Tanpa ia sadari, dirinya sudah berdiri tepat di depan meja makan keluarganya.

"Selamat pagi, Kek, Nek," sapa Rain ramah pada Jaya dan Rina, Kakek-Neneknya yang telah menunggunya sedari tadi di meja makan.

"Pagi, Sayang," balas Jaya dan Rina bersamaan.

Rain tersenyum hangat pada mereka lalu mendudukkan dirinya di kursi yang kosong.

"Rain ini dimakan nasi gorengnya keburu dingin," pinta Rina sembari menyodorkan sepiring nasi goreng kesukaan Rain.

"Iya, Nek. Makasih," jawab Rain lembut.

Setelahnya hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang mengisi keheningan di ruang makan tergolong mewah itu.

                                ✥✾✥

Beberapa waktu berlalu, gerimis pun mereda. Kini gadis berseragam putih abu-abu lengkap dengan atribut sekolahnya itu telah berada di depan halte bus yang tak jauh dari rumahnya. Ia menunggu bus yang akan membawanya ke sekolah setelah tadi berpamitan pada Kakek dan Neneknya.

Rain memiliki mobil sendiri, tetapi ia tidak diperbolehkan Neneknya untuk menyetir sebelum dirinya mendapatkan SIM. Tadi sebelum ia berangkat Pak Dadang, supir di rumahnya hendak mengantarnya. Namun, Rain menolak dan lebih memilih menaiki bus saja. Begitulah Rain. Keputusan apa pun jika sudah ia putuskan matang-matang, sudah pasti tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain.

Tidak butuh waktu lama untuk menunggu bus datang. Kini kendaraan panjang beroda empat itu sudah berada dihadapannya. Rain pun segera menaiki bus tersebut.

Brittle [Tamat]Where stories live. Discover now