UR60 || ALASAN?

764 62 25
                                    


HAPPY READING💙

Sekarang di ruangan Helmi dengan jejeran buku dan berkas-berkas dan tepat di depan meja milik Helmi Renaldi terduduk.

Beberapa detik tadi baru saja dia masuk ke ruangan ini mengikuti langkah Helmi.

Tidak ingin berbasis basi terlebih dahulu, Renaldi langsung menanyakan, "Ada apa?" Raut wajahnya sangat datar tanpa ekspresi, dia sudah tidak peduli dengan sikap Helmi.

Tatapan tajam menyorot manik mata milik Renaldi, dia menatap dalam dalam dan berkata, "apa maksud kamu kemarin pergi diacara ulang tahun kamu sendiri?"

Hah? Apa apaan ini? Apa dia tidak sadar Renaldi pergi karena ulahnya? Hal konyol yang dia buat membuat Renaldi sampai saat ini tidak mendapatkan kabar dari orang yang dia sayang.

Alis bagian kanan Renaldi terangkat. "Saya rasa Anda pintar, jadi tidak mungkin Anda tidak tau dan mengerti mengapa saya pergi saat itu." tidak ada nada bersahabat dari ucapan Renaldi, bukan saja raut wajahnya yang tidak berekspresi namun nada bicaranya pun menjadi dingin dan terkesan tidak suka.

Bukan tidak hormat dan lebih mementingkan pacarnya. Renaldi hanya tidak suka sikap Helmi yang egois dan selalu mengambil keputusan seenaknya. Seharusnya dia mengerti saat itu acara apa? Dia pun tidak mengatakan apapun sebelumnya yang nambah membuat Renaldi jengkel dengan tingkah yang seenaknya

"Kamu tau tentang perjodohan dari lama, kenapa kamu kaget?"

Bibir Renaldi tertarik yang membuatnya terlihat jelas sedang senyum miring atas ucapan Helmi. "Apa saya pernah menerima perjodohan itu? Apa anda mengatakan kepada saya, sebelum di mana anda mengumumkan itu semua kepada media?" katanya sambil terkekeh pelan. "Anda tau? Pacar saya sampai sekarang tidak ada kabar atas ulah anda. Apa anda puas telah melakukan itu? Puas telah membuat orang yang saya sayang pergi?" lanjutnya yang membuat Helmi terdiam.

Helmi melepas kacamatanya, dia memijat hidungnya pelan. "Kasih tau alasan mengapa kamu ingin menolak perjodohan ini?" tanya Helmi sambil menatap Renaldi.

"Untuk apa saya memberi alasan? Apa itu penting untuk Anda??"

"Beri atau saya akan lanjutkan perjodohan ini," penawaran Helmi itu sepontan membuat kedua mata Renaldi membulat. Apa lagi ini? Apa ini hanya jebakan? Atau ini benar?

Namun dia berusaha menetralkan wajahnya, dia tidak ingin terlihat terlalu bahagia yang membuat dia berujung di jebak oleh rencana gila Helmi.

"Okey." Renaldi menghela napasnya. "Satu, saya tidak suka dengan Oliv. Kedua, saya cinta Mita. Ketiga, Oliv pacar bang Arnold," singkat padat dan jelas, hanya itu alasan dari Renaldi.

Tetapi Point ketiga membuat Helmi terkejut, jadi selama ini Arnold adalah pacar Oliv? "Oliv dan Arnold pacaran?" beo Helmi yang terdengar oleh Renaldi.

Renaldi terkekeh dan menyatakan, "ya."

Sebenarnya Helmi telah ingin memutuskan perjodohan antara keluarga Devano dan Nichol itu pun awalnya karena Olivia sendiri yang mengancam Ken untuk menyudahi perjodohan tersebut.

Tetapi belum Helmi mengatakan satu patah kata, Renaldi telah bangkit dan pergi dari ruangan tanpa ijin.

Esok harinya masih sama dengan kemarin, Renaldi lebih dahulu datang ke kelas Mita dari pada kelasnya. Bedanya saat ini dia hanya sendiri, tidak bersama dengan teman-temannya.

Namun hasilnya masih sama, Mita belum juga ada. Entah pikirannya berputar, sebenarnya Mita kemana? Kenapa dia sering kali menghilang.

Helaan napas terdengar gusar, sedangkan teman kelas Mita tidak heran dengan Renaldi yang datang ke kelasnya.

Mereka sudah paham Renaldi sedang mencari siapa.

Dia memutar tubuhnya, tujuannya sekarang adalah ruangan karate. Karena dia tau yang masuk ke ruang karate adalah hanya yang mengikuti eskul tersebut.

Memang Renaldi tidak mengikuti eskul karate, tapi kalian tahu lah siapa Renaldi.

Dia terus mengayunkan kakinya, hingga sampai di depan pintu ruangan dia berhenti dan memutar knop pintu dan membuka pintu tersebut.

Ruangan terlihat sangat sepi, Renaldi terus berjalan memasukan ruangan tersebut hingga tepukan di bahunya membuat dia menoleh.

Alvian hanya menatap Renaldi datar, sedangkan Renaldi pun sama.

"Ngapain?" tanya Alvian sambil menatap Renaldi dan bergantian ke setiap penjuru ruangan.

Gedikan bahu Renaldi menjawab pertanyaannya Alvian, sedangkan Alvian yang mendapatkan respon tersebut dengan cepat menempelkan tangannya di dahi Renaldi. "Nggak panas ko."

Pernyataan Alvian membuat Renaldi ingin sekali melempar anak ini sekarang juga ke lapangan, bisa bisanya dia bertingkah seperti Arsen, Rendi, Raka, Sendi, Jaka dan Reder. Dia kira yang otaknya waras Alvian dan Andra namun nyatanya salah yang waras hanya satu orang yaitu Andra.

"Nggak Waras," ucapnya lalu membalikan tubuhnya dan pergi dari ruangan tersebut, tingkah Renaldi membuat Alvian terkekeh pelan.

Di Warnang, pagi pagi sudah sangat ramai karena beberapa anak Soldpas belum sarapan.

"Dra Minum sekaliannn gue, Dra," teriak Rendi sambil mengunyah makanan kepada Andra yang sedang berjalan ke arah warung katanya mau mengambil minum.

Arsen yang berada tidak jauh dari situ melempar kacang yang dia ambil tadi ke arah Rendi sambil berkata, "telen dulu tuh makanan, baru ngomong!"

Cengiran tak berdosa yang dibalas oleh Rendi, sedangkan yang melihat balasan Rendi mengelengkan kepalanya pelan.

"Nih." Andra memberi es teh yang dia bawa ke hadapan Rendi, lalu mengambil tasnya dan berujar, "makan yang cepet kalau masih mau masuk sekolah, dua menit lagi gerbang ditutup," setelah mengatakan itu Andra belari terlebih dahulu meninggalkan mereka semua.

Sedangkan Semuanya dibuat panik oleh Andra, Arsen melihat jam di pergelangan tangannya, dan benar saja sekarang telah pukul enam lewat lima puluh delapan.

Semuanya langsung mengambil tas masing-masing, dan mereka semua berteriak kompak kepada pak Nanang, "Pak bayar pulang sekolah ajah ya."

Telat satu detik saja mungkin mereka sudah tidak masuk ke dalam sekolah, dan saat ini mereka telah berada di kelasnya yang diawali oleh mata pelajaran Matematika.

Pulang sekolahnya, Nazwa dan Zahra berjalan di koridor sekolah. Rancangnya mereka akan mempersiapkan untuk besok kemping mereka pun berniatan membeli beberapa kesukaan Mita karena tebakan mereka pasti Mita akan ikut serta.

"Kita ke rumah gue dulu ya," kata Zahra yang diangkui Nazwa.

***

Esok harinya, tepat di mana pemberangkatan kemping murid kelas sebelas.

Sekolah sudah sangat ramai, pembagian bus pun telah diumumkan. Dimana kelas IPA satu dengan IPA enam, IPA tiga dengan IPA empat dan IPA dua dengan IPA lima dimana kelas Mita dan Renaldi berada di bus yang sama. Untuk pembagian bus IPS pun sama.

Renaldi dkk telah duduk dibagian belakang, semuanya telah dipenuhi oleh para murid hanya tersisa dua kursi yang masih kosong.

Pandangan Renaldi menatap setiap tempat, yang dia tunggu saat ini adalah Mita, ke mana Mita? Apa dia tidak ikut?

"Di, Mita masih nggak ada kabar?" tanya Andra yang melihat tidak ada kehadiran Mita.

Renaldi mengedikan bahunya, lalu dia berjalan menghampiri Zahra dan juga Nazwa. "Mita nggak ikut?"

Suara berat itu membuat Nazwa menoleh ke arah Renaldi. "Nggak tau," jawab Nazwa.

"Eh, itu Mita," seru Zahra membuat beberapa orang menoleh ke arah yang Zahra tunjuk termasuk Renaldi.

THANK YOU FOR READING💙

DON'T FORGET VOMENT+FOLLOW

SEE U NEXT CHAPTER💙

UNTUK RENALDI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang