[6] pembukaan cabang

1.5K 462 80
                                    

REPUBLISH

Happy reading.
.

.

Setelah kejadian dorong-mendorong sepeda, esoknya aku bangun dengan keadaan tubuhku ngilu semua. Kemarin, saat sampai di rumah aku langsung tidur tanpa mandi sebab sudah tidak kuat lagi bahkan untuk mengangkat kepala, sampai lupa mengabari Deya. Ah, sudahlah. Nanti waktu acara pembukaan cabang akan kujelaskan permintaan maafku.

Ndoro Ayu mendesakku untuk mau diantar Bang Aras ke tempat pembukaan cabang butik. Walau tadinya sedikit adu pendapat, pada akhirnya mau tidak mau aku harus menuruti perintahnya. Padahal aku sudah menyakinkan bahwa aku tidak apa-apa tapi tetap saja, aku berusaha memaklumi. Apalagi cabang butikku yang baru berada di Sidoarjo, sedikit jauh dari butikku yang dulu, karena memang dapat tanahnya di sana.

Bang Aras yang memang libur saat hari minggu tidak keberatan mengantarkanku ke tempat acara. Memakai sekuter kesayangannya kami melaju dengan kecepatan 40 Km/Jam.

"Bang, bisa cepet dikit nggak? Nanti Ra telat kalau kecepatan abang lelet kayak siput gini!" ucapku dengan suara sedikit sambil menepuk bahu Bang Aras. Sebagai pemilik aku seharusnya datang lebih awal daripada yang lain dan juga memastikan semuanya aman tak ada kendala.

"Oke," jawabnya lalu mengegas sepeda menambah kecepatan.

"Wwee iingggal haa naaathiii."

Hah? Bang Aras pakek bahasa planet mana? Ucapan Bang Aras terbawa angin karena kecepatan sepeda bertambah. Kugerakkan kepalaku mendekati bahunya. Dia bilang apa sih?

"HAH? APA?"

"GUE TINGGAL YAA NANTI!" ucapnya menengokkan kepala sedikit tapi matanya tetap fokus dengan jalanan.

"EMANG MAU KEMANA? KENAPA NGGAK IKUT ACARA AJA?" Kami berbicara sambil sedikit berteriak, entah apa yang mungkin dipikirkan orang lain saat mendengar kami saling berteriak di jalan. Tapi apa boleh buat, nggak kedengeran.

"JALAN SAMA NANA!" Etdah, pacaran mulu perasaan. Terus jalan ke pelaminannya kapan?

"TERUS NANTI RA PULANGNYA GIMANA?"

"GUE JEMPUT, TAPI NGGAK IKUT ACARA."

"YAUDAH IYA! TAPI JANGAN TELAT!"

"IYA! PEGANGAN! GUE NGEBUT!" Aku mengangguk lalu mengeratkan pelukanku di perutnya.

Sesaat setelah sampai di tempat tujuan, Bang Aras tidak turun untuk sekedar mampir mengintip acara, dia langsung pamit karena Nana sudah meneleponnya. Aku masih memandangi sepedanya yang mulai menjauh. Hih, dasar bucin.

"Ra! Ayo acara sudah mau di mulai!" Aku berbalik mendengar ucapan Mbak Nita lalu melihat jam tanganku. Astaga! Sudah jam 8 kurang sepuluh menit. Pantas saja di dalam sangat ramai, memang sudah mau di mulai ya?

Mbak Nita menyeretku untuk masuk ke dalam, aku yang memang sudah terlambat pasrah saat ibu berbuntut satu menarik tanganku.

Sesampainya di dalam Mbak Nita mengambil tasku dan menyuruhku naik ke atas panggung untuk berpidato sekedar memberi sambutan. Aku mengambil microphone lalu berdehem sebentar, cukup gugup sebenarnya berbicara di depan banyak orang walau ini bukan pertama kalinya pidato di dalam acara pembukaan butik.

"Assalamualaikum, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi kita kesehatan pada acara pada pagi hari ini. Untuk mengemat waktu dan tidak ingin berbasa - basi, acara pembukaan cabang Rams Boutique saya buat bersamaan dengan lauching seri gamis terbaru yang saya beri nama seri gamis shaffiyah."

Don't Fall in Love, It's a Trap! [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang