[22] desain

788 110 7
                                    

Enjoy.



"Mbak Ra."

Perbincanganku dengan Mbak Nita mengenai produk baru terhenti saat Sani memanggil namaku.

Dia berdiri gugup di depan kami, mendekap erat skecth book dipelukannya. Mengigit bibir bawahnya, dia seolah kesulitan mengutarakan maksudnya.

"San?" Dia mendongak.

Aku menepuk tempat kosong di sampingku, lalu melambaikan tangan untuk mengisyaratkannya duduk. Memahami itu dia mengambil tempat yang aku maksud.

"Ada apa? Kok kamu kelihatan gugup gitu?"

"Iya, San, mukamu sampai pucat loh itu." Mbak Nita yang duduk di sebelahku menimpali.

"Saya punya sesuatu buat, mbak, tapi nggak tau mbak suka apa enggak," katanya, membuatku memiringkan kepala bingung.

Dia membuka sketch book-nya dan meletakkan dipangkuanku. Ipad yang ada ditanganku sudah berganti dengan sketch book pemberian Sani.

Mataku mengerjab beberapa kali, mencerna gambaran yang digambarnya.

"Jelek ya, mbak? Itu sebenernya gambaran lama saya, cuma baru kesampaian sekarang nunjukinnya ke mbak." Dia menunduk, menggosok-gosok telapak tangannya berusaha menghilangkan kegugupan.

Melihat aku masih terdiam, dia berniat mengambil kembali bukunya namun berhasil kutahan.

Seketika senyuman bangga terbit dibibirku, "Kamu pintar buat desain kok nggak bilang, Mbak sih, San? Ini bagus banget loh desainnya. Ya kan, Mbak Nit?" pujiku sambil menunjukkan hasil rancangan Sani kepada Mbak Nita. Mbak Nita mengangguki.

(note : desain baju ini gambaranku sendiri, rek

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

(note : desain baju ini gambaranku sendiri, rek. Jadi tolong dimaklumi kalau emang hasilnya jelek)

Mbak Nita kini mengambil alih gambaran Sani, "Ide kamu bagus loh, kenapa baru bilang sekarang?"

Dia menggaruk kepalanya kikuk sambil tersenyum kaku. Semburat kemerahan timbul di pipi putihnya akibat pujian tidak terduga.

"Malu, Mbak. Gambaran saya masih jelek. Tadi aja mau bilang rasanya jantungku kayak mau copot," jawabnya mengelus dada.

"Ya gitu emang, dulu pas pertama kali wawancara kerja, mbak, malah disuruh praktekin keterampilan menjahit sama Ra."

Mbak Nita terkekeh saat menceritakan masa lalunya.
Mengabaikan guyonan Mbak Nita aku fokus kepada Sani.

"Terus ini penjelasan rancanganmu gimana, San? Kalau kamu izinin, desain ini bisa jadi produk baru butik. Dan nanti nama produknya terserah kamu?" tanyaku kepadanya.

Dia menutup mulutnya, setetes air matanya jatuh mengaliri pipinya. Mengusap kasar dengan punggung tangan dia bertanya, "Serius, Mbak? Aku nggak lagi mimpi, kan? Cubit aku, tolong!" ucapnya menyodorkan lengan kanannya.

Don't Fall in Love, It's a Trap! [✔]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum