[7] tasyakuran

1.3K 366 64
                                    

REPUBLISH

Happy reading.
.

.

"Udah lah, Ra. Kan cuma kenalan, siapa tahu cocok?"

Aku mengembuskan nafas kasar, sejak tadi Bapak Ibu dan Bang Aras mencoba membujukku menerima tawaran Bu Dhe Sum yang ingin mengenalkanku dengan salah satu anak temannya.

Ternyata Bu Dhe Sum berusaha mewujudkan ucapanya padaku saat di pernikahan Mbak Sari. Sebenarnya aku sedikit marah saat Bu Dhe sudah memberikan nomorku kepada anak temannya tanpa sepengetahuanku, walau aku tahu maksud tujuannya itu baik. Ingin aku segera menikah. Tapi kan, ah sudahlah.

"Jadi gimana?" tanya Bang Aras, sepertinya kekepoannya akan jawabanku membuatnya menunda untuk berangkat ke sekolah. Dasar kepo.

"Hmm." Aku menjawab sekenanya sambil mengganti channel siaran televisi.

"Hm kui artine opo? Iya opo ora¹?" kini Ndoro Ayu yang berganti bertanya. Sepertinya cuma Bapak yang ingin tahu tapi tidak berniat bertanya, seperti sifatnya beliau tidak terlalu suka bicara namun bisa menjadi pendengar yang baik.

"Terserah." Kulihat ada kilatan senang dimata Ndoro Ayu, sepertinya Ndoro Ayu paling antusias menyambut niat baik Bu Dhe Sum.

"Ibu anggap itu artinya iya," ucapnya lalu mengambil ponsel, mungkin mengabari Bu Dhe Sum.

Bang Aras tersenyum jahil, "Kalau gini kan gue bisa berangkat, jawab gitu aja lama? Ayo bang." Aku melotot, siapa yang menyuruhnya menunggu jawabanku.

"Udah! Berangkat sana ngabisin oksigen aja di sini," usirku membuat Bang Aras ketawa ngakak.

Bapak dan Bang Aras berdiri lalu beranjak berangkat kerja.

###

Karena pekerjaan di butik tidak terlalu menumpuk aku bisa sedikit bersantai di rumah. Dan kemungkinan akan libur hari ini mengingat dua hari kemarin tubuhku seolah menolak meninggalkan kasur, capeknya kebangetan.

Saat asik menonton acara televisi, ponselku yang ada di meja berdering menandakan pesan. Aku menyuap kacang lalu beranjak mengambil ponsel. Nomor baru? Ini siapa? Mengingat nomorku ada dua dan yang mengirimiku pesan di nomor yang kukhususkan untuk orang terdekatku saja.

+628****564345

Assalamualaikum, Aeera? Saya Gala.

Anda

Waalaikumsalam, maaf Gala siapa ya?

+628****564345

Memang Bu Sum belum memberi tahu nama saya ya? Saya yang mau dikenalkan dengan kamu.

Anda

Oh, maaf, Mas. Nggak tahu.

+628****564345

Iya, nggak papa. Btw, salam kenal.

Aku sedikit tak menyangka secepat ini anak kenalan Bu Dhe akan menghubungiku. Dilihat dari foto profil WhatsAppnya, tenyata pria bernama Mas Gala ini berparas cukup tampan. Rambut berjambul dengan hidung mancung, kulit hitam eksotis khas Indonesia tapi manis, alis yang tebal dan tak lupa garis rahang yang terlihat jelas.

Ku gelengkan kepalaku. Astagfirullah, zina mata!

"Kamu kenapa, Ra geleng-geleng begitu? Teleng?" tanya Ndoro Ayu yang entah sejak kapan duduk di sampingku.

Don't Fall in Love, It's a Trap! [✔]Where stories live. Discover now