[11] pertemuan keluarga

1.3K 294 79
                                    

REPUBLISH

.
.

Enjoy

Dua minggu sejak putusnya dengan Randi, Deya semakin sering berkunjung ke rumahku, entah itu hanya sekedar mampir makan siang atau rebahan sampai sore. Katanya dia ingin melupakan rasa patah hatinya dan juga mengisi kegiatan kosongnya yang biasanya diisi untuk mantan pacarnya itu. Kurasa itu cara yang cukup ampuh mengalihkan rasa patah hatinya.

"Ra, makan Jajangmyeon yuk! Pengen." Deya memandangku dengan ekspresi memohon, kedua tangannya ditangkup di depan dada, persis kelakuan anak kecil. Ndoro Ayu berhenti memotong bawang dan mengalihkan perhatian kepada Deya sambil memiringkan kepala.

"Ujangmon? Panganan opo maneh kui? Heran, tambah suwe jenenge panganan aneh-aneh¹." Deya merungut karena kesalahan Ndoro Ayu terhadap pengucapan nama makanan kesukaan oppa-nya, ya...siapa lagi kalau bukan leadernya BTS, Rap Monster.

"Jajangmyeon, Tante! JA-JANG-MYEON!" ejanya dengan punggung tangan kanannya menepuk telapak kirinya berusaha menekan setiap suku kata. Dalam hati aku terkikik, dasar fansgirl. Ndoro ayu melanjutkan memotong bawang, namun bibir bawahnya maju sedikit dengan kepala mengangguk-angguk sebagai tanggapan.

"Ah Tante nih. Nggak seru." Aku terkekeh melihatnya uring-uringan ketika mendapat respon tidak perduli dari Ndoro Ayu.

"Malika, Ndoro. Malika! Kedelai hitam yang dibesarkan sendiri," ucapku mencoba memberi clue agar Ndoro Ayu paham, sedikit kasihan melihat Deya kesulitan menjelaskan kepada Ndoro Ayu. Mendengar itu sebelah alis Ndoro Ayu naik, sepertinya masih terlihat bingung.

Deya menghembuskan nafas besar, "Mie kedelai hitam, Tante," ucapnya kesal.

Terdengar oh panjang dari Ndoro Ayu, "Oh...mie kecap? Kenapa nggak bilang ket mau² sih? Pakek dinamain aneh - aneh, apa tadi Pa? Pa-njangmun? Cah Enom...cah enom³." Gelak tawaku berderai mendengar celetukan polos dari Ndoro Ayu yang aku yakin membuat Deya keki setengah mati.

Walau yang dibuat kesal masih menggerutu namun tanganya tetap cekatan mengupas wortel. Deya mengedarkan perhatiannya pada setumpuk bahan pangan mentah seperti sayuran dan daging yang kini memenuhi meja makan menunggu untuk dikupas dan dibersihkan.

"Nanti ada acara ya, Ra? kok tumben belanjaan sayur segini banyaknya?" tanya Deya yang sepertinya baru menyadari belanjaan Ndoro Ayu.

Ndoro Ayu menarik kursinya mendekati Deya lalu berbisik. Entah apa yang sedang mereka bicarakan tapi perbincangan itu nampak serius sampai membuat bola mata Deya melotot seolah ingin keluar dari kelopaknya. Usai berbisik, senyum seringaian Ndoro Ayu terbit. Aku meneguk ludah, firasatku tidak enak.

Aku mencium bau-bau konspirasi nih. Benar saja, sedetik kemudian Deya berteriak kencang sampai membuat gendang telingaku serasa ingin pecah. Apa-apaan anak ini?

"LO MAU KENALAN COWOK NGGAK BILANG GUE!" aku memutar bola mataku malas, reaksinya terlalu berlebihan sementara Ndoro Ayu menutup mulutnya dengan kedua tangannya, menahan tawa.

Deya tertawa sumbang, "WUAHH...jadi begini rasaya dikhianati." aku mendadak resah, kayaknya dia beneran marah. Salahku juga belum memberitahunya perihal perkenalan keluarga dengan pria pilihan Bu Dhe Sum.

"Eh, aku minta ma--

"Gimana ganteng, nggak?"

Rahangku hampir copot mendengar kalimatnya, ku tarik lagi permintaan maafku. Wuah...bisa-bisanya dia bertanya dengan pertanyaan tidak bermutu seperti itu? seharusnya dia tanya apakah calonku sholeh apa tidak, dan bukan bertanya tentang ketampanan. Walau itu juga perlu namun fisik itu poin terakhir di bawah ahklaq. Ya Tuhan, dulu Tante Mita ngidam apa sih waktu hamil sampai anaknya bisa kayak gini?

Don't Fall in Love, It's a Trap! [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang