Prolog

946 56 22
                                    

Bismillah ...

Mempersembahkan:

Pencahayaan telah hilang di tempat yang sedang dijamah oleh penjajah durjana yang ingin meliputi kawasan tercanggih di jagat raya, sekaligus menghantamkan dendam yang mengjakiti relung hati mereka sejak tiga generasi. Pertarungan sengit tersebar di setiap titik kawasan markas yang dijamah. Mulai dari usia kepala satu sampai yang berkepala empat melakukan serangan demi serangan. Robot-robot pun tak mau ketinggalan saling menyerang satu sama lainnya, mulai dari mikrobot hingga super megabot.

Seorang gadis belia, berumur sepuluh tahun tengah berdiri di dekat aquarium yang berisikan alat canggih yang memiliki kekuatan sangat super. Bahkan lebih besar kekuatannya daripada teknologi yang dipakai oleh pahlawan teknologi yang ada.

Sedangkan kedua orang tuanya yang juga sama-sama seorang pahlawan di sana, tengah bertarung melawan tangan kanan dari musuh. Tentunya tidak mudah untuk membuatnya kalah telak, skill dan teknologi yang dimiliki musuh tidak kalah kerennya.

Gadis itu sebenarnya tidak sabar ingin melontarkan serangan kepada musuh. Ia ingin unjuk gigi dan mempertontonkan kekuatannya kepada musuh. Menunjukkan bahwa ia juga bisa melakukan serangan hebat seperti teman-temannya yang lain. Akan tetapi, orang tuanya sangat memintanya untuk tetap berada di samping aquarium itu.

"HAHAHAHA." Tiba-tiba suara tertawa seorang pria menggelegar di ruangan tersebut, membuat gadis itu menjadi waspada menghadapinya.

"Sandraku yang kabur tiga hari lalu sekarang sudah ada di sini, ya?" Ia menunjukkan batang hidungnya di hadapan gadis tersebut, mulutnya tersenyum miring.

"Mr. Arsen!"

Seorang pria yang pernah menyamar sebagai tukang bersih-bersih di sekolah dasarnya itu datang sendirian. Gadis itu agak curiga, karena ia datang dengan tenang, tanpa menyodorkan senjata, atau membawa bala bantuan.

Tiba-tiba Arsen mengangkat kedua alisnya, dan seketika itu pula gadis itu merasa ada yang memegangi kedua tangannya. Sehingga tangan gadis itu sulit digerakkan karena ada yang menahannya.

"Tidak terlihat?" gumamnya. "Pengkhianat ... siapa pengkhianat ini?!" Ia tahu betul, jika kekuatan teknologi yang dimiliki para pahlawan di sini adalah menjadi tak terlihat oleh kasat mata.

"Green Hearth kamu sudah kami scan dan duplikasi, Sayang. Jadinya, kami berhasil menciptakan sebuah alat yang dapat membuat kami berpindah dimensi ruang. Hingga kami tiba di planet Prosper ini."

Jika begitu ... berarti yang di belakangku ini bukan pengkhianat? Tapi hasil duplikasi mereka?

"Tapi yang dibelakangmu itu bukan hasil duplikasi. Itu asli."

Kedua mata gadis itu terbelalak.

Informasi yang terjadi di ruangan yang ditempati gadis itu, sampai ke orang tuanya, pahlawan kecil lain, dan juga robot-robot. Sehingga tak menutup kemungkinan pertarungan pun terjadi di sana dan kehendak para musuh untuk mengambil benda tercanggih di aquarium itu menjadi terhambat.

Ibu dari gadis itu kebetulan baru saja mengalahkan sebuah drone dari musuh, ia lekas menepi mendekati anaknya yang masih melindungi aquarium tersebut. "Kita tidak akan aman di sini." Kemudian ia mengambil benda canggih itu dari wadahnya dan memasukkannya ke dalam saku baju khusus agen pahlawan.

"Ikut Mamah, Nak," ajaknya yang kemudian sama-sama berlari melewati lorong-lorong. Sebelum itu, tentunya aksi larinya diketahui oleh musuh.

"Papah masih bertarung dengan tangan kanan musuh. Di circle kita akan mendapat bantuan dari teman-teman seusiamu. Semoga saja mereka tidak terlambat."

"Iya, Mah."

Sesampainya di circle, sebuah ruangan yang beralaskan lingkaran, mereka justru dikagetkan dengan keberadaan ketua dari musuh-musuh yang menyerang itu. Ini bukan sekelas tangan kanannya lagi, tapi tingkat yang lebih tinggi lagi, otak atau seorang dalang dari penyerangan ini yang tengah mereka hadapi.

"Serahkan benda itu kepadaku, atau putrimu tidak akan selamat!" ancamnya dengan nada dingin tetapi begitu menusuk ke dalam hati. Ia pandai sekali mempermainkan emosi seorang wanita, ia mengetahui bahwa seorang ibu tidak akan rela kehilangan putrinya.

"Kamu tau? Saya tidak pernah main-main dengan ucapan saya." Ia lantas menunjukkan kekuatannya dengan menembakkan serangan dahsyat ke sisi kirinya, yang berasal dari sarung tangan yang ia kenakan, walhasil tembok yang dikenal orang-orang di markas dengan kekohonnya yang begitu kuat, seketika roboh.

"Kamu mau nasib putrimu begitu? Hancur berkeping-keping?"

Gadis tersebut melihat raut wajah ibunya yang terlihat gusar dan panik setelah menyaksikan kejadian tadi. Mungkin saja imajinasi serangan tadi jika dilontarkan kepada putrinya telah terbayang begitu kuat di dalam pikiran ibunya.

Aku tahu, mamah sangat menyayangiku. Mamah tidak mungkin ingin aku tewas karena benda itu. Tapi ... jika benda itu jatuh ke tangan yang salah, akan sangat berbahaya. Mamah tidak boleh terhasut dengan ucapan bedebah itu! Aku harus melakukan sesuatu.

"Benda ini hanya akan berfungsi jika agen biru yang memakainya, dan itulah kenapa benda ini disimpan di aquarium." Perkataan ibunya yang pernah disampaikan kepadanya terlintas begitu saja. Sebuah ide cemerlang pun muncul di kepalanya, setelah mengingat bahwa ia adalah pemilik green heart dengan ber-agen-kan biru.

Ia langsung menarik paksa benda itu dari ibunya yang terlihat masih menimbang-nimbang.

"Apa yang-"

Cuss!

Sebuah cahaya menyilaukan mata seketika tiba setelah gadis itu menempelkan benda tadi dengan green heart-nya-yang berada di depan dada kirinya.

"Kamu memakainya ...?!"

Setelah menyaksikan ibunya berkata seperti itu, ia pun merasakan kacamata transparan, yang memang diperuntukkan untuk agen pahlawan di markas ini, mulai memburam. Kemudian ia pun melihat mode over di layar kacamata tersebut.

"Hah! Putriku!"

***

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

😊😁

Hai jumpa lagi dengan saya, Aida dalam lapak cerita yang baru dan genre yang uwaaw.

Di sini, saya menyuguhkan cerita Science Fiction-Fantasy-Spiritual, semuanya bersatu-padu. Dan semoga kalian suka.

Kritik dan saran kalian selalu kutunggu, sebab saya masih belajar juga sih. Apalagi, ini genre sci-fi yang pertama😅

Oke segitu aja, terima kasih sudah berkenan mampir😊

Revisi Version
/💨
Tertanda,
Garut, 26 Januari 2022
©2022 Nur Aida Hasanah

Eroi Musulmani [Revisi Version]Where stories live. Discover now