05 : Ulah Zila

284 41 4
                                    

"Ini UKS kok tutup sih," sebal Vano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini UKS kok tutup sih," sebal Vano.

"Aku gak papa kok," dengan berani Calin mengeluarkan kalimat tersebut.

"Biar babang Rangga yang dobrak," ujar Rangga mulai meremas jemarinya.

"Satu... Dua... Ti—"

"Ekhm!" dehem Satria mengangkat tangannya dan melihatkan sebuah kunci.

"Eh? Anjir kok ada di elo sih?" tanya Rangga bingung, sedangkan Satria hanya tercengir.

"Aneh," gumam Rangga.

"Eh tolol! Lo lupa gue kan MANTAN PMR, ya tau dong," sahut Satria tak terima dikatain aneh.

"Minggir lo! Sini biar gue buka!" Satria menepikan tubuh Rangga.

Setelah pintu terbuka, Vano langsung mendudukkan Calin diranjang UKS, dan Vano duduk diatas kursi sambil menunggu Satria mengambilkan kotak P3K untuk mengobati wajah Calin yang sedikit lebam akibat tamparan si cabe kriting.

Rangga hanya terpelengo, "woy Sat!" panggil Rangga.

"Hmm."

"Kabur yok! Sebelum jadi NYAMUK," Rangga sengaja menekan kata terkahir, agar yang disindir sadar. Namun, nihil! Namanya juga Vano, ia hanya acuh.

Setelah kepergian Rangga dan Satria,Vano mengobati Calin.

Febi dan Lia juga berada di UKS. Febi diam saja sambil mengamati wajah Calin dan mengingat tentang gadis itu.

"Sepertinya dia memiliki banyak penderitaan," batin Febi.

••|••|••

Lia, Vano dan Rangga sekarang sedang berada di rooftop. Saat ini sedang berlangsungnya pelajaran, namun mereka memutuskan untuk bolos.

"Gak sabar gue pengen ke London," ucap Rangga sembari memandang foto Big Ben pada malam hari. Sambil berhayal, tak lupa dengan senyuman yang selalu mengambang membuat Lia dan Vano ilfeel melihat tingkah lakunya.

"Tunggu si Febi aja nanti nepatin janjinya. Gue juga udah gak sabar," ucap Lia.

Mereka bertiga tengah bersantai di rooftop. Sedangkan keadaan pada kelas 12 IPA 1....

"Heh cupu! Nih lo kerjain tugas gue!" perintah Zila dalam kelas saat Ibu Beti keluar kelas sebentar untuk mengambil buku nilai yang tertinggal di kantor.

Calin pasrah saja, jika tidak ia sudah tau akibatnya yang akan terjadi jika dia mengelak. Lebih baik ia menurutinya saja.

"Lo. Gak. Usah. Nyuruh. Dia!" ucap Febi penuh penekanan setiap katanya.

"Siapa lo hah?" bentak Zila.

Sontak Febi yang seumur hidupnya tidak pernah dibentakpun terpancing emosi.

Empety •END• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang