19 : Aneh

252 25 2
                                    

"Le-lepasin," ucap Calin lemas, saat ia bangun sudah berada di tempat yang tak ia ketahui

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Le-lepasin," ucap Calin lemas, saat ia bangun sudah berada di tempat yang tak ia ketahui.

Nampaknya, saat ini Calin sedang berada di sebuah bangunan tua, dengan pintu yang tertutup. Dan jendela-jendela yang tidak menggunakan penutup hingga terlihat dedaunan yang menjuntai. Sepertinya tempat ini berada di tengah hutan.

"Dia bangun."

"Beri lagi obat bius padanya."

Baru saja Calin ingin meberontak, namun jarum suntik itu sudah mengenai bagian tubuhnya. Hingga gadis itu tertidur kembali.

••|••|••

"KUMPUL!" ucap Vano pada Rangga, Satria dan juga Dina melalui video call group menggunakan WhatsApp.

"Dimana woy?!" tanya Rangga dengan nada ngegas.

"Kafe depan kompleks rumah SeRangga aja!"

"ANJIM!!" Rangga yang tak terima di hujat.

"Bukan waktunya mengeluarkan umpatan! Kanapa lo tiba-tiba nyuruh kumpul?" tanya Febi pada layar ponselnya.

"Darurat! Gak pakai lama! Gue tunggu 5 menit!"

Ucap Vano dengan santainya sambil mengemudikan mobilnya. Sedangkan ketiga orang yang ia tatap di layar ponsel sontak terkaget, lalu bergegas.

Cittt

Vano menginjak rem mendadak, saat ia sudah sampai di tempat yang ia tuju.

"Turun, Tan," ucap Vano, lalu Alea dan Vano turun memasuki kafe.

Hanya ada Rangga di pojok kafe, Vano dan Alea menghampiri Rangga.

Tak lebih dari 5 menit, Satria, Febi dan Lia pun datang bersamaan.

"Kenapa sih lo?" tanya Satria dengan wajah datarnya.

"Tau nih, gue baru aja bangun. Mana belum mandi, gimana mau sekolah? Lo nya duluan nyuruh turun," tuduh Rangga sambil menyeruput es yang dipesannya.

"Gak usah ke sekolah, ntar izin lewat wali kelas aja," cegah Vano cepat.

Lia menatap Alea bingung. Alea pun yang merasa di tatap oleh Lia langsung memperkenal dirinya.

"Saya Alea, Tantenya Calin," ucap Alea pada Dina, Rangga dan Satria.

"Calin punya Tante? Kok aku baru dengar, sebelumnya dia gak pernah cerita ke aku. Emm, Calin kok gak ada?" oceh Febi.

"Gak usah bahas yang di luar topik dulu. Intinya gue mau bilang Calin hilang!"

Febi, Lia, Rangga dan Satria sontak terkaget, bagaimana bisa anak itu hilang.

"Serius lo?" tanya Febi.

"Iya, serius. Dari tadi subuh gue chat dia, tapi gak di balas. Padahal Calin online aja pas tengah malam itu," jelas Vano.

"Online? Berarti bisa kan di lacak?" usul Alea.

"Oh iya, di ponsel Calin kan juga aktif GPS," seru Vano baru menyadari hal itu, karena ia dari tadi sangat panik.

Vano segera melacak nomor Calin. Dan mereka semua menatap ke layar ponsel Vano yang sengaja Vano letakkan di atas meja bundar agar mereka semua bisa melihat.

••|••|••

"Nih posisi benar gak?" ragu Satria. Pasalnya mereka tengah berada di dalam hutan.

Mereka saling tatap, "Arah sana!" tunjuk Vano.

"Ehh, liat deh. Ada bangunan tua!" heboh Rangga.

Sorot mata mereka berenam tengah terfokus pada suatu bangunan tua di tengah hutan. Bangunan itu terlihat cukup tua, dengan dipenuhi daun menjalar di sekelilingnya.

"Tolonggg," terdengar suara teriakan dari sana.

Tak lama dari itu. Saat Febi, Lia, Vano, Satria, Rangga dan Alea ingin menghampiri sumber suara. Samar-samar sudah terlihat seorang gadis yang tengah berlari.

"Calin!" pekik semuanya ketika melihat Calin menghampiri mereka.

"Kalian," dengan cepat Calin berlari secepat-cepatnya.

Saat ingin menghapus keringatnya, Vano menjerit karena lengan Calin sedikit luka dan darah itu masih keluar.

"Lo kenapa bisa di sini?" cemas Febi memeluk erat tubuh Calin.

"Tangan kamu," tunjuk Vano.

"Buruan ke mobil," ucap Vano setengah berlari sambil memegangi erat lengan Calin.

"Nih, cuci dulu," Lia mencuci lengan Calin yang berdarah itu lalu dengan cepat Vano mengikatkan kain sapu tangan pada lengan Calin.

"Ini kok bisa gini sih?" tanya Vano dan Calin menunduk lemas.

"A-aku juga gak tau, kenapa bisa di hutan itu," jawab Calin.

"Ceritain dong, kok Calin sampai sini. Bukannya dari tadi malam di rumah aja, kan?" tanya Alea melepas cemas.

"Malam tadi waktu Calin tidur, ada orang yang menyelinap masuk ke kamar Calin, terus setelah orang itu bius Calin, Calin ketiduran. Anehnya pas Calin bangun, Sasa di bangunan ini. Habis itu entah bangun atau mimpi, Calin berada di ruangan serba putih sedang terbaring di ranjang. Dan ketiga, Calin bangun dan ruangan kosong, habis itu Calin lari keluar dan untungnya sudah ada kalian," jelas Calin, sedangkan mereka yang di jelaskan hanya menyimak dengan teliti.

"Aneh sih," ucap Febi.

"Gak ada tujuannya gitu mau nyulik," celutuk Rangga.

"Heh! Jaga omongan lo, untung Calin selamat," bantah Vano.

"Iya sih, tujuannya gak jelas. Itu kenapa tangan Calin dilukain gitu ya?" gerutu Alea.

"Nah, itu dia, Tan," sahut Febi.

"Lo gak ada musuh atau apa kan, Lin?" tanya Lia.

"Enggak lah," Calin menggeleng cepat.

"Ya sudah, sekarang kita pulang. Kalian semua langsung sekolah?" tanya Alea sontak mereka semua enggan untuk mengangguk.

"Sudah setengah sepuluh, nangguh sih," ucap Rangga.

"Betul juga tuh, mending kita party," ajak Lia antusias.

"Party? Gue ketua kelas wey, ya kali gak turun sekolah," sahut Satria.

"Derita elo deh, Sat," sahut Rangga.

"Party di rumah gue aja," ajak Febi dan semuanya mengangguk.

"Em, tapi antar Tante pulang dulu," pinta Alea.

"Lah, Tante gak ikut?" tanya Calin.

"Enggak dulu ya."

"Oke deh."

Salam hangat, Nayla

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Salam hangat, Nayla.
29/04/2021

Empety •END• Where stories live. Discover now