16 : Sakit

324 36 12
                                    

Gadis itu menatap layar ponselnya, terlihat sudah pukul 02

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu menatap layar ponselnya, terlihat sudah pukul 02.50 namun ia tak kunjung tidur.

Kepalanya terasa sedikit sakit, dan dadanya sangat susah untuk bernafas.

Sesekali ia sampai terbatuk-batuk, memegangi dadanya yang sakit.

Ingin sekali ia meminta bantuan pada orang terdekatnya, namun ia tak ingin menyusahkan orang lain seperti dulu lagi.

Jika meminta bantuan kepada Rani, apakah sang mama itu akan memakinya lagi atau malah iba padanya.

Cklek

Tiba-tiba pintu kamar Calin terbuka. "Belum tidur?" tanya Rayhan, rupanya ia menyadari suara berisik dari kamar Calin.

"Belum, Calin kurang enak badan. Ntar juga sembuh," ucapnya merasa kuat.

"Yaudah, saya carikan obat ya," ucap Rayhan ingin melangkah pergi.

"Gak usah, Om. Calin gak mau ngerepotin," balas Calin sambil memegang dadanya yang sesak.

"Tapi ini demi kesehantan kamu, tunggu bentar ya," ucap Rayhan lalu beranjak pergi. 

Rayhan berjalan menuju kamarnya, dan membangunkan Rani.

"Apaan sih?" jawab Rani masih dalam keadaan setengah sadar.

"Calin sakit, kamu jenguk sana ke kamar dia. Bawain obat gih," perintah Rayhan kepada istrinya.

Mendengar kata 'Calin' Rani langsung terduduk memendam amarahnya, "paling dia cuma sakit biasa, besok pagi juga sembuh."

"Kalo gak sembuh-sembuh gimana? Kasian dia," ujar Rayhan merasa iba pada anak tirinya, ralat! Pembantunya.

"Kamu tunggu sini, biar aku yang ngurus dia," ucap Rani dengan membawa beberapa kepingan obat.

Rani berjalan menuju kamar Calin dengan mulut komat-kamit merapalkan sumpah serapah pada Calin yang telah membuat tidurnya terusik.

Brakk

Rani membuka kasar pintu kamar Calin, menatap gadis itu penuh amarah.

"Kenapa?" tanya Rani terdengar dingin, namun bagi Calin kali ini Rani sangat perduli dengannya.

"Calin gak enak badan, rasanya sesak sama kepala Calin sedikit pusing. Jadi Calin gak bisa ti-"

"Nih minum," Rani memberikan obat kepada Calin.

"Makasih, Mama. Calin sayang Mama," ucap Calin karena kali ini ia mendapat perhatian lebih dari Mamanya. Apakah ini mimpi?

Rani mendekat ke arah Calin, hal itu membuat Calin senang. Ia merasakan rasa sakitnya hilang sesaat saat Rani benar-benar mau membantunya malam ini.

"Ingat baik-baik! Kamu itu bukan siapa-siapa saya. Anak saya cuma satu! Yaitu Zila, gak ada yang lain," tegas Rani membuat hati Calin kembali tersayat.

Empety •END• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang