23 : Kecelakaan

204 25 5
                                    

Dengan langkah gusar serta air mata yang bercucuran Calin terpaksa pulang ke rumah dengan berjalan kaki

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dengan langkah gusar serta air mata yang bercucuran Calin terpaksa pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Ia bingung harus berkata apa nantinya.

Febi pun tak bisa bertindak lantaran kelasnya yang sedang dimasuki guru kiler.

Cittt!

"Kok pikiran aku gak enak," monolog Rayhan sambil memegangi dadanya. Hampir saja ia menabrak remaja yang sedang berjalan dipinggir jalan, untung saja anak itu mendengar suara klakson.

"Itu kan seragamnya?" gerutu Rayhan.

"Mungkin teman sekolahnya Zila sama Calin," ucap Rayhan, namun ia masih penasaran. Alhasil Rayhan menepikan mobilnya dan turun dari mobil.

"Calin?!"

"Om?!"

Rayhan menatap Calin meminta penjelasan. Calin menunduk, ia bingung harus bicara apa.

"A-aku..."

"Kamu sakit?" tanya Rayhan ketika melihat mata Calin yang tampak sembab.

"I-ini," tangan Calin terulur memberikan surat tersebut, tanpa berani mengangkat kepalanya.

"Surat?" lalu Rayhan meraihnya dan lekas membukanya.

"Ca-Calin gak salah, om,"

Benar juga, ini pasti kesalahpahaman. Anak seperti Calin tak mungkin berbohong. Pikir Rayhan.

"Tenang aja, biar om yang akan datang besok," ucap Rayhan membuat Calin mengerjap matanya tak percaya.

"Be-beneran, om?"

"Iya, sekarang kamu ikut om pulang."

"Gak om, aku jalan aja," tolak Calin.

"Bahaya jalan sendiri, lagian om juga mau pulang." Calin mengangguk, lalu ia menaiki kursi belakang mobil Rayhan.

"Kenapa pikiranku dari tadi mikirin Zila terus, ya?"

"Lin," panggil Rayhan.

"Iya, om?"

"Tadi kamu liat Zila gak?" tanya Rayhan.

"Enggak, waktu baris aku gak liat Zila. Emangnya kenapa?"

"Gak kok, om cuma kepikiran Zila aja dari tadi,"

"Coba deh om telpon," saran Calin.

"Iya juga ya," Rayhan meraih ponselnya lalu mehubungi Zila. Beberapa panggilan tak terangkat, saat panggilan ke-3 baru tersambung.

"Hallo pak."

"Ini siapa ya?"

"Ini papanya... Annazila?"

"Iya, benar. Ada apa ya? Kenapa bapak yang menjawab telpon saya, anak saya dimana?"

"Anak bapak kecelakaan, sekarang posisinya masih di Jalan Cendana."

Empety •END• Where stories live. Discover now