27 : Dia, Natasya

131 16 2
                                    

"Papa," panggil Vano sambil menuruni anak tangga, sang Papa sedang duduk diatas sofa sambil menikmati secangkir kopi hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Papa," panggil Vano sambil menuruni anak tangga, sang Papa sedang duduk diatas sofa sambil menikmati secangkir kopi hangat.

"Vano sudah tau semuanya, Pa. Papa gak bisa bohongin Vano," ucap Vano, Rian mengerutkan keningnya tak mengerti.

"Apa maksudmu, Vano. Papa beneran gak ngerti."

Vano mendengus, "Calin itu anak Papa, kan?"

"Papa mau anter gelas kop-"

"Papa gak usah ngalihin pembicaraan, Pa. Vano sudah tau, Vano tau semuanya dari CCTV."

Sontak Rian terkejut ketika mendengar ucapan sang anak itu.

"Ayok kita cari Calin," ucap Rian langsung menarik tangan Vano.

••|••|••

Tok... Tok... Tok....

Rian mengetuk pintu ruang inap Zila, ia sudah tahu bahwa Rani sedang berada di rumah sakit dari kabar tetangganya Rani.

Sebelumnya, Rani dan Rian memang belum pernah bertemu secara langsung semenjak kejadian kala itu.

"Ah memang benar, itu Rani."

Ketika Rani keluar dari dalam ruangan, Rian langsung menariknya keluar agar tidak ada keributan didalam rumah sakit.

"Dimana anakku!" tanya Rian pada Rani.

"Anak? Anda siapa, ya?" tanya Rani berlagak sok lupa.

"Hey! Anakku! 19 tahun yang lalu aku menitipkannya padamu!" ucap Rian berusaha sabar.

"ANAK APA MAKSUDMU!" Rani meninggikan suaranya.

"Jangan pura-pura tidak tahu! Atau aku akan membawa masalah ini ke penjara!" ancam Rian.

Mendengar itu, membuat Rani sedikit panik. Walaupun ia tidak menyukai anak itu, sulit bagi Rani untuk melepasnya.

Rani langsung pergi dari hadapan Rian, berlari secepat kilat tak tahu kemana.

"Gak! Aku gak boleh dipenjara!" ucapnya sambil berlari.

Rian tidak ingin mengejarnya, ia masuk kedalam untuk menemui suami Rani.

Di depan ruang inap, Vano, Meta dan Rayhan tengah membicarakan Rani. Tentang perlakuan Rani kepada Calin, mereka juga mengatakan bahwa Calin bukan anak kandung Rani.

"Oh, iya. Calin di rumah cuma dianggap sebagai pembantu 'kan," tanya Vano pada Rayhan.

"Iya, kamu tahu dari mana? Rani selalu marah sama Calin."

"Aku pacarnya Calin, om," Vano mengusap kasar wajahnya.

"Ohh kamu pacarnya toh. Saya pikir Rani orangnya baik, ternyata dia seburuk itu," ucap Rayhan.

Empety •END• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang