13 : Cerita Calin

238 30 9
                                    

Malam itu, Rani sudah pindah ke kediaman Zila dan papanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam itu, Rani sudah pindah ke kediaman Zila dan papanya.

Rayhan dan juga Rani sedang meliat-lihat dekorasi untuk acara pernikahannya besok.

Sedangkan Zila, ia berkumpul dengan Via dan Rahma di club malam. Memang itulah kerjaan Zila setiap malamnya, tanpa memperdulikan hal lain lagi.

Karena sudah larut malam, sepasang pengantin yang akan bersanding besok itu memusukan untuk tidur.

Dan tak lama kemudian keduanya mulai terlelap, dan Rani mulai masuk ke alam mimpinya.

"Dari hasil pemeriksaan aku yang gak bisa memiliki keturunan."

"Kamu tenang dulu!"

"SAMPAI KAPAN AKU KAYAK BEGINI TERUS? POKOKNYA AKU MAU PUNYA ANAK!"

Tok... Tok... Tok...

"Assalamualaikum."

"Waalaikummussalam."

"Kak, tolongin aku!"

"Kenapa?"

"Istri aku meninggal, dan aku ditangkap polisi karena dituduh jualan sabu!"

"Inalilahi wa Inalilahi roziun."

"Aku mau nitip anak aku, Kak."

"Ini, Kak. Jaga baik-baik ya. Ini amanah dari istri aku sebelum dia meninggal."

"Iya, Kakak janji. Bakal jagain anak kamu selama kamu dipenjara."

"Aghhh!" Rani bangun dari mimpi, dengan keringat yang bercucuran.

Rani langsung ke kamar mandi dan mencuci mukanya, ia memandangi cermin sambil mengingat lebih dalam mimpinya tadi.

"I-itu tadi kan, pas di Bandung. Kok aku bisa mimpi kejadian itu lagi sih?"

••|••|••

02.00

Calin masih belum tidur, rasanya sangat berat untuk menutup mata.

"Mama tadi bilang apa? Anak pungut? Apa benar?"

"Kalo kehadiranku memang tidak diinginkan, lantas kenapa aku dipungut?"

"Rasanya sangat berat menerima kenyataan itu, kalo itu memang benar."

"Hiks... Papa!"

"Sekarang aku benar-benar sebatang kara. Mama tega ninggalin aku."

"Kenapa aku harus dipungut dan dibuang lagi?"

"Apakah setelah ini akan ada orang lain yang memungut Calin dan membuang Calin lagi?"

"Apa maksud dari anak sialan yang sering Mama lontarkan setiap saat."

"Bahkan tadi bisa saja nyawaku melayang, lihatlah seorang Mama yang tidak perduli. Rasanya aku ingin pergi menyusul Papa dan juga Hilla," yaps, saat mengejar Rani ke jalan raya tadi, Calin terserempet mobil dan untungnya ia tidak kenapa-kenapa, pengemudi mobil itu juga memaksa untuk mengantarkan Calin pulang memasuki gang.

Empety •END• Where stories live. Discover now