17 : Bersama Vano

274 30 10
                                    

Keesokan harinya, Calin sudah bisa bersekolah seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, Calin sudah bisa bersekolah seperti biasa. Walaupun kondisinya masih kurang sehat, namun ia memaksakan untuk sekolah.

"Lo sakit?" tanya Vano curiga.

"Enggak," jawab Calin menggeleng lemas.

"Bohong," ketus Vano.

"Cuma sakit dikit kok," jawab Calin berusaha tetap kuat.

"Cuma dikit, cuma dikit. Ntar kalo parah?"

"Aku cuma kehabisan obat," jawab Calin keceplosan, ia segera menutup mulutnya dengan kedua belah tangannya.

"Obat?" Vano mengerutkan keningnya.

"I-iya, tapi Mama sudah kasih aku obat." jawab Calin dengan senyumnya.

"Mimpi!" telak Vano.

"Gak, ini beneran. Mama malam tadi ngasih aku obat sampai aku langsung ketiduran, malah aku kesiangan. Mama benar-benar sayang sama aku," jawab Calin masih dengan senyum yang mengambang.

"Langsung ketiduran? Sampai kesiangan? Gak biasanya? Jangan-jangan obat tidur," curiga Vano.

"Kamu ih, jangan berfikiran negatif gitu. Aku gak suka," Calin memukul pelan lengan Vano yang fokus menyetir mobilnya. Vano mengangkat tangannya berbentuk huruf 'V'.

"Emm, sore ini temanin aku jalan, mau?" tanya Calin.

"Tumben?" Vano bertanya balik.

"Mumpung aku hari ini libur kerja," jawab Calin senang.

"Tapi kondisi kamu baik-baik aja?" tanya Vano khawatir.

"Aku jauh lebih baik kok," jawab Calin sok kuat.

"Benar?" tanya Vano.

"Iya."

"Yaudah ntar aku jemput, kita ke suatu tempat yang akan buat kamu senang dan tenang."

"Oke, tapi cuma sebentar, takut Mama marah lagi," lirih Calin.

"Aku heran deh sama Mama kamu. Dia seolah-olah benci sama kamu, tapi kamu pulang telat aja marah?" tanya Vano, mengingat hari dimana saat Rani memaki Calin karena pulang telat.

"Itu berarti Mama sayang sama aku," bangga Calin.

••|••|••

Setelah pulang dari sekolah, Calin diam-diam pergi ke toko obat tanpa pengetahuan siapapun. Ia membeli obat karena persediaan obatnya sudah habis.

Untung saja jarak toko obat tak jauh dari kediaman Zila. Hanya membutuhkan waktu 5 menit.

Saat Calin memasuki gerbang depan rumah Zila, ia berpapasan dengan mobil milik Rayhan.

Tak lama, kaca mobil terbuka.

"Habis dari mana, kamu?" tanya Rani terdengar sedikit hangat.

"Eem da-dari luar. Habis buang sampah," bohong Calin.

Empety •END• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang