01 | Permainan iblis

2.2K 303 56
                                    

Satya benar-benar masih tak percaya dengan apa yang Adira ceritakan. Bukan hanya terkejut saja, tapi Pria itu menahan rasa ingin kencing di celana.

"Gimana sat? Lo percaya kan?"

"Gua slalu percaya sama lu dir. Tapi masalahnya---"

"Apa?"

Satya berdiri lalu memindahkan posisi duduknya di samping Adira. ia berbisik, "Gua takut dir" ucapnya panik.

Adira menepuk jidatnya lelah. Seharusnya ia tak menceritakan itu pada Satya, karna pasti Pria itu akan benar-benar cemas dan berpengaruh pada pikirannya.

Tapi jika Adira tak menceritakannya, maka Satya tidak akan berhati-hati apabila iblis itu datang menghampiri secara langsung.

"Sat kalau lo takut, dia bakalan ngerasa lebih kuat. Lo mau emang di teror terus? Kita harus selesaiin ini!"

"Cara nyelesain-nya gimana?"

"Em.. ya kita harus datangin dia Sat. Kapan lo ada waktu?"

"Aduh Dir, maap-maap aja nih gua bukan so sibuk ya..masalahnya dir itu berbahaya banget. Bisa-bisa kita mampus kalau ngadepin dia. Mending banyakin berdoa deh. Gua gak siap mati dir seriusan. Masalahnya gua belum nikahin elu, kita belum punya anak delapan belas jadi gua belum mau mati" Ucapnya panjang lebar.

Bola mata Adira berputar malas. jika berbicara dengan Satya memang membutuhkan banyak energi karna Pria itu harus penuh paksaan.

Jika paksaan tidak berpengaruh, maka ancaman mungkin akan berpengaruh untuk Satya.

"Oh okey! Kalau lo gak mau, gue ngadepin dia sendirian aja. Biarin aja ntar gue celaka terus gue mat---"

"Wes wes jangan dong ayang. Mana bisa saya tanpa kamu" kata Satya

"Saya kamu?"

"Hehe saya udah biasa pake bahasa kantoran. Gimana keren kan? Udah cocok kan saya jadi CEO"

"SAYA SAYA PALA LO BAU CUKA! kalau ngomong sama gue biasa aja ngapa. Jijik gue denger bahasa baku lo itu"

Satya menahan tawanya, ia sangat menyukai ekspresi Adira yang semarah itu, bahkan ia tak berhenti menatap wajah Adira tanpa berkedip sedikitpun.

"Ngapain lo liatin gue kek gitu? Jadi intinya gimana Satya? Lo mau gak? Kapan lo ada waktu?"

"Kapanpun aku siap meminangmu"

"SATYA BUKAN ITU!!!"

"Hehe bercanda sayang. Iya siap ntar gua kabarin kalau gua libur atau cuti"

Sebenarnya Adira ingin protes. Tapi ia tidak boleh sampai menuntut Satya secepatnya ada waktu. Sebab Pria itu sudah mempunyai tanggungjawab dalam pekerjaannya. Terutama Satya bekerja di perusahaan Ayahnya, jadi ia tidak bisa seenaknya mengambil cuti.

Keduanya kembali melanjutkan makan. Setelah itu berpisah sementara pada kegiatannya masing-masing.

Adira pergi ke kantor penerbitan, dan Satya pergi ke kantor tempatnya bekerja.

Ya, seharusnya hari ini novel SIHIR sudah bisa di cetak. Tapi Sandi mengatakan hal mustahil pada Adira, bahwa tulisan di file-nya hilang.

Adira sontak tak percaya, itu sebabnya ia akan menemui Sandi hari ini juga.

"Hati-hati jangan genit ya" kata Satya mengusap lembut rambut Adira.

"Dih lebay. Lo kali tuh genit sama Salsa karyawan baru yang pantatnya segede melon!" Sindir Adira.

Satya melohok tak percaya, mengapa bisa Adira mengetahui hal itu?

"Kok lu tahu sih dir kalau ada si pantat melon di perusahaan bokap gua?"

"HELLOWWWW MATA GUE KAN BUKAN MATA BIASA!"

Satya menepuk jidatnya. Ia lupa bahwa Adira memiliki indra ke-6 jadi apapun yang Satya lakukan, bisa Adira rasakan ketika perasaannya sedang peka.

"Hehe. Maaf deh. Gak akan genit lagi aku"

"Bodoamat. Udah gue mau keluar" saat Adira hendak membuka pintu mobil, Satya menahan pergelangan tangan Adira, "Satya apalagi sih?"

Cup.

Hanya kecupan singkat yang Satya berikan tepat di bibir Adira. Hingga membuat pipi Gadis itu bersemu malu.

Setelah itu ia segera keluar dari mobil Satya meskipun merasakan kegugupan yang entah tidak Adira mengerti.

Satya melambaikan tangannya lalu melajukan mobilnya kembali sementara Adira melangkah masuk menuju kantor penerbitan itu.

***

Sandi menunjukan bukti bahwa ucapannya benar adanya tentang novel SIHIR yang tidak bisa di cetak saat ini karna mendadak tulisannya hilang.

"Gak mungkin san kok bisa?" ucap Adira frustasi.

Jika novelnya belum bisa di cetak ulang bagaimana Adira bisa memenuhi kebutuhannya? Karna keuangannya sudah benar-benar menipis. Ia berharap novel sihirnya itu bisa segera di terbitkan karna banyak penggemarnya juga yang tak sabar menanti novel itu.

"Gua gak ngerti dir. Sebelumnya ada tulisannya. Tapi ketika mau gua cetak, mendadak ilang aja gitu"

Adira menghela nafasnya berat. Sesekali gadis itu memijit pelipisnya laun. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?

Boneka berhantu milik Adira bergerak seolah mau menunjukan, "Adira lihatlah sampul akhir pada naskahmu"

Adira memindahkan lembaran file di komputer itu pada sampul akhir yang Lilly katakan.

"NOVEL INI TIDAK AKAN SELESAI SEBELUM KAMU MATI ADIRA!!"

Sontak saja Adira terkejut bukan main. Rupanya itu ulah Iblis jahat.

"Kenapa dir?" tanya Sandi yang melihat kecemasan pada wajah Adira.

Saat Adira mau menunjukannya, mendadak tulisan itu hilang.

Adira benar-benar merasa cemas. Rupanya ancaman Iblis itu tidak main-main. Semakin lama ia akan semakin gencar meneror Adira di saat dirinya lengah.

"INI GAK BISA DI BIARIN!" kata Adira tiba-tiba.

"Maksudnya?" tanya Sandi tak mengerti.

"Gue pamit dulu san. Gue janji novel itu bakalan balik lagi tulisannya dan bakalan terbit. Shalom"

"Tapi dir----"

Adira segera pergi keluar dari ruangan Sandi. Ia benar-benar emosi dengan perbuatan Nyi Sihir.

Saat di dalam lift, tiba-tiba Adira merasa suasana berubah gelap, "Lilly" teriak Adira.

"LILYYYYYYYY"

"LYYYY"

Ia mencari Lilly namun Lilly tak ada. Bahkan boneka hantunya itu tidak ada dalam pelukannya.

"ADIRA INGAT. KAMU AKAN MENDERITA DAN PERLAHAN MATI"

Setelah itu sedetik kemudian keadaan normal kembali, ia bisa melihat Lilly yang masih berada dalam pelukannya, "Ly tadi aku dimana?"

"Kamu masih di dalam lift Adira. Ada apa?"

Sungguh Adira tak mengerti. Mana sebenarnya yang nyata dan sekedar khayalan. Lama-lama ia bisa gila jika terus di permainkan seperti itu oleh Iblis jahat yang terus mengganggu kehidupannya.

SIHIR 2 | DENDAM ✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum