09 | Di kantor Satya.

1.5K 227 45
                                    

Baru saja Adira menginjakan kakinya ke kantor tempat Satya bekerja, namun ia mencium bau melati yang aromanya sangat pekat menyengat indra pernafasan Adira.

"Selamat pagi nona. Maaf cari siapa?" Tanya Pak Iwan selaku security di kantor.

"Pagi. Saya cari pak Satya'nya ada?"

"Ada non. Mau saya antar ke ruangannya? Tapi sebelumnya apa nona sudah ada perjanjian untuk bertemu pak Satya?"

"Belum sih pak tapi saya yakin kok kalau Satya gak mungkin nolak kehadiran saya"

"Saya telfon dulu ya non"

"Baik pak"

Pak Iwan segera menelfon ke nomer kantor untuk menghubungi Satya.

Sambil menunggu pak Satpam yang menelfon Satya, Adira melirik-lirik dari sudut ke sudut, ia melihat ada sosok tersenyum padanya. Namun wajahnya pucat, ia berjalan layaknya manusia, tapi kakinya terangkat. Adira tahu bahwa itu bukanlah manusia. Pantas saja ia mencium aroma bau melati di kantor itu.

"Non kata Pak Satya, non boleh ke ruangannya. Mari saya antar" Adira tersenyum lirih lalu mengikuti Pak Satpam dari belakang.

Karyawan di kantor Satya nampak memperhatikan Adira dan tersenyum ramah.

Rupanya suasana kantor Satya tidak begitu buruk. Orang-orangnya sangat baik dan ramah. Lalu siapa Arwah yang ada di kantor Satya itu?

Sepertinya Arwah itu hanyalah penghuni kantor saja. Lagipula Adira tak begitu memikirkan hal itu.

Karna setiap tempat pasti ada penghuninya.

Tok.
Tok.
Tok.

"MASUK" tegas Satya.

Ingin rasanya Adira membanting pintu saja. Bisa-bisanya Satya sekasar itu pada sahabatnya sendiri.

Pak Satpam segera kembali beraktifitas dan Adira masuk ke dalam ruangan.

"Selamat pagi bapak Satya Ghiovatsa yang terhormat"

Satya menahan tawa-nya mati-matian. Ia sedang meledek Adira, "ANDA SIAPA YA? BERANI SEKALI MENDATANGAI TEMPAT SAYA?"

"Kan tadi anda yang nyuruh saya masuk"

Satya berdiri dan melangkah mendekat ke arah Adira, "Sepertinya saya kenal" kata Satya sambil memandang Adira lekat-lekat.

"Ck! Satya gak usah bercanda kenapa ih!"

"Hahaha. Muka lu tegang amat kek mau uji nyali. Ada apa kesini sayang?" Goda Satya.

Adira memilih duduk di soffa yang tersedia. Ia nampak terlihat gelisah dan bingung cara menjelaskannya pada Satya.

Karna merasa tak ada jawaban maka Satya duduk di samping Adira dan mencoba memahami rasa bingung yang Adira rasakan.

"Kenapa? Bingung? Gelisah amat? Ada apa?"

"Kok lo tahu gue bingung?"

"Keliatan dari muka lu. Ada apasih?"

"Satya lo di teror lagi gak sama Nyi Sihir?"

"Enggak. Tapi kadang gua emang suka mimpi buruk dir"

"Mimpinya gimana?"

"Ya mimpinya serem. Tapi gua gak ambil pusing karna gua banyak kerjaan juga belakangan ini. Maaf ya gak pernah ngabarin lagi" ucap Satya mengusap lembut pipi Adira.

Yang sebenarnya bukan hanya prihal pekerjaan saja. Tapi Satya takut Adira mengetahui bahwa ia membohongi Gerry untuk sebuah cincin yang mereka pakai.

Satya sangat mencintai Adira, apapun ia lakukan demi menjauhi penghalang dari cintanya.

Dan karna rasa cintanya yang bercampur obsesi, menyebabkan Adira sulit menerima perasaannya kembali untuk Satya.

"Sat. Kita harus tuntasin ini, gue cuman pengen semua ini berakhir. Novel gue gak bisa di cetak Sat! Banyak teror yang dateng dan gue hampir mati karna teror itu. Mulai dari novel gue yang gabisa di cetak, mimpi buruk setiap malem, bunga, dan kotak musik. Dia bener-bener neror gue sat!"

"Novel lu gak bisa di cetak karna apa?"

"Tulisannya ilang. Dan pas gue cek naskah yang ada di laptop Sandi, tiba-tiba aja ada ancaman dari Nyi Sihir yang katanya novel itu gak akan terbit karna belum berakhir" Adira memijit pelipisnya laun. Ia benar-benar pusing dengan keadaan yang ada.

"Minggu depan gua ambil cuti. Kita beresin ini semua"

"Sat Nyi Sihir itu udah gak ada. Tapi pusakanya masih ada terkubur. Dan itu yang bikin arwahnya gentayangan penuh dendam, juga di kuasai iblis jahat. Bahkan tempat dia dulu masih di puja-puja banyak orang dan di percayai bahwa Nyi Sihir masih ada. Mereka masih minta keinginan disana, dan iblis itu ngabulin permintaan orang-orang itu secara instan"

"Jadi tempat Nyi Sihir dulu masih di pake pesugihan?"

"Iya. Mereka mempercayai kalau Nyi Sihir abadi. Padahal kita tahu dia bener-bener udah gak ada. Itu karna iblis yang dulu mengikat perjanjian sama dia masih berusaha menguasai. Dia dendam sama kita Sat dan dulu harusnya kita jadi tumbal buat iblis itu, tapi karna kita berhasil ngancurin ilmu hitamnya akhirnya kita selamat. Dia dendam sama keadaan! Dia gak pernah ngerasa puas dan ngerasa bersyukur. Pejanjiannya sama iblis itu masih terikat dan kita adalah tumbalnya saat ini sat"

"Nyi sihir jadi arwah? Tapi dia di kuasai oleh iblis?"

"Iya sat. Kita gak bisa diem aja"

"Minggu depan gua bakal ambil cuti buat beresin ini semua. Jangan khawatir lagi ya?"

Satya tidak bisa melihat Adira dalam bahaya. Sesibuk apapun pekerjaannya ia akan mengambil waktu demi menyelamatkan Adira dari teror Nyi Sihir.

Anehnya hanya Adira yang paling parah atas teror yang Nyi Sihir berikan. Sementara Satya hanya di teror lewat mimpi.

Entah karna Satya yang terlalu cuek atau mungkin semua ini adalah teka teki.

"Eh kok cantik banget sih?" Goda Satya.

"Hah? Enggak biasa aja! Lo berlebihan"

"Seriusan cantik banget kamu hari ini"

"Masa? Eh btw ruangan lo keren ya, inisih segede ruang tamu gue. Kok lo keren banget sih pake jas gini?" Adira memegang jas yang Satya kenakan.

"Dih pegang-pegang"

Reflek Adira melepaskannya, "Ya maaf guekan cuman kagum aja"

"Guakan udah ganteng dari sananya haha!"

"Gue bawa nasgor kesukaan lo. Gue bikin buat lo, makan bareng mau?" Ajak Adira.

"Mau dong. Istri sholehah emang"

Adira mengambil ompreng yang berisi nasi goreng itu, lalu keduanya hendak makan bersama.

Di balik keharmonisan Adira dan Satya rupanya ada Gerry yang berdiri di ambang pintu. Sejak Adira pergi tadi pagi, Gerry mengikuti dari belakang.

Ternyata bener cuman bang-sat yang ada di hati lu - pikir Gerry dalam hatinya.

Gerry segera pergi keluar dari kantor Satya. Sungguh hatinya benar-benar terluka ketika melihat seseorang yang ia pikirkan semalaman dan berharap seseorang itu menjelaskan perasaannya, nyatanya pagi ini Gerry melihat dengan mata kepalanya sendiri, Adira datang ke tempat Satya bahkan membawakan Satya makanan.

SIHIR 2 | DENDAM ✓Where stories live. Discover now