32 | Keputusan terbaik

1.3K 228 83
                                    

Satya dan Gerry berhasil menghentikan mobil taxi yang Adira tumpangi. Maka dengan sangat terpaksa Adira keluar dari mobil taxi itu, dan langsung menghampiri keduanya.

"KALIAN APA-APAAN SIH HAH? GUEKAN UDAH BILANG KALAU GUE GAK AK--"

Sebelum Adira meneruskan ucapannya, Gerry lebih dulu memeluknya.

Sial kalah cepet gua - batin Satya.

"Gua mohon, jangan pergi. Kita hadapin sama-sama. Sekarang gua tanya, emang lu bisa hidup tanpa gua? Emang lu bisa lupain gua gitu aja?"

Adira terdiam. Ia hanya bisa menunduk menahan tangis. Apa yang Gerry katakan benar, ia tak akan bisa melupakan Gerry begitu saja.

Meskipun melupakan seseorang harus dengan proses tapi Adira tidak akan sanggup dengan prosesnya. Satu minggu jauh dari Gerry saja rasanya ia benar-benar tersiksa.

"Adira lebih baik kamu ikuti kemauan mereka. Kamu harus bisa bahagia" kata Lilly.

"Oke gue mau ikut kalian nemuin tante Lisa sama Om Gun, tapi gue mohon hargain keputusan mereka semisal mereka minta gue jauhin lo berdua"

"Iya sayang, yaudah sekarang ikut ya" Gerry menarik tangan Adira laun.

Ketiganya segera masuk mobil Satya.

🍃🍃

Lisa dan Gunawan terkejut dengan kehadiran Satya terutama adanya Adira yang berdiri di tengah-tengah kedua anak Laki-laki mereka.

"Satya. Mamah kangen sama kamu" Lisa memeluk Satya erat, ia sangat merindukan anak sulungnya itu.

Satya melepaskan pelukan itu pelan, "Mah, Satya kesini mau ngomong serius sama mamah dan papah" ucap Satya.

"Ngomong serius tentang apa? Tentang cewek itu?" Tunjuk Lisa pada Adira.

"Kita selesain semuanya dengan kepala dingin" kata Bram menengahi.

Akhirnya kelimanya duduk di soffa dalam keadaan mencoba tenang.

Adira menahan tangisnya karna merasa tak pantas berada di hadapan kedua orangtua Satya dan Gerry.

Sementara Lisa sudah memasang wajah kesal sedari tadi.

"Satya, Papah sudah membatalkan pertunangan kamu dan Chelsie. Dan Papah mau Adira segera masuk keyakinan yang sama dan menikah denganmu"

Dam!

Bram memutuskan hal di luar logika.

Tidak!

Gerry benar-benar tidak terima dengan keputusan itu. Karna seharusnya Gerry-lah yang menikah dengan Adira.

Sementara Satya melohok tak percaya dengan keputusan itu, di sisi lain ia senang namun di sisi lain ia tidak mau sampai Adira tertekan dengan keputusan yang tidak seharusnya itu.

"Bagaimana Adira? Kamu mencintai anak saya kan?" tanya Gunawan.

"PAH KEPUTUSAN PAPAH GAK ADIL SAMA SEKALI. ADIRA ITU MILIK GERRY BUKAN BANG-SAT!" protes Gerry.

"DIAM! DAN HARGAIN KEPUTUSAN PAPAH! ADIRA, JAWAB PERTANYAAN SAYA?"

"Om tap-tapi apa yang di bilang Gerry benar, saya mencintai Gerry bukan Satya" kata Adira.

SIHIR 2 | DENDAM ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora