37 | Jadi...

1.5K 219 41
                                    

HAPPY NEW YEAR MANTEMAN WAATPAD DAN PARA READERS TERCINTA😇✨🌃

Jangan lupa berdoa semoga di tahun 2021 kita senantiasa di berikan rezeki yang berlimpah oleh Allah SWT, senantiasa di berikan kesehatan dan jiwa raga yang bersih. Aamiin😇🙏

Yuk lanjut special tahun baru nih ngegas terus di percepat chapternya xixi. Tapi ini belum END ya sayang!😊

___________________

Adira memilih menunggu Satya di parkiran, ia tak mau sampai Satya benar-benar membatalkan pernikahan itu.

Ke salahpahaman itu harus segera berakhir.

"Jangan bersedih semuanya pasti berlalu. Satya adalah orang yang baik"

Adira menoleh pada suara itu, dan rupanya itu adalah Arwah yang dulu pernah Adira lihat.

Bagaimana mungkin Arwah itu kini berada di parkiran dan mengikuti Adira?

"Lo si-siapa?"

"Namaku Santi, dulu aku sekertaris Gunawam selaku ayah-nya Satya. Aku juga dulu di jodohkan oleh orangtuaku untuk bersama Gunawan, tapi kami tak saling cinta. Aku hamil tapi bukan anak Gunawan, aku frustasi dan aku bunuh diri di gedung ini. Mayatku sudah di kuburkan dengan layak, namun waktuku pergi belum saatnya. Saat ini Gunawan akhirnya menikah dengan Lisa. Ya, Lisa orang yang ia cintai. Itu sebabnya Gunawan memilihmu menikah dengan Satya setelah ia membatalkan perjodohan Satya dengan sekertarisnya"

Adira terkejut dengan pernyataan itu. Pantas saja Bram memilih membatalkan perjodohan dengan Chelsie. Jadi rupanya Bram pernah mengalami hal yang serupa.

"Adira, Satya adalah yang terbaik untukmu. Selama aku disini, aku slalu memperhatikan gerak geriknya. ia slalu memikirkanmu, ia slalu mencium fotomu yang berada di dalam laci meja kerjanya. Ia sangat mencintaimu"

Adira hanya terdiam. Ia benar-benar tak menyangka jika Satya secinta itu terhadapnya.

Jika saja sedari dulu Adira menyadari hal itu, mungkin prihal dirinya jatuh cinta pada Gerry tidak akan terjadi.

Arwah itu menghilang, dan Satya baru saja menuju parkiran hendak masuk ke dalam mobilnya.

Namun Satya terkejut saat rupanya Adira menunggunya di parkiran dan berada  di hadapan mobilnya.

"Ngapain sih?" Ketusnya.

"Aku cuman mau jelasin yang sebenernya, dengerin aku dulu Sat"

"Gua bakalan batalin pernikahan itu. Biar lu puas! Lu bisa bahagia sama Gerry!"

"TAPI GUE GAK MAU PERNIKAHAN ITU BATAL! GUE UDAH MILIH KEPUTUSAN YANG TEPAT. KENAPA LO GAK PERNAH MAU DENGERIN PENJELASAN GUA DULU?"

"KARNA SEMUANYA UDAH JELAS!"

"Gue mohon dengerin dulu" Adira menahan pergelangan tangan Satya, namun Satya malah menepisnya kasar.

"Gua mau balik! Jangan halangin gua!"

"Aku ikut"

"MINGGIR ADIRA! JANGAN BIKIN GUA MAKIN EMOSI"

"Gue mau ikut. Gue mau ikut kemanapun lo pergi"

"PERGI AJA SAMA GERRY"

"Gak mau! Satya gue mohon, lo salah paham"

Satya segera membuka pintu mobilnya, dan Adira juga ikut membuka pintu mobil sebelahnya lalu masuk tanpa izin pemiliknya.

Satya, Pria itu benar-benar pusing dengan Adira yang keras kepala.

Tidak bisakah Adira mengerti bahwa Satya membutuhkan waktu menanangkan diri sendiri?

Terpaksa saja Satya kini harus pergi dengan Adira yang duduk di sampingnya sambil tersenyum lirih meliriknya.

Bukannya muak, Satya malah merasa emosinya mereda ketika melihat Adira tersenyum padanya.

"Satya, aku laper" rengek Adira.

"Makan"

"Iya makan sama kamu"

"Sama Gerry ajasih!"

"Cemburuan ih, aku kan udah mau jelasin tapi kamu gitu terus gak mau denger? Aku mau makan sama kamu pokoknya bukan sama Gerry!"

"Hm"

"Kamu mau?"

"Gak"

"Satya ih judes banget si! Aku nunggu kamu berjam-jam di parkiran, aku belum makan loh sat!"

"Gua gak nyuruh lu nunggu!"

"Apa salahnya sih makan bareng?"

"LU MAKAN SENDIRI DI RUMAH KAN BISA?"

"Yaudah oke gue makan sendiri di rumah!"

Setelah mengatakan hal itu, Adira meneteskan airmatanya. Ia benar-benar kesal dengan Satya yang terus saja bersikap acuh terhadapnya.

Padahal Satya belum mendengarkan yang sebenarnya tapi Pria itu tetap keras kepala dan seolah apa yang di pikirannya benar.

Satya menghentikan mobilnya mendadak, membuat Adira masih diam tak mengerti.

"Turun!" katanya.

"TURUN LO BILANG? INIKAN BELUM SAMPE RUMAH GUE. LO GAK PUAS APA UDAH BIKIN GUE NANGIS GARA-GARA SIKAP ACUH LO ITU? DAN SEKARANG LO MAL-----"

Cup.

Satya mengecup bibir Adira singkat, "Bawel amat sih? Ini di restoran. Katanya mau makan bareng?"

Adira membuka kaca mobil, dan ia melihat bahwa benar ia sedang berada di parkiran restoran yang sering kali ia singgahi dulu bersama Satya.

Mendadak pipi Adira merah merona karna merasa kikuk.

"Nyebelin banget sih!" Kesalnya.

"Apa nyebelin? Kamu kali cengeng!" Satya mengusap airmata Adira.

"Kamu gitu sih nyebelin, belum dengerin penjelasannya udah marah aja!"

"Jadi apa penjelasannya? Coba jelasin?"

"Waktu malem aku sama Gerry emang pelukan tapi pelukan haru saling memaafkan. Lagipula dia lagi deket sama anak SMA"

"Hah? Darimana kamu tau?"

"Penglihatan aku bilang gitu"

"Oh jadi diem-diem kepoin lewat mata batin?"

"Satya. Enggak gitu! Mata batin aku bekerja sendiri pas aku pelukan sama dia aku ngerasain sendiri kalau dia lagi deket sama cewek cuman masih gengsi gitu"

"Oh gitu bagus deh berarti nanti gak ada yang ganggu rumahtangga aku sama kamu"

Satya hendak mau mencium bibir Adira lahi, namun Adira menahan bibir Satya dengan jari telunjuknya, "Ini di parkiran SATYA!"

"Berarti kalau bukan di parkiran mau?"

"Kalau udah di ranjang baru mau"

"Nakal. Jadi udah ini mau ke ranjang?"

"Mau dong kalau udah nikah"

Sialan.

Satya pikir hari ini tapi rupanya nanti jika sudah menikah.

"Sabar. Bulan depan kan nikah" kata Adira mencoba menenangkan.

"Iya sayang" Satya mengusap hidung Adira lalu keduanya segera keluar dari mobil dan hendak masuk ke dalam restoran mewah itu.

SIHIR 2 | DENDAM ✓Where stories live. Discover now