36 | Salah paham

1.2K 206 17
                                    

Saat ini Gerry memberanikan diri menemui Adira. "Bismillah semoga gua kaga di usir" ucap Gerry berharap.

Tok.
Tok.
Tok.

Karna Adira pikir itu Satya, maka Gadis itu buru-buru membuka pintu.

Dan ia terkejut rupanya yang datang adalah GERRY.

"Lo? Ngapain lo kesini?" Adira masih kepanikan ketika melihat wajah Gerry.

Gerry mencoba menenangkannya, perlahan Pria itu meraih tangan Adira, "Dengerin gua dulu, gua kesini bukan mau macem-macem, gua mau minta maaf. Maafin gua"

Bahkan saat ini Gerry berlutut memohon di hadapan Adira.

Adira meneteskan airmatanya, ia mencoba menghilangkan bayang-bayang yang dulu hampir merusak seluruh hidupnya.

Adira, Gadis itu membangunkan Gerry lalu tersenyum seraya memaafkan kesalahan di masalalu itu, "Gue maafin lo" ucapnya.

"Lu udah gak takut liat gua?"

"Sebenernya masih, tapi karna gue yakin kalau lo gak akan lakuin itu lagi, jadi gue udah gak takut lagi"

Gerry memeluk Adira erat. Ia sangat merindukan pelukan itu, sudah cukup lama Adira menjauhinya karna kesalahannya dulu. Dan kini Adira ada di hadapannya dan memaafkan segala kesalahannya.

Tak salah jika Pria manapun akan beruntung mendapatkan Gadis seperti Adira.

Satya yang melihat Adira berpelukan dengan Gerry membuat hatinya panas. Ia segera pergi meninggalkan dua insan yang sedang berpelukan itu. Padahal Satya datang membawa bunga, dan cincin seraya mau melamar Adira. Tapi rencananya gagal setelah melihat bahwa calon istrinya berpelukan dengan Pria lain.

"Gerry, sekarang lo yang harus maafin gue karna kita gak bisa sama-sama lagi? Dan lo harus terima kenyataan kalau lo harus jadi adik ipar gue?"

"Iya Kak gua bakalan berusaha terima kenyataan. Makasih buat waktunya selama ini, gua emang gak bisa lupain kenangan kita, tapi gua bakalan berusaha ikhlas-in lu sama bang-sat. Seenggaknya gua bisa bahagia liat lu bahagia, jangan nangis lagi ya? Dan makasih karna lu masih bisa maafin kesalahan terbesar yang udah gua lakuin dulu"

Gerry mengusap lembut airmata yang keluar melewati pipi Adira.

Kebenarannya saat ini, ia harus merelakan orang yang ia sayangi bersama oranglain.

Mungkin ini yang di namakan tak jodoh, bahwa peran ketiga tidak bisa menggantikan cinta sesungguhnya.

🍃🍃

Pagi ini Adira nampak bersemangat hendak pergi ke kantor Satya, ia membawakan makanan yang ia masak susah payah demi membuat Satya senang.

"Adira masakanmu sangat harum. Boleh aku minta?" ucap Lilly.

"Ish kau ini celamitan! Itukan makanan manusia" protes Lingling.

"Kalian jangan berantem terus. Di dalam rak ada ayam segar untuk kalian"

Setelah mengatakan hal itu, Adira segera membereskan makanan untuk Satya dan memasukannya ke dalam tas.

Sementara Lilly dan Lingling sedang berebutan daging segar yang sudah Adira sediakan.

Dengan segera Adira pergi untuk menemui Satya.

Ia nampak senang hari ini, karna sebentar lagi pernikahan itu akan di laksanakan.

Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya Adira tersenyum. Rasanya kebahagian yang dulu ia impikan saat ini akan segera terjadi.

Dulu Adira mendambakan kebahagiaan bersama Satya, bahkan ia slalu mengatakan dalam hatinya bahwa suatu saat nanti akan ada keajaiban dimana ia akan pindah keyakinan dan menikah dengan Satya.

Dan saat setengah keinginannya terlaksanakan. Ia sudah pindah agama, dan sebentar lagi ia akan menikah dengan Satya.

Cinta tumbuh seiring berjalannya waktu.

Beberapa waktu ini Adira slalu merasa bahagia ketika Satya slalu meluangkan waktu untuknya.

Adira baru menyadari bahwa sudah banyak yang Satya korbankan untuknya.

Selama ini Satya berpura-pura bahagia ketika melihatnya bersama Gerry. Selama ini juga Satya diam padahal kenyataannya ia berat menjalani. Dan jika saat ini Adira kembali padanya, itu adalah bonus dari rasa sabarnya.

***

Kini Adira sudah sampai di ruangan Satya, ia segera masuk.

Rupanya Satya sedang serius dengan laptop yang ada di hadapannya. Buru-buru Gadis itu berdiri di sampingnya dan merangkul pundak calon suaminya itu.

"Serius amat pak bos? Ngapain si?" tanya Adira.

Namun bukannya mendapatkan sambutan yang romantis, Satya melah menepis tangan Adira kasar.

"Loh kenapa? Aku ada salah? Kamu lagi pusing sama kerjaan? Aku ganggu?" tanya Adira cemas.

"Ngapain kesini?"

"Bawain kamu sarapan. Kamu belum sarapan pagi kan?"

"KELUAR!"

"Tap--"

Adira benar-benar tak mengerti mengapa Satya semarah itu padanya.

"KELUAR GUA BILANG!!!"

"Tapi gue salah apa?"

"KALAU LU GAK CINTA SAMA GUA GAK USAH SETUJU BUAT PERNIKAHAN KITA! GUA TAU HATI LU CUMAN BUAT GERRY! LU PIKIR GUA GAK LIAT LU PELUKAN SAMA GERRY SEMALEM HAH?"

"Satya, lo salah paham"

"SALAH PAHAM APA? UDAH JELAS! UDAHLAH BATALIN PERNIKAHAN GAK JELAS ITU"

"Jadi menurut lo pernikahan itu gak jelas?"

"IYA! BUAT APA GUA NIKAH SAMA ORANG YANG HATINYA JUSTRU BUKAN BUAT GUA. PERGI SANA SAMA GERRY! KEJAR SANA ORANG YANG LU SAYANG. GUA BENER-BENER GAK BUTUH PERNIKAHAN ITU!!"

Satya benar-benar marah, bahkan ia meminta security datang ke ruangannya lalu membawa Adira keluar dari kantor.

"Satya lo salah paham. Dengerin gue dulu hiks...hiks..."

"Non sebaiknya tunggu pak bos tenang dulu ya" Pak Iwan memaksa Adira keluar dari ruangan Satya.

Setelah Adira benar-benar keluar dari ruangan Satya, Satya mengacak seluruh benda yang ada di ruangannya.

Pria itu sedang berada dalam keadaan emosional. Ia masih terus membayangkan pelukan Adira dan Gerry semalam.

"TERUS PERJUANGAN GUA SELAMA INI DI ANGGAP APA? ARGHHHHHH ANJING!!!" racaunya marah.

SIHIR 2 | DENDAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang