10 | BROKEN

1.5K 238 42
                                    

Adira juga menceritakan soal Syifa pada Satya. Dan nampaknya Pria itu sudah tak peduli, baginya Syifa hanya membuang-buang waktunya saja.

Seandainya dulu Syifa tidak hadir kembali ke dalam kehidupan Satya, mungkin Adira tidak akan pernah merasa kecewa terhadapnya.

"Lo kok biasa aja sih dengernya Sat? Gak ikut seneng gitu dia mau nikah?"

"Kaga. Kemaren nyokap gua bilang kalau nyokapnya meninggal dunia"

"Hah? Seriusan?"

"Iya. Dan tadi dia malah nyebarin berita bahagia kalau dia mau nikah? Sinting tu cewek!"

"Loh emang kenapa? Bagus dong dia berarti udah bisa moveon dari masalalu buruknya. Jangan-jangan lo masih cemburu?"

"Dih. Bukan gitu Dir, harusnya kalau lagi dalam keadaan berduka dia juga sedih dong gitu. Bukan malah pamer sama lu mau merid. Apa hubungannya sama lu? Temen bukan, siapa-siapa juga bukan"

"Dia artinya inget sama gue. Lo sewot banget sih? Ya kalau orang berduka terus gak sedih, berarti bagus dong artinya itu memudahkan jalan mamahnya masuk surga?"

"Terserah deh! Bahas yang lain selain dia aja. Gua muak"

Satya ini aneh. Seharusnya Syifa yang marah dan muak padanya, tapi malah dia yang sampai saat ini kesal pada Syifa.

Karna sebenarnya belakangan ini Satya kesal melihat Adira yang sepertinya lebih bahagia jika bersama Gerry.

"Dir lu suka ya sama Gerry?" Tanya Satya.

Pertanyaan itu sudah di lontarkan beberapa kali. Jika Adira mengatakan "YA" maka itu akan menyakiti hati Satya, namun jika ia mengatakn "TIDAK" sama saja ia membohongi perasaannya sendiri.

Bahkan kehilangan Gerry selama dua hari ini saja membuat Adira uring-uringan tak jelas.

"Hem. Gue gak tahu" jawab Adira.

"Kenapa gak tahu?"

"Gue udah pernah bilang sama lo, kalau perasaan seseorang bisa berubah-ubah. Jadi gue gak tahu sama perasaan gue yang sekarang dan entar"

"Intinya lu suka sama Gerry?"

"Gua gak tahu Satya! Lo gak usah bahas itu bisa kan?"

Satya mengepalkan tangannya emosi. Ia berdiri dan memukul tembok cukup keras----Adira benar-benar takut ketika melihat Satya se'emosi itu.

"LU BILANG KALAU CUMAN GUA YANG SLALU ADA BUAT LU?"

"LU BILANG KALAU CUMAN GUA YANG BISA BIKIN LU SAYANG MELEBIHI SAHABAT?"

"SEKARANG APA DIR? KEHADIRAN GERRY BIKIN LU LUPA SAMA SEMUA PERKATAAN LU DULU KE GUA!!"

Melihat Satya sekasar itu, membuat Adira meneteskan airmatanya. Gadis itu tidak bisa di kasari dalam bentuk apapun.

"Gue permisi!" Kata Adira lalu hendak keluar dari ruangan Satya.

Tentu saja Satya tidak membiarkan itu, ia menahan pergelangan tangan Adira, "Maafin gua. Gua gak bermaksud kasar" Satya memeluk Adira.

Adira melepaskan pelukan itu, "LO TAHU? KALAU CARA LO KAYA GINI, SAMA AJA LO MAKSAIN PERASAAN ORANGLAIN SATYA! GUE GAK PERNAH BILANG KALAU GUE BAKALAN CINTA SAMA LO SEUMUR HIDUP GUE. TAPI GUE PERNAH BILANG KALAU KITA BAKALAN SLALU BERSAHABAT SAMPAI KAPANPUN, SEKALIPUN LO SAMA YANG LAIN, DAN GUE SAMA YANG LAIN!"

Setelah mengatakan hal itu, Adira keluar dari ruangan Satya begitu saja.

Satya mengacak rambutnya frustasi. Ia sendiri tak mengerti mengapa ia tidak bisa menahan rasa emosinya ketika merasa cemburu.

***

Setelah keluar dari kantor Satya, Adira melihat Gerry yang seolah sedang menunggu seseorang.

Adira tersenyum, "Pasti dia ngikutin gue dan nunggu gue" kata Adira laun. Karna yang Adira tahu, Gerry slalu mengikutinya sekalipun Adira sedang bersama Satya.

Dengan berhati-hati Adira mulai menyebrangi jalanan ramai lalu menghampiri Gerry.

"Gerry lo disini? Nunggu siapa? Gue nyari lo kemana-mana dan gue gak nemuin lo sama sekali" kata Adira

"Lu abis dari kantor bang Satya? Oh iya gua lupa kan lu ceweknya ya? Haha!"

"Gue mau jelasin kalau...."

Belum sempat Adira menjelaskan tiba-tiba seorang Gadis yang tidak Adira kenali menghampiri Gerry, "Ayo sayang" katanya.

"Eh ini siapa?" Tunjuk Gadis itu pada Adira.

"Gue--" belum sempat Adira menjawab tapi Gerry sudah menjawabnya lebih dulu, "Bukan siapa-siapa cuman nanyain alamat aja. Lagian gua gak kenal" Gerry kembali memakai helm-nya dan hendak pergi bersama Gadis itu.

Adira hanya bisa menatap Gerry yang sudah berlalu pergi dengan Gadis yang duduk di jok belakang sambil memeluknya erat.

Hati Adira seperti tergores. Mengapa bisa Gerry mengatakan hal itu padanya?

Adira duduk di halte dan menangis sendu, ia tak menyangka bahwa Gerry akan secepat itu bersama Gadis lain.

Di balik itu semua rupanya ada Gadis SMA yang bersembunyi di belakang pohon besar. Ia juga nampak emosi saat melihat Adira menangis karna Pria menyebalkan yang bertemu dengannya beberapa waktu lalu.

"Dasar cowok gak tahu diri! Udah galak, playboy, suka mainin perasaan cewek pula!! Aku heran mengapa wanita cantik slalu di permainkan?" pikirnya.

"Memangnya ada wanita jelek?"

Gadis itu menoleh ke arah atas pohon. Rupanya ada Mbak Kunti yang juga ikut menguping pembicaraannya.

"AAAAAAA HANTU... SETANNNN... HUAAAAAA" buru-buru Gadis itu berlari terbirit-birit. Sementara Adira hanya melirik sekilas dan melihat ke arah pohon besar yang rupanya ada Kuntilanak.

"Huh baru begitu saja kau sudah takut. Mangkannya jangan suka nguping"

Jelita Kirana atau yang sering di sebut-sebut dengan nama panggilan Tata itu, ia memang bisa melihat mahluk halus. Tapi sayangnya ia tak berani untuk berkomunikasi apalagi sampai membantu arwah-arwah itu.

SIHIR 2 | DENDAM ✓Where stories live. Discover now