bag 40.

8K 746 49
                                    


○○○○○

    Yibo tersadar saat aroma aneh tercium di indera penciumannya. Dengan kesadarannya yang belum sepenuhnya pulih, pria itu langsung duduk. Di sampingnya, Huan menjaganya sejak dia tak sadarkan diri tadi.

"Zhanzhan! Dia bagaimana?"

"Masih belum ada kabar, Chen baru saja melakukan transfusi darah. Dokter masih memeriksa!" Yibo segera turun dari brankar dan menuju ruangan yang beberapa saat lalu mengurung istrinya.

"Ge ..." belum sempat Yibo selesai berucap, satu pukulan mendarat di pipinya.

"Brengsek!" Chen menarik kerah kemeja Yibo dengan erat. "Apa yang sudah kau lakukan pada adikku, bajingan!"

"Chen, tenanglah. Jangan membuat keributan!" Huan langsung menahan istrinya agar tidak melakukan hal lebih lagi.

"Aku sudah pernah memperingatkanmu! Apa kau tidak mengerti!" Chen menatap sengit pada Yibo. Pria itu hanya bisa diam mendapat kebencian dari kakak iparnya.

"Sudah Chen, bagaimana keadaan Zhan?"

"A-Jiang belum mengatakan apapun!" Chen akhirnya bisa tenang setelah Huan terus mengusap lengannya. Yibo sendiri hanya berdiri diam dengan mata merah dan juga wajah sepucat mayat. Benar-benar tak seperti Wang Yibo yang biasanya.

   Beberapa waktu berlalu, Tuan dan Nyonya Wang datang dengan tergopoh-gopoh, wajah mereka di liputi rasa khawatir yang tidak bisa di tutup-tutupi. Keduanya sudah menyukai Zhan sejak pertama mereka bertemu.

"Ayah, Ibu!" Yibo menatap kedua orang tuanya penuh rasa sesal. Kenapa dia tak bisa mencegah kejadian itu. Dia benar-benar tidak berguna.

"Bagaimana keadaanya?" tanya Nyonya Wang. Yibo hanya menggeleng, belum ada yang tau keadaan Zhan saat ini. Tuan dan Nyonya Xiao sudah berada di perjalanan. Kendati tempat tinggal mereka yang jauh, jadi mereka tiba setidaknya beberapa jam.

   Song Jiang keluar dari ruang UGD. Pria cantik itu tiba-tiba hampir terhitung jatuh saat Chen menentangnya dan mempertanyakan keadaan sang adik.

"A-Jiang, bagaimana keadaannya?"

"Dokter bagaimana keadaannya?" Chen dan Yibo bertanya bersamaan. Song Jiang tersenyum lembut.

"Kalian bisa tenang untuk sekarang, Zhan-er sudah melewati masa kritisnya, dan sekarang dia dalam keadaan cukup baik!" Pria itu tersenyum lagi, "dan saat ini, Zhan-er sedang mengandung. Untung saja, pisau itu tidak mengenai titik vitalnya, jadi itu tak membahayakan untuk janin yang ada dlam kandungannya, dan juga Zhan-er sendiri!"

"Dia hamil?" Yibo tampak terkejut dengan apa yang baru saja dia dengar.

"Benar, sepertinya, kandungannya baru tiga atau empat minggu. Masih sangat muda."

"Bagaimana keadaannya!" Chen sudah tau keadaan Zhan saat kehamilan pertamanya. Pria itu sedikit trauma saat mengetahui Zhan hamil.

"Kau pasti sudah tau, tubuhnya sangat rentan. Dia tidak boleh bangun selama kehamilannya, itu syarat utamanya. Dan juga ..." Song Jiang menjeda kalimatnya, "kemungkinan, Zhan akan seperti sebelumnya!"

"Jangan bilang ..." Chen benar-benar trauma dengan itu.

"Itu hanya kemungkinan, Chen. Kau tidak perlu khawatir. Sekarang ada Ayahnya yang bisa menenangkannya!" Song Jiang melirik Yibo yang masih tak percaya dengan apa yang barusan dia dengar. "Dan untuk kau!" Song Jiang mendekati Yibo, menepuk bahunya, "aku sudah menganggap Zhan-er sebagai adikku sendiri. Jadi, aku menitipkan Zhan-er padamu. Luka tusukan Itu tidak parah, hanya saja, tubuhnya memang lemah sejak kecil, dia sempat kritis tadi, tapi sekarang sudah baik-baik saja. Kau harus tau bagaimana pengorbanannya untuk melahirkan Yuan dan Xian, mungkin kau di beri kesempatan untuk melihat bagaimana keadaannya saat kau tidak ada dulu!" Song Jiang menatap Chen dan Huan bergantian, "dan kalian berdua, ikut aku sebentar! Ada yang ingin aku bicarakan!" Keduanya mengangguk patuh.

○○○○

      Ji Li menatap Yibo dengan amarah di ujung tanduk. Mengingat ada Yuan dan Xian di sekitarnya, Ji li tak bisa berbuat apa-apa selain menatap Yibo dengan tajam. Yibo sendiri bukannya tidak tau, dia hanya diam sambil memangku Xian yang tertidur, sedangkan Yuan duduk di sampingnya dengan tenang.

"Kau ... kenapa terus saja menyusahkan Zhanzhan!" Ji Li sudah sabar sejak tadi, ingin sekali meninju wajah Yibo yang hanya diam tanpa ekspresi, seakan semua baik-baik saja. Padahal, dalam hatinya, Yibo tengah dirundung kegundahan.

"Aku ..."

"Apa kau tau bagaimana keadaan Zhanzhan saat itu! Jika kau memang tidak perduli pada Zhan, setidaknya jangan menyusahkan dia, kau membuatnya dalam keadaan yang sulit. Kau juga tidak berpikir bahwa Zhan akan terluka karenanya." Ji Li menghela napasnya, "orang itu, yang menusuk Zhan, dia bunuh diri sebelum di interogasi!" Yibo melupakan hal itu.

"Bagaimana ..."

"Aku sudah melihat riwayat orang itu, dia adalah security yang baru di rekrut di kantormu. Tidak ada jejak selain dia adalah seorang mantan tentara yang tidak memiliki keluarga!" Yibo memejamkan matanya. Banyak hal yang tidak dia mengerti, terlebih, pelaku kejahatan itu justru bunuh diri.

"Lalu ..."

"Lalu apa? Kasusnya di hentikan. Seharusnya kau sudah tau sejak awal. Orangmu bahkan tidak bisa melindungi Zhan sedikitpun. Di mana kau saat kejadian itu terjadi, bukankah kau ada di sana? Berapa orang yang melihat kejadian itu, siapa saja yang terlibat, apa kau tau?" Yibo lagi-lagi diam. Dia tak memiliki kalimat apapun dalam otaknya yang bisa dia utarakan.

"Untuk saat ini, tugasmu hanya menemani Zhan. Tentang kejadian itu, aku yang akan mengurusnya. Aku jauh lebih percaya pada diriku sendiri dari pada kau!" Ji Li berlalu pergi setelah mengatakan seluruh kekesalannya, walaupun itu belum seluruhnya. Itu hanya 2% saja, sisanya masih dia simpan untuk nanti. Tentu saja karena ada Yuan yang sejak tadi hanya menyimak pembicaraan kedua pt nah dewasa itu.

"Aku tidak suka!" Yuan berkata dengan suara datar tanpa maksud. Yibo yang mendengarnya menoleh dan menatap putranya ragu.

"Ayah minta maaf, seharusnya ..."

"Aku tidak suka paman A-Li menyalahkan Ayah!" Pria itu terkejut mendengar penuturan putranya. "Ibu sangat suka saat ada Ayah!" Yuan menunduk, menatap lantai yang ada di bawah kakinya.

"Ayah, Ibu baik-baik saja, kan?" Yibo tak bisa berkata, hanya menarik Yuan dengan sebelah tangannya, dan memeluknya dengan erat. Air matanya mengalir tanpa bisa di cegah.

"Dia akan baik-baik saja. Maafkan Ayah, maaf!"

○○○○○

Syukurlah ...

[BL] Network [YiZhan] [TAMAT] [REVISI]Where stories live. Discover now