SweetTalker (7)

2.3K 526 53
                                    


Tidak ada pilihan lain bagi Rylie selain mengikuti kemauan Ivar karena pemuda itu bersikeras bertanggung jawab. Ivar bahkan menjanjikan akan mengurus operasi plastik langsung ke Korea Selatan kalau Rylie meminta. Hal yang membuat Rylie ingin langsung mengeluarkan tawa mengejek andalannya. Akan tetapi, dia mengurungkan niat saat melihat wajah serius Ivar. Sepertinya pemuda itu bersungguh-sungguh dengan niatnya. Mungkin dia benar-benar merasa bersalah karena sudah membuat orang lain terluka.

"Tapi, aku sungguh enggak apa-apa," kata Rylie masih bersikeras.

"Iya, oke. Tapi, kamu berbaring coba!" pintanya setelah perdebatan urusan operasi plastik selesai.

Tatapan Rylie beralih ke permukaan kasur, bantal lalu Ivar. Pemuda itu meminta berbaring telentang di ranjang dengan seragam ketat dan rok pendek begini. Pemikiran buruk itu membuat Rylie langsung memegangi dada dengan tangan kiri, sementara tangannya yang bebas kini memegangi lipitan rok yang menempel di atas paha.

"Kalau kamu duduk nanti bakalan pusing!" bujuknya lagi.

Rylie mendesah lalu mengangguk. Tidak ada pilihan lain juga. Lagi pula, dirinya jelas tidak mau dituduh mesum karena memikirkan hal yang terlalu vulgar begini. Mengingat kebiasaan di negara ini cukup aneh, korban malah biasanya dibilang lebay atau pikirannya mesum jika bersikap defensif saat menjaga diri ketika hendak dilecehkan atau sebagainya. Meski begitu, Rylie juga tidak mau dituduh sebagai salah satu yang berpikir sempit dan berpikir negatif pada kebaikan orang lain. Mereka juga tidak sendirian di ruangan ini jadi mungkin semua ini hanya pikiran buruknya saja. Namun, semua prasangka itu langsung berakhir kala Ivar menutupi tubuh Rylie dengan selimut.

"Meski panas tetap ditahan dulu ya!" katanya.

Kenapa?

Rylie meremas tepian selimut yang sekarang nyaris menyentuh dagunya dengan kedua tangan sementara matanya tidak lepas dari sosok Ivar yang kini sedang memposisikan diri di kursi di samping brankar. Pemuda itu juga sudah mengambilkan tas miliknya ke kelasnya sesaat setelah dirinya masuk ke UKS. Jadi pemuda itu berpamitan untuk mengurus keperluannya. Jenis kebaikan kecil yang tidak terbayangkan akan dilakukan cowok seperti Ivar. Lebih tidak bisa dibayangkan lagi saat dirinya yang jadi penerima kebaikan pemuda itu.

Kenapa Ivar sebaik ini padanya?

Hal yang diketahuinya soal Ivar hanya soal dia ganteng, bertubuh jenjang, atletis, populer, pujaan cewek-cewek dan kapten tim basket yang membawa banyak piala untuk sekolah. Cuma hal umum semacam itu. Namun, Rylie tidak pernah tahu soal kebaikan pemuda itu atau sifatnya yang gentle. Hari ini rasanya dia jadi menemukan satu atau dua hal lain yang patut ditambahkan dalam deretan julukan untuk pemuda itu.

"Ada yang sakit?"

Pertanyaan Ivar membuat Rylie tersentak dari lamunan. Dia pun buru-buru menggeleng. "Eng—enggak."

"Jangan bohong deh, benjol begini jelas sakit!" katanya sambil menutulkan kompres di atas kening Rylie yang cedera.

"I—ya," ucap Rylie singkat.

Anehnya rasa dingin yang seharusnya hanya terasa di kening malah seperti terasa di tulang belakangnya saat mendengar kata-kata pemuda itu. Rasa aneh yang tidak bisa dijelaskan hingga membuat Rylie berdeham pelan lalu melirik ke arah lain. Pipinya langsung memanas kala ketahuan sedang memandangi pemuda itu beberapa saat lalu. Namun, dia memang harus mengatakannya ketimbang hidupnya jadi tenang karena pikirannya berjejal dengan pertanyaan yang tidak akan bisa dijawab sendiri olehnya.

"Kenapa kamu baik banget?" tanyanya akhirnya.

"Aku enggak baik kok," sahut Ivar sambil mengangkat dua alisnya. Wajahnya lagi-lagi menunjukkan ekspresi serius seolah-olah pemuda itu memang serius dengan kata-katanya.

SweetTalkWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu