SweetTalker (19)

1.3K 312 31
                                    


Ivar belum melanjutkan pertanyaannya karena minuman yang mereka pesan sudah diantarkan ke meja. Pemuda itu mendorong gelas minuman itu ke arahnya, akan tetap Rylie belum menyentuhnya.

"Ry—"

"Var—"

Baik Rylie maupun Ivar tidak melanjutkan kata-katanya karena ternyata mereka mengucapkannya bersamaan. Tidak disengaja, akan tetapi membuat Rylie langsung malu dan memilih untuk menunduk.

"Kamu duluan saja, Ry!" kata Ivar.

"Enggak apa-apa?" tanya Rylie.

Dia tidak mau main lempar-lemparan karena tidak enak atau semacamnya. Ivar mau bicara, dia pun sama. Namun, Rylie tidak langsung bicara karena ada orang lain yang duduk di dekat mereka. Dia melirik sebentar pada satu orang siswa perempuan berjaket merah muda yang duduk di salah satu meja yang hanya berjarak beberapa langkah dari tempat duduknya sekarang. Kalau memperkirakan dari jaraknya sepertinya siswa itu tidak akan mendengar pembicaraannya. Selain itu ada earphone terselip di lubang telinga, hal yang membuat Rylie mendesah lega. Orang itu tidak akan mendengar pembicaraan antara dirinya dan Ivar.

"Iya, aku bisa nunggu kok."

"Kamu pasti kaget saat tahu kalau aku admin SweetTalk?" Rylie membuka obrolan dengan pertanyaan.

Ivar memutar bola mata lalu memiringkan kepala. "Well, iya. Aku enggak bisa bilang kalau aku enggak kaget."

"Maaf. Aku juga enggak pernah mengira bakal jadi seperti ini."

"Enggak ada yang bisa menebak kejadian di masa depan, sama seperti rahasia itu tidak pernah abadi."

"Dan dua-duanya terjadi padaku sekarang."

"Makanya wajar juga kalau kamu kaget saat semuanya terungkap," sahut Ivar cepat.

"Iya, aku tahu itu," gumam Rylie pelan.

"Terus kamu mau ngomong apa tadi?" Pemuda itu kembali mengarahkan obrolan, mungkin takut kalau Rylie melantur hingga pembicaraan ini melenceng dari arah yang seharusnya.

Rylie meneguk ludah lalu memilin-milin jemari di atas pangkuan. "Kamu kan sudah tahu kalau aku admin SweetTalk, aku mau minta maaf soal itu, Var."

"Minta maaf? Kenapa?"

Rylie menarik napas dan mengembuskannya perlahan-lahan. "Aku sudah manfaatin kamu saat kamu curhat sama MinTalk. Menjawab semua pertanyaanmu demi keuntunganku dan aku enggak tahu harus ngomong apalagi sekarang."

"Soal ini?" Ivar meraih ponsel lalu mengangkatnya hingga layar benda itu kini menghadap Rylie.

Jantungnya sepertinya melewatkan satu atau dua kali degupan kala melihat semua tulisanya di kanal direct message antara SweetTalk dan Ivar. Satu tangannya terangkat lalu mengusap tengkuknya yang mulai dingin. Dia benar-benar malu kala membaca pesannya sendiri di layar ponsel pintar milik Ivar. Sama sekali tidak terbayangkan bahkan dalam khayalannya yang paling liar sekalipun kalau dia harus membaca sendiri semua pesan memalukan itu.

"Iya, itu. Maaf," sahut Rylie nyaris tanpa suara. Dia lalu menyembunyikan tangannya dengan menaruhnya kembali di atas pangkuan.

"Bagaimana kalau aku enggak masalah sama semua pesan-pesan ini?" tanya Ivar sambil menggoyangkan ponsel pintar di tangannya.

"Ya?" Rylie langsung mengangkat pandang dan menatap Ivar lekat-lekat.

Pemuda itu mengulaskan satu senyuman di permukaan bibir sambil menaruh ponselnya ke atas meja. "Iya, aku serius. Aku enggak masalah dengan semua ini."

SweetTalkWhere stories live. Discover now