SweetTalker (20)

1.4K 304 51
                                    

Jemarinya meraih cokelat batang yang diberikan oleh Ivar. Dia membuka pembungkus kertas yang membalut dark chocolate ukuran jumbo itu. Hanya saja, dia tidak segera membuka wadah cokelat itu. Pikirannya masih melayang teror di akun instagram pribadinya dan akun SweetTalk yang masih berlangsung. Hujatan netizen terus mengalir dan perundungan siswa lain masih tetap terjadi. Rylie mendesah lalu membuka kertas pembungkus cokelat pemberian Ivar beberapa hari lalu. Ngomong-ngomong soal Ivar, dia jadi ingat pada pertanyaan yang dilontarkan oleh Ivar kemarin. Sampai sekarang dia tidak punya jawaban untuk semua pertanyaan yang pemuda itu berikan.

"Kamu enggak mau bagi-bagi cokelatnya?"

Rylie langsung mendesah, tidak mengharapkan lagi gangguan untuk hari ini jadi dia langsung menoleh sambil bersiap untuk pergi dari kelas. Akan tetapi, dia tidak jadi berdiri karena ternyata Ivar yang berdiri di ambang pintu. Pemuda itu kini tersenyum padanya dan berjalan masuk. Ivar juga langsung menarik satu kursi sepertinya hendak duduk di dekat meja Rylie.

"Jangan ke sini!" pinta Rylie sambil buru-buru menelungkupkan tubuhnya di atas meja, benar-benar berharap agar Ivar tidak melihat tulisan memalukan yang menempel di sana.

"Kenapa?"

"Pokoknya jangan!" ketusnya.

"Yaah, aku kecewa nih. Padahal aku nungguin lama banget di depan kelas dan baru tahu kalau kamu enggak keluar."

"Kenapa?"

"Kan kamu punya cokelat jadi aku nunggu."

"Itu bukan alasan tahu!" gerutu Rylie.

"Kalau begitu kamu mau alasan lain, misalnya aku sengaja nungguin kamu?" tanya Ivar sambil memiringkan kepala. Senyuman di bibirnya semakin merekah.

Rylie mendengus dan tidak ingin menanggapi lebih lanjut. "Kamu mau cokelatnya?"

"Kalau boleh!" Ivar mengedipkan mata lalu bergerak mendekat ke meja Rylie.

"Boleh kok. Ini juga dari kamu."

"Eh, serius?" Kelopak mata pemuda itu melebar hingga manik matanya terlihat membulat.

"Iya."

"Aku bisa bintitan kalau meminta lagi cokelat yang kuberikan ke kamu," keluhnya.

"Itu mitos!" kata Rylie sambil terkekeh pelan.

"Iya, aku tahu kok," sahut Ivar sambil ikut tertawa.

Saat Ivar sudah semakin dekat, Rylie menaruh tasnya di atas permukaan meja untuk menutupi tulisan memalukan yang tertulis di sana. Setelah itu, dia mengulurkan cokelat batang itu di meja sementara Ivar terus menatapnya. Hal yang membuat tangan Rylie gemetar dan membuat rasa malunya muncul lagi—sialnya kali ini lebih besar dari sebelumnya.

"Kamu tahu enggak, Ry?"

"Tahu apa?"

"Kamu enggak perlu menutupi tulisan di meja itu."

"Kamu mau baca?" tanya Rylie sambil mengulurkan potongan cokelat ke tangan Ivar.

Ivar menggeleng. "Ya, bukan."

"Lalu?"

"Buatku tulisan-tulisan ini enggak penting. Yang terpenting adalah kamu."

"Gombal!" sahut Rylie sambil terkekeh pelan.

"Aku serius."

"Jangan bercanda deh!" sangkalnya.

"Aku tegaskan sekali lagi, aku bersungguh-sungguh, Rylie. Baik kemarin atau hari ini, kamu penting buatku."

SweetTalkWhere stories live. Discover now