SweetTalker (33)

1.7K 293 45
                                    

Dia tidak tahu berapa lama waktu berjalan ketika akhirnya pintu ruangan itu terbuka. Mungkin sudah malam atau malah pagi sudah datang. Suara langkah kaki seseorang terdengar mendekat. Namun, Rylie tidak peduli. Satu hal yang dipikirkannya sekarang adalah keluar dari tempat ini dan melarikan diri sejauh-jauhnya. Jadi dia buru-buru bangun dan hendak berlari kala seseorang memegang tangannya.

"Kamu enggak apa-apa kan, Ry?"

Suara dan ekspresi Ivar nyaris terlihat khawatir. Akan tetapi, Rylie tidak percaya dengan kekhawatiran palsu yang muncul di wajah pemuda. Semua yang menimpanya adalah salah pemuda itu. Semua ini gara-gara Ivar.

"Aku nyariin kamu dari tadi."

"Kenapa? Mau mastiin aku udah mati atau belum?" sahut Rylie galak.

"Kok mati sih?" tukas Ivar tenang. "Kita ke UKS sekarang ya!"

Rylie menepis pegangan Ivar. "Enggak perlu!"

"Ry, kamu terluka!"

"Enggak usak sok baik, semua ini pasti ulahmu kan?

"Apa maksudmu? Ulah apa?" Ivar kembali menarik tangan Rylie.

"Terus sekarang pura-pura bego!" sahut Rylie ketus. "Lepasin deh!"

Rylie langsung berlari keluar dari ruangan itu. Tidak peduli dengan Ivar yang terus memanggilnya. Rasanya muak melihat kepura-puraan pemuda itu. Sok pahlawan padahal Ivar adalah dalangnya. Benar-benar menyebalkan.

Oke, kalau pilihan ada padanya maka dia akan melakukan sesuai pilihannya. Tungkainya terus melangkah cepat melewati halaman sekolah, mengabaikan semua orang yang menatapnya. Rylie meraih ponselnya dari saku roknya dan mulai menyalakan live instagram di akun SweetTalk.

"Hai, aku Rylie Dewantari, admin SweetTalk yang selama ini kalian benci!" katanya dengan napas memburu dan tungkainya terus berlari.

Penonton yang menyaksikan siaran langsungnya semula hanya satu lalu meningkat jadi belasan lalu ke puluhan. Dia melihat nama Adel juga tertera di layar. Mungkin gadis itu juga ikut menekan tombol love di layar ponselnya. Penonton siarannya sudah hampir menyentuh angka ribuan kala dia menaiki anak tangga dan berlari mendaki setiap bagiannya.

"Seperti yang kalian lihat, aku hampir sampai di atap sekolah," katanya setelah akhirnya memijak anak tangga terakhir. "Ini tempat meninggalnya Sofi, gadis kesayangan kalian."

"Coba tebak, apa yang akan kulakukan?" katanya lagi.

Rylie berjalan mendekat ke pagar pembatas dengan ponsel di tangan. "Kalau kalian menebak aku bakal lompat dari sini—" Rylie tersenyum. "Kalian benar, seratus buat kalian. Pintar deh!"

Satu telepon masuk memotong acara live-nya. Nama Ivar tertera di layar. Akan tetapi, Rylie buru-buru menekan tombol untuk menolak sambungan telepon. Ivar menghubunginya berkali-kali, akan tetapi Rylie terus me-reject panggilannya. Ivar juga mengirim pesan berkali-kali, akan tetapi Rylie enggak membukanya. Pemuda itu ternyata belum menyerah, sekarang dia menaruh komentar di tengah komentar lain yang menyemangatinya untuk segera mati.

Ivar: Jangan gila, Ry! Cepat turun sekarang!

Rylie sekarang sudah sampai di dekat pagar pembatas. Dia belum naik meski banyak komentar yang tidak sabar menunggu aksinya. Matanya sembab dan air matanya jatuh satu persatu. "Sebelum mati, aku mau cerita sedikit, boleh kan ya?"

Jawaban di kolom komentar rata-rata mengeluhkan soal dirinya yang lambat, ingin segera melihat aksi mendebarkan dan ingin melihatnya mati. Sebagian lagi, menghujatnya sambil mengatakan kalau sekarang dirinya hanya mencari perhatian dan panjat sosial saja. Rylie tersenyum kecut, pada akhirnya orang-orang di dunia maya hanya menyimpulkan begitu saja. Orang putus asa artinya panjat sosial, orang curhat diartikan cari perhatian, orang mengeluh mau mati malah disemangati agak disegerakan.

SweetTalkWhere stories live. Discover now