SweetTalker (25)

1.1K 261 25
                                    


"Kok senyum-senyum sendiri, lagi lihat apa sih?"

Rylie mengangkat pandang dan menatap Ivar yang entah sejak kapan terabaikan. Dia lalu mengulurkan ponselnya pada pemuda itu. "Coba lihat ini!"

Ivar mengambil ponsel dari tangan Rylie dan menyipitkan mata untuk membaca berita di layar. "Ini semua berita tentang kamu?"

Rylie mengangguk beberapa kali dengan senyuman mengembang di bibirnya. "Keren kan beritanya, admin SweetTalk ternyata adalah malaikat tanpa sayap?"

"Iya. Aku cuma enggak paham, kenapa ini judulnya donasi dan kegiatan amal, pencitraan atau ketulusan? Kamu berdonasi atau gimana?"

"Ah, itu. Aku memang berdonasi lewat yayasan Mama."

"Huh?" Ivar sekarang menatap Rylie lekat-lekat. Lipatan di keningnya langsung menggandakan diri.

"Mama yang ngajakin."

"Sejak kapan? Kok aku enggak tahu?" tanyanya menuntut.

Rylie tersenyum lagi. "Kalau kamu tahu nanti jatuhnya beneran pencitraan dong!"

"Oke, lalu?"

"Jadi Mama memang punya yayasan amal gitu terus aku disaranin buat ikutan acara bakti sosial gitu sampai donasi juga."

"Buat perbaikan image?" potong Ivar cepat. Sepertinya pemuda itu masih mencoba mencerna penjelasan yang diberikan padanya. Memang cerita Rylie hanya setengah-setengah jadi mungkin membingungkan.

"Semacam itu. Aku ceritain deh," katanya.

Setelah Ivar mengangguk setuju, Rylie kemudian menceritakan perihal donasi yang dilakukannya bersama orang tuanya hingga membuat akun-akun yang membela SweetTalk kini menggunggah banyak hal positif tentang dirinya serta muncul ulasan yang baik juga di portal berita online.

"Jadi semuanya dimulai dari tagar itu?" tanya Ivar di sela-sela.

Rylie mengangguk. "Benar. Karena tagar savesweettalk itu jadi Mama pikir akan bisa dimanfaatkan untuk kebaikanku."

Ivar mengangguk lagi, sepertinya mulai paham semua cerita secara keseluruhan. Memang benar, semuanya dimulai dari saran Ivar, teguran Papa dan solusi dadakan dari Mama malam itu. Memang secara umum tagar savesweettalk membuat masalah ini tidak kunjung mereda dan membuatnya semakin runyam saja. Hanya saja, dampak yang muncul itu jadi cukup efektif untuk jadi parameter dalam menilai situasi seperti kata Ivar, baik yang pro ataupun kontra.

Puluhan testimoni terkumpul selama beberapa hari belakangan, meski banyak juga yang tetap menghujatnya. Hanya saja, dia percaya kalau tidak ada publikasi yang jelek. Berita buruk pun tetap memberikan exposure yang layak. Karena semua sudah sangat runyam sejak tagar itu disebar maka Rylie hanya perlu memanfaatkan situasi ini untuk berbalik ke arahnya seperti rencana awal. Lagi pula, tagar itu juga membuat persoalan ini selalu trending sehingga ada perkembangan setiap hari.

"Kurasa aku cukup berhasil meski banyak akun haters juga," ucap Rylie mengakhiri cerita.

"Tenang saja, kalau kata Charlie Puth, haters follow me like twitter!" tukas Ivar.

Kata-kata Ivar membuat Rylie terkekeh pelan. "Kamu benar."

"Nah, jadi bukan masalah kan. Kamu tinggal berguru sama Abang Charlie!" Pemuda itu juga ikut tertawa.

Pada dasarnya, keberadaan kaum pahit ini tidak bisa dihindari karena mereka akan mengikuti jejak digital yang ditinggalkan olehnya. Meski dia tidak meninggalkan jejak sekalipun, kaum-kaum kurang kerjaan semacam ini pasti akan ada. Entah di dunia nyata atau maya.

SweetTalkWhere stories live. Discover now