SweetTalker (27)

1K 266 50
                                    


Katanya untuk memulai penyelidikan maka diperlukan beberapa faktor utama. Faktor itu antara lain, ada kasus, korban, saksi, tersangka dan tentu saja ada bukti. Tersangka untuk kasus Sofi adalah dirinya sendiri. Hal yang bertambah dari kasus ini adalah segerombolan orang yang potensial untuk jadi saksi dalam urusan kematian Sofi ini, sekaligus jadi tersangka dalam kasus teror dan blackmail yang diterima selama lebih dari sebulan terakhir yaitu Fighter G atau K itu, anggota tim basket sekolahnya.

Sialnya, dia malah belum mendapatkan bukti apa pun. Urutan kejadian yang dibuatnya tadi juga cuma sekedar rentetan kejadian. Soal koneksi antara korban dan Fighter G atau K juga hanya sebatas hipotesis saja. Dia bahkan belum bisa menentukan identitas yang tepat.

Oke, bagian identitas Fighter G atau K ini bisa menunggu. Namun, pencarian bukti ini tidak boleh ditunda-tunda mengingat hari menuju petisi pasti akan segera mendekat. Kemungkinan terburuk dari masalah adalah mungkin dia akan dikeluarkan. Rylie menggeleng, dia tidak bisa membiarkan masa depannya hancur begitu saja tanpa sempat melakukan apa pun. Kalaupun dia mendapatkan semua opsi terburuk pun, setidaknya tidak sampai menyesal karena tidak melakukan apa pun.

Rylie mengetuk permukaan meja dengan ujung jari sambil mencoba mengingat-ingat semua hal yang dilakukannya selama ini. Semua metode yang dilakukannya tidak ada yang salah, hanya saja entah mengapa dia seperti berada di dalam pusaran tanpa ujung. Mungkin karena sibuk menyelesaikan masalah ini dan menjaga citranya tetap baik membuatnya melewatkan sesuatu. Hal yang mungkin jadi inti semua masalah ini, fakta mengenai mendiang Sofi, adik kelas yang tidak pernah dikenalnya di dunia nyata meski ada di sekolah yang sama. Hal yang terlupakan karena sibuk mencari pembenaran, alasan Sofi bunuh diri. Alasan paling krusial yang mendorongnya untuk menghabisi nyawanya sendiri, bukan soal perceraian atau curhatannya di SweetTalk.

Oke, dia memang salah karena menanggapi curhatan Sofi di instagram. Tapi, bagaimana jika saran SweetTalk ini hanya faktor kesekian yang mendorong Sofi untuk mengakhiri nyawa? Karena faktor kesekian ini makanya keluarga Sofi tidak menuntut apa pun makanya pihak kepolisian memilih mengakhirinya sebagai kasus bunuh diri. Selain Papa dan pengacaranya juga bergerak di belakang, pasti alasan ditutupnya kasus itu karena kurangnya bukti. Mungkin ini juga alasan Fighter G mendesaknya, orang ini menginginkan bukti yang valid untuk menjatuhkan hukuman. Tapi, bagaimana jika sebenarnya ada hal yang tidak diungkapkan keluarga dan orang terdekat Sofi ke publik?

Hal yang jadi alasan mendasar, selain perceraian dan curhatan. Mengingat, dia masih tidak bisa memahami alasan Sofi mengartikan sarannya sebagai bunuh diri. Padahal tindakan spektakuler untuk mencegah perceraian ada banyak, bisa melalui prestasi atau membuat acara makan malam untuk orang tuanya atau hal lain untuk menyatukan kembali mereka kembali. Kalau katakanlah hal spektakuler paling drastis dan negatif yang bisa dilakukan maka lari dari rumah lebih masuk akal ketimbang terjun dari atap.

Lagi pula, apa gunanya dia melakukan tindakan sedrastis itu untuk mencegah perceraian dan rasanya Sofi tidak akan cukup bodoh untuk yakin jika tubuhnya akan baik-baik saja setelah terjun dari tempat setinggi itu. Kalaupun tidak meninggal maka kemungkinan dia akan mengalami cacat permanen. Lalu, apa gunanya orang tuanya tetap bersatu jika dirinya menderita? Memangnya perceraian orang tuanya masih jadi hal yang cukup penting untuk dipikirkan jika dirinya sudah sampai di alam baka lebih dulu seperti sekarang? Toh, orang tuanya bercerai atau tidak sama sekali bukan hal penting lagi karena Sofi tidak bisa menyaksikan semua itu.

Logikanya memang begitu, kan? Tapi, sebenarnya apa yang terlewat?

Rylie memiringkan kepala, mencoba mengingat informasi yang didapatkan dari Tante Nadia tempo hari. Sofi yang biasanya paling keras melawan mendadak tidak banyak bicara. Sofi memang sulit dihubungi sebelum meninggal, lama banget balas pesannya dan selalu bilang baik-baik saja. Lalu, sebelum meninggal kebiasaan makan Sofi berubah, biasanya enggak suka sayuran dan ikan, mendadak jadi suka banget sama tuna dan bayam.

Bagaimana kalau semua hal yang terasa tidak penting itu sebenarnya berhubungan dengan alasan yang dicarinya selamanya ini?

Namun, semua ini belum cukup. Kalaupun ada hubungan antara kebiasaan yang berubah dengan Sofi yang mendadak terjun dari atap, tanpa bukti yang cukup maka Tante Nadia atau siapa pun akan menuduhnya mengada-ada dan mencari pembenaran. Mereka akan dengan mudah mengatakan jika seseorang yang akan meninggal mungkin sedang berusaha meninggalkan jejak untuk diingat. Untuk sekarang, semua ini hanya dugaan saja. Jadi, dia harus mendapatkan bukti penting lain dan menyatukan semua fragmen ini. Dengan begitu maka dia bisa menemui Tante Nadia sekaligus mencari siapa pun oknum yang ada di balik akun Fighter yang senang menerornya itu.

Dia membuka ponselnya dan mulai berselancar ke dunia maya. Satu-satunya hal yang bisa dijangkaunya sekarang hanya akun sosial media milik gadis itu. Jadi Rylie membuka akun instagram Sofi untuk mencari informasi. Karena sekecil apa pun informasi yang didapat pasti tetap berguna. Jemarinya dengan cepat menggulir layar. Reaksi pertama yang muncul kala melihat feed instagram Sofi adalah mengernyit. Kalau diperhatikan sekilas memang terlihat normal saja dan memberikan kesan kalau pemilik akun menyukai karikatur, ilustrasi atau gambar-gambar artistik. Namun, kalau diperhatikan lebih seksama, gambar-gambar yang diposting oleh Sofi membuat bulu kuduk Rylie meremang. Gambar-gambar itu dipajang itu didominasi dengan ilustrasi soal kematian dan kepalsuan. Dari orang yang melepaskan wajahnya sendiri sampai orang yang menggantung diri hingga kepalanya menggelinding.

Rylie memilih mengabaikan gambar-gambar mengerikan itu dan menggulir layar lagi. Ada satu foto yang normal, Sofi yang berpose di kamarnya dengan bersandar di meja belajar. Namun, bukan foto Sofi yang menarik perhatiannya, akan tetapi beberapa botol putih yang ada di belakangnya. Rylie menyalin link postingan yang dia ingin lihat dan mengunduhnya agar bisa diperbesar. Setelah gambar terunduh, jemarinya menekan layar untuk membesarkan gambar itu untuk melihat lebih jelas. Dia terhenyak, benar-benar botol obat ternyata.

Rasanya dia belum pernah melihat botol obat bermerk seperti itu. Karena merasa tidak yakin, Rylie memilih mencari tahu dengan mengetik nama merknya di laman pencarian google. Keningnya berkerut lebih dalam kala menemukan spesifikasi obat yang dicarinya. Jadi, inilah alasan Sofi bunuh diri. Alasan yang terlewat dan terlambat dicari, hal yang mungkin membuat saran dari spektakuler dari SweetTalk jadi diartikan untuk mengakhiri hidup. Padahal, terlepas dari curhatannya si SweetTalk atau tidak, gadis itu tetap punya kemungkinan mengakhiri hidup. Inilah bukti dan penyatuan fragmen yang dicarinya sejak awal. Ya, Tuhan.

Rylie langsung bangkit dan mendorong kursinya menjauh. Mengambil jaket dan memakainya secara serampangan. Dia juga terburu-buru menjejalkan dompet ke dalam sakunya dan memelesat keluar dari kamar. Satu penemuan ini tidak boleh terlewat begitu saja. Baik, dirinya ataupun Tante Nadia, mereka semua berhak tahu kebenaran ini. Selain itu, dengan semua ini maka dia mungkin akan berdamai dengan keluarga korban dan mendapatkan kartu as untuk mengeluarkannya dari situasi ini.

"Kamu mau ke mana, Sayang?" tanya Mama begitu Rylie menuruni anak tangga.

"Ke rumah Sofi, Ma."

"Sekarang?"

"Iya."

"Tapi, sudah malam." Mama terdengar tidak suka.

"Masih jam segini, Ma," sahut Rylie sambil menggoyangkan arloji di tangannya.

"Mama antar kalau gitu, kamu tunggu dulu ya!"

Rylie menghentikan langkah sejenak. Kalau Mama mengantarnya maka wanita itu akan tahu perlakuan Tante Nadia padanya. Bisa jadi nanti malah menambah runyam masalah. Namun, karena sekarang sudah pukul tujuh malam, rasanya dia tidak punya alasan untuk menolak. Hanya saja, dia tetap tidak ingin mamanya tahu soal ini. Rylie memutar bola mata dan seketika satu ide mampir ke dalam kepalanya.

"Ivar jemput kok, Ma."

"Ivar? Cowok basket itu?"

"Iya, cowok itu yang itu," ucap Rylie sambil memesan taksi online. Dia ingin langsung pergi secepatnya jadi Mama tidak akan menyadari dustanya.

Mama terlihat berpikir sejenak lalu akhirnya mengangguk. Wanita itu memeluk Rylie dan mengirim ciuman sambil mengucapkan hati-hati. Rylie sendiri hanya berpamitan dan berjanji untuk langsung pulang begitu urusannya selesai. Dia juga mati-matian menahan perasaan karena telah berbohong. Dia harus ke rumah mendiang Sofi bersama bukti yang bisa menggerakkan Tante Nadia jadi dia tidak akan membiarkan siapa pun menghalanginya.

SweetTalkWhere stories live. Discover now