SweetTalker (21)

1.3K 293 32
                                    


"Rylie!"

Rylie yang masih mencoba mengerjakan soal kimia untuk mengalihkan pikirannya yang penat langsung tersentak saat seseorang memanggil namanya sambil menepuk punggung tangannya. Saat dia mendongak, matanya menemukan Ivar yang kini berdiri tidak jauh dari mejanya. Pemuda memoleskan senyuman dan menepuk kepala Rylie. Sementara itu, Rylie buru-buru menutup buku di depannya dan mendadak jadi waspada kalau ada teman sekelas yang melihat kedatangan pemuda itu. Ternyata, kelas ini sudah kosong dan sepi. Desahan keluar dari mulutnya, pasti teman-temannya sudah pulang karena bel pelajaran terakhir mungkin sudah berbunyi sejak tadi. Dia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri hingga tidak menyadari semua itu.

"Rajin bener, lagi belajar ya?" tanya pemuda itu.

"Enggak," kilah Rylie berbohong sambil mendorong bukunya ke tepian meja. Dia sendiri tidak tahu alasannya berdusta sekarang. Kalau dipikir ulang, mungkin tahu sedikit, Dia tidak ingin Ivar pergi karena merasa menganggu. Jadi dia buru-buru menorehkan senyum di bibirnya saat menatap pemuda itu. "Kamu sendiri ngapain di sini?"

"Aku tadi kirim chat ke kamu, tapi enggak dibalas. Jadi kupikir kamu masih di kelas."

"Eh iya?" tanya Rylie sambil buru-buru menggulir ponselnya. Kelopak matanya melebar sedikit kala menemukan pesan yang disebut Ivar kini mengambang di pop-up notification. "Ah, iya, kamu benar."

"Kupikir aku di-mute."

"Enggak mungkinlah!" sahut Rylie buru-buru.

Ivar menanggapinya dengan tawa pelan dan jemarinya kembali mengacak-acak rambut Rylie. "Aku lega kalau begitu. Jadi mau pulang sekarang?"

"Hmmm, Var."

"Ya?"

"Aku mau ngomong."

Rylie meneguk ludah dengan kepala masih menunduk sementara Ivar menggeser kursi. Setelah pemuda itu duduk, Rylie mendorong ponselnya yang masih menyala ke arah pemuda itu.

"Kamu coba lihat ini?"

Ivar meraih ponsel Rylie dan menggulirnya. Pertama-tama kening Ivar berkerut lalu kelopak matanya menyipit. Bibirnya kemudian menipis seiring dengan tangannya yang sibuk menggulir layar. Semua ekspresi yang terekam di wajah pemuda itu tidak luput dari pengamatan Rylie hingga membuatnya menautkan jari-jemarinya lebih erat dari sebelumnya. Semua tindakan Ivar diakhiri dengan satu gebrakan di meja dan pemuda itu langsung berdiri hingga membuat Rylie terkesiap.

"Benar-benar kurang ajar!" Ivar nyaris memekik. Rahangnya juga terlihat mengeras.

"Maaf," ucap Rylie dengan bibir gemetar.

"Eh, aku enggak marah sama kamu." Ivar buru-buru mengoreksi.

"Aku tahu."

"Dengar, isu semua bukan salahmu. Aku heran sebenarnya siapa yang ngelakuin semua ini?"

"Mungkin akun anonim Fighter K itu, Var."

"Siapa itu?"

Setelah Ivar kembali duduk, Rylie menarik napas lalu pelan-pelan menceritakan dari kejadian dari awal sampai akhirnya muncul teror dari akun anonim bernama Fighter G lalu Fighter K itu. Selama bercerita bibirnya terus-menerus berkedut pelan dan jemarinya tidak bisa berhenti bergetar, akan tetapi bongkahan batu yang menyesakkan dadanya pelan-pelan menghilang. Ada kelegaan aneh yang muncul setelah menceritakan semuanya pada Ivar.

"Jadi akun anonim?" tanya Ivar sambil mengetukkan ujung kuku di permukaan meja.

"Iya."

"Susah juga. Aku enggak punya kenalan yang bisa melacak Ip address pelakunya."

SweetTalkWhere stories live. Discover now