Ivar Side Story (3)

1.2K 230 16
                                    

Katanya depresi timbul karena produksi hormon kortisol yang berlebihan. Hormon kortisol sendiri adalah hormon yang diproduksi ketika manusia mengalami stres. Saat hormon ini dilepaskan dengan jumlah sangat banyak maka dapat menyusutkan sel saraf di dalam hippocampus otak. Efek lainnya, kadar kortisol yang berlebihan akan memperlambat produksi sel-sel saraf baru.

Hippocampus juga merupakan bagian otak yang terlibat dalam respons perilaku dan emosi. Selain itu juga berperan dalam insting dan perilaku untuk bertahan hidup, seperti mencari makan, reproduksi dan merawat keturunan, dan respon flight or flight (melawan atau melarikan diri) saat dihadapkan oleh situasi negatif atau pemicu stres. Jika bagian otak ini mengalami kerusakan maka penderita tidak memiliki keinginan untuk sekedar makan atau berinteraksi dengan orang lain. Persis seperti yang dilakukan Sofi sekarang. Gadis itu jarang makan dan menarik diri dari lingkungan. Sofi seolah-olah sedang berusaha menyusutkan ukuran tubuhnya dan bersembunyi dari dunia. Oleh karena itu, Ivar mencoba membujuk Sofi mengganti menu makannya. Setiap akhir pekan, dia mengajak Sofi untuk berbelanja dan membeli bahan makanan yang baik untuk proses penyembuhannya. Meski begitu, gadis itu belum menunjukkan tanda-tanda membaik.

Ivar juga pernah membaca jurnal yang menyebutkan kalau produksi kortisol yang berlebih akan membuat amigdala membesar dan jadi lebih aktif. Kerusakan amigdala ini akan menyebabkan gangguan tidur dan dalam jangka panjang akan membuat penderita akan menyakiti diri sendiri dan muncul keinginan untuk bunuh diri. Ivar tidak bisa melakukan self-diagnosis dengan mengatakan kalau amigdala sepupunya rusak, tetapi saat obrolan akhir-akhir ini mengarah ke sana maka mau tidak mau dia juga berpikir ke sana. Sofi punya tendensi untuk menyakiti diri sendiri bahkan mengakhiri hidupnya.

Semua hal yang dibacanya ini berkaitan dengan kondisi Sofi akhir-akhir ini. Dia membaca semua itu karena ada yang salah dengan Sofi, Ivar sudah tahu sejak awal. Sepupunya itu sering sekali kelelahan setelah sepulang sekolah dan sering sakit kepala. Sofi semakin suram seolah menolak semua kebahagiaan yang hadir untuknya. Sesi pertemuan setiap minggu dengan psikiater dan antidepressan yang dihabiskan gadis itu tidak membawa banyak perubahan. Bukan masalah, semua itu bagian dari usaha untuk sembuh karena Ivar paham kalau ada yang salah di dalam otak gadis itu.

Namun, perubahan yang muncul justru dari lingkungan Sofi. Orang tuanya yang seharusnya mendukung dan membuat anaknya bahagia kini mulai lelah. Mereka mengatakan kalau putrinya terlalu manja dan banyak menuntut. Ketika Ivar mencoba menjelaskan semuanya dan mencari jalan agar Sofi bahagia, dirinya hanya dicap sebagai anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Penjelasannya hanya berakhir pada kesimpulan kalau Sofi sudah waktunya dewasa dan Ivar seharusnya menasehati sepupunya.

Dia bergerak terlalu lamban saat mencoba memperbaiki dunia milik Sofi yanh sudah tercerai berai, tapi melupakan kalau hati gadis itu makin tercabik setiap harinya. Padahal Ivar tahu, Sofi akan semakin hancur kalau sendirian. Dirinya juga bukan alasan agar Sofi tetap bertahan dan tinggal. Dia juga tidak enak hati jika haris memaksa gadis itu untuk tetap hidup dengan alasan egois dirinya tidak mau ditinggalkan. Sofi sendiri tidak bahagia, bagaimana bisa dia menuntut untuk dibahagiakan, padahal sepupunya itu sedang membenci hidupnya. Jadi satu-satunya cara adalah membuat Sofi bahagia agar mau tinggal. Namun, Ivar tahu kalau semua itu mustahil. Dia pun sadar sepenuhnya jika gadis itu akan menghilang jika diabaikan. Lalu kesadaran itu memukulnya dengan telak ketika Sofi berdiri di atas atap. Andai saja dia lebih cepat.

Ivar ingat, dia memacu tungkainya dari lapangan basket menuju lokasi gadis tersayangnya. Kakinya terus melangkah dan dia mengabaikan debaran jantungnya yang menggila. Dirinya hanya perlu sampai di sana secepatnya. Saat akhirnya tubuh Sofi melayang turun dari atap sekolah, Ivar percaya kalau semua itu akibat indra penglihatan gadis itu yang memburuk. Bukankah ada study di Jerman yang menyebutkan kalau gejala penderita depresi adalah penurunan daya lihat, itulah sebabnya dunia selalu tampak kabur, buram, suram dan tidak menyenangkan untuk mereka. Salah satu efek fisik yang membuat penderita semakin sedih dan membenci dunia. Ivar ingin percaya kalau semua salah penyakit mental yang menyebalkan itu. Penyakit itu yang merenggut nyawa sepupunya. Sampai dia menemukan ponsel Sofi yang tertinggal di dalam tas. Satu pesan melayang di layarnya.

"Hai, SweetHeart, kamu baik-baik saja, kan?"

Satu pesan yang membuat Ivar menambah deret orang yang bisa disalahkan selain dirinya. Pesan yang memberikannya dorongan untuk memberikan pelajaran pada orang sok tahu yang membuat sepupunya pergi untuk selamanya. Dia ingin orang sok tahu ini merasakan hal yang dirasakan Sofi sampai ke tulang-tulang dan menyesalinya. Dia juga akan membuat orang itu sampai ingin mati karena hidup terlalu berat.




Sumber: https://www.healthline.com/health/depression/effects-brain#overview

SweetTalkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang