SweetTalker (23)

1.1K 248 12
                                    


Senja sudah turun kala Rylie sampai di rumah. Ivar hanya mengantarkannya sampai di depan gerbang dan menolak untuk diajak masuk. Awalnya dia mengira kalau papanya mungkin belum ada di rumah dan hanya khawatir saja karena dia belum pulang dari sekolah. Akan tetapi, dugaan Rylie salah. Papa ternyata sudah datang dan menunggunya. Pria itu mengatakan kalau bicara dengannya begitu Rylie masuk ke dalam rumah. Mungkin Papa sudah tahu soal permintaan maaf di akun SweetTalk itu dan ingin mengobrol dengannya soal. Dari ekspresinya, papanya memang terlihat sedang kesal jadi Rylie meminta waktu untuk mandi dan beristirahat sebentar sembari menata hati untuk menghadapi situasi.

"Jadi mau ngobrol soal apa, Pa?" tanya Rylie begitu membenamkan pantat di permukaan sofa untuk bergabung dengan orang tuanya.

Papa berdeham pelan lalu menaruh cangkir teh di tangannya kembali ke tatakan. Pria itu lalu menatap Rylie lekat-lekat hingga membuatnya merasakan firasat super buruk. Pembicaraan ini mungkin akan memicu pertengkaran yang jarang sekali terjadi. Namun, Rylie tidak punya pilihan selain menghadapi situasi ini.

"Papa sudah lihat kalau kamu mengunggah permintaan maaf di akun instagram SweetTalk," ucap pria itu memulai. "Kamu yang posting?"

"Benar, Pa," sahut Rylie dengan kepala menunduk, sementara jemarinya saling memilin di atas pangkuan.

"Kamu bisa jelaskan sama Papa kenapa kamu ngelakuin itu padahal Papa sudah bilang buat enggak buka-buka SweetTalk lagi? Apa susahnya sih kamu fokus sekolah dan belajar saja tanpa main-main dengan sosial media?"

Rylie meneguk ludah lalu menggaruk pelipis, pertanyaan dan kritikan pedas itu akhirnya datang juga. Sialnya, Ryle tidak pernah siap dengan pertanyaan semacam ini karena mendadak di merasa kalau semua keputusannya salah. Semua ini memang kesalahannya, dia seharusnya belajar dan sekolah saja dengan benar seperti kata papanya. Akan tetapi, waktu tidak bisa diulang untuk sekedar memperbaiki kesalahan, jadi dia memang hanya harus menyelesaikan semuanya lalu belajar dengan benar seperti kata orang tuanya.

"Kan Rylie pernah bilang kalau ada akun yang meneror Rylie, Pa."

"Cuma itu? Bukannya itu sudah dibahas tempo hari. Papa pikir kita sudah sepakat saat itu," lanjut pria itu tanpa menaikkan nada suaranya hingga membuat perasaan bersalah yang sejak tadi menekannya jadi lebih berat.

"Papa tahu kalau Rylie enggak akan ngelakuin semua ini tanpa alasan, kan?" Mama menimpali.

"Papa tahu makanya ini Papa mau tanya sama Rylie, Ma," sambung Papa cepat. Sepertinya Papa sedang tidak ingin dibantah dan ingin langsung saja pada inti pembicaraan.

"Iya, Mama dengarkan saja dulu deh," sahut Mama mengalah. Wanita itu kemudian melirik Rylie lalu mengangguk. Mungkin semacam memberikan diam-diam memberikan dukungan.

Rylie mengembuskan napas sebelum bicara. Biasanya obrolan dengan orang tuanya sangat jarang berujung pada pertengkaran, akan tetapi jaminan itu bisa jadi tidak berlaku malam ini. Namun, dia harus mengatakan semuanya malam tanpa kecuali agar tidak ada kesalahpahaman nantinya karena dia tidak akan tahan kalau hubungan dengan orang tuanya memburuk.

"Rylie ikut saran Papa kok, cuma ternyata semua yang Papa katakan enggak sepenuhnya benar. Maaf, Pa," ucap Rylie akhirnya.

"Oke, kalau ucapan Papa enggak benar maka bagian mana?" Ada penegasan dalam suara itu. Papa mungkin tersinggung saat menerima kritik seperti ini.

"Papa benar kok kalau dunia itu enggak sesempit sosial media dan sekolah saja. Tapi, masalahnya dunia Rylie itu di sekolah dan semua hal yang terjadi di sosial media tetap memberikan dampak negatif ke kehidupan nyata."

"Dampak seperti apa?"

Rylie menarik napas lalu menatap wajah papanya lekat-lekat. "Rylie dibully di sekolah, Pa."

SweetTalkWhere stories live. Discover now