Ridiculousness

613 86 27
                                    

"Tidakkk..!"

.
.

"...."

Glek.

"...Mimpi?"

Dalam keheningan malam menjelang pagi, gadis bersurai keemasan itu terduduk dengan wajah ketakutan, keringat dingin tidak berhenti terus melewati pelipisnya yang basah. Seakan menggapai sesuatu, satu tangannya terulur ke depan.

"Hahh.. Hah..Hahh..." Athanasia memegangi kepalanya gelisah, bekas air mata tampak di pipi nya yang pucat, nafasnya terengah-engah. Ia menarik napas dalam dan menghembuskannya.

Mendesis pelan mengingat mimpi buruk yang kembali menerjangnya. "Bayangan..itu lagi.." ia menyandarkan punggungnya ke belakang, menatap hampa.

"Kenapa dia selalu datang, dan mengatakan aku jahat? Dia juga bilang aku 'meninggalkannya' ?" pegangannya pada selimut mengerat. Athanasia tidak tau apa maksud dari mimpi serupa yang terus datang kepadanya, terlebih lagi...

"Bayangan itu.." ia menggigit bibir bawahnya, "..kenapa harus serupa dengannya.."

"Kenapa.., harus mirip dia?" bibirnya bergetar, mengetahui bahwa orang yang dulunya paling berharga bagi Athanasia mengunjunginya dalam mimpi dengan wujud menyeramkan. Membuat gadis itu dilanda perasaan kecewa dan sedih.

Ia menyembunyikan wajah di kedua lututnya, terisak. "..semasa hidup, ibu tidak pernah berteriak sekalipun padaku.., apa ibu marah karena aku tidak menuruti ayah..?" ia semakin terisak, hatinya tidak kuat jika harus bersikap baik pada pria yang sudah membuatnya menderita bertahun-tahun.

"Aku harap dia bukan ibu" ujarnya pelan penuh harap.

Athanasia tidak tau kemana harus berbagi keluh kesah, Lucas yang ia harapkan bahkan sudah tidak lagi mengingatnya. Abigail juga tidak datang semenjak ia kembali ke mansion. "..aku kesepian.."

Perasaannya campur aduk. Suasana ruangan gelap kembali hening.

Tuk. Tuk.

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan, perhatiannya tertuju pada kaca pintu balkon yang berbunyi dua kali, Athanasia memilih mengabaikannya dan kembali menyembunyikan wajahnya.

Bukan, suaranya bukan seperti orang mengetuk, melainkan suaranya seperti ujung dari sebuah benda runcing yang diketuk pada permukaan kaca.

Tuk. Tuk.

Suara itu kembali berbunyi, Athanasia mendongak sedikit. "..Siapa?" maniknya melirik jam.

"Masih jam 6 pagi, orang iseng?"

Tuk. Tuk. Tuk.

Ketukannya cepat tidak sabaran, lantaran tidak ada respon dari pemilik kamar. Athanasia mengernyit bingung, kakinya mulai melangkah mendekati pintu balkon. Satu tangannya terulur membuka kain gorden yang menutupinya, perlahan ia membuka kunci pintu dan keluar.

Gadis itu membasahi bibir bawahnya, "sudah aku duga pasti orang iseng" berdecil kesal, saat akan berbalik maniknya terpaku pada sebuah surat yang sudah ada di sudut pagar balkonnya. "Surat..lagi..?"

Tanpa ba bi bu ia langsung membuka surat itu. Ya, seperti yang dia duga. Surat ini berasal dari sosok yang sama. Orang yang sama sekali tidak dia kenali dan tidak pernah dia tau. Tersenyum tipis.

[Kau bersedih lagi? Bukankah kau sudah terlalu sering melakukannya? Aku mengirimi mu surat agar membuatmu tidak merasa kesepian.

Ps : lihatlah bulan jika kau kesepian, tataplah matahari ketika harapanmu musnah.

VERGADERINGWhere stories live. Discover now