Puddle

432 33 17
                                    

23-01-2022
___________

Malam ini tidak seperti biasanya, tempat ini membuat Athanasia rileks dengan pemandangan yang memanjakan mata, beban pikirannya sedikit terangkat hanya dengan melihat kelap- kelip lampu kota tepat di bawahnya. Gadis itu memotong steak dan perlahan dimasukkan ke mulut. Tanpa disengaja,  gadis itu bertatapan dengan iris emas milik Ijekiel.

Cukup lama mereka terdiam, hanya dengan wajah datar Athanasia dapat membuat dada pemuda itu seakan di pukul dari dalam, jantungnya terasa lebih cepat dari biasanya, yang tak disangka wajah merahnya tampak jelas oleh Athanasia. "Ijekiel? Kau tidak apa-apa?"

Sontak, Ijekiel terbelalak dan salah tingkah sendiri, dia tersenyum canggung. "Haha... tidak, saya hanya kepanasan."

"Kepanasan? Di tempat ber-AC seperti ini?" ujar gadis itu bingung, "dan Ijekiel, sudah berapa kali kubilang jangan bicara formal padaku, kan?" ujarnya lagi dengan sedikit penekanan, sejak kembali, Athanasia sering bertemu dengan Ijekiel karena pekerjaan mereka dan dengan itu pula hubungan mereka semakin baik.

Prasangka Athanasia mengenai Ijekiel yang keras kepala dan suka mencari perhatian itu dia hilangkan jauh-jauh, semenjak dekat, gadis itu menyadari bahwa pemuda ini ternyata memang memiliki tabiat perhatian, sopan dan beretika. Lalu... Athanasia jadi merasa bersalah karena menghindarinya terlalu berlebihan dulu.

"Maaf, mengingat kau yang sekarang adalah atasanku, membuatku sedikit canggung." Ijekiel mempertahankan senyumnya, menautkan kedua tangannya di atas meja. "Oh ya, akhir-akhir ini kau tampak tak bersemangat, apa ada hal yang menganggu?"

"Tidak juga... hanya saja masih ada beberapa laporan yang belum—"

"Sudah, jangan dibahas. Bukannya kita sepakat untuk tidak ungkit pekerjaan di luar kantor?"

"Benar juga," Athanasia meminum air putih yang ada di samping piringnya, "ngomong-ngomong, kenapa kau tidak lanjut kuliah? Mengikuti Cabel dan Helena."

Pemuda itu angkat bahu, "tidak minat, lagian mau kuliah atau tidak, aku akan tetap berada di posisi ini juga, kan?" gadis itu mengangguk-angguk, cukup masuk akal walau sebenarnya memang terkesan buru-buru. Tapi, Athanasia sangat paham dengan itu.

Mereka kembali menikmati makanan masing-masing, sesekali gadis itu menelusuri tiap sudut ruangan yang dipenuhi dengan orang-orang yang juga makan disana, ruangannya elegan dengan desain warna hitam dan maroon, ditambah corak putih sebagai hiasan di bagian dinding hitamnya.

'Cantik.'

Meja mereka berada dipojok untuk melihat lebih jelas pemandangan di luar, jadi kebanyakan meja lainnya membelakangi posisi mereka, dan itu membuat Athanasia nyaman karena tidak ada yang akan memperhatikan.

Ijekiel yang mengajaknya kemari, karena hari ini dia diizinkan pulang lebih cepat, Athanasia menyempati waktu luangnya untuk menerima ajakan makan malam pemuda ini.

"Bagaimana hubunganmu dengan Lucas?" Hatinya tergerak saat mendengar nama pria itu, dan bisa-bisanya, perasaan Athanasia memburuk setelahnya.

"Apa maksudmu?"

"Kenapa kau bertanya balik, bukannya kalian dekat?" tanyanya, entah ada angin apa tiba-tiba Ijekiel menanyakan pertanyaan menyebalkan ini padanya, dan gadis itu berharap pembicaraan ini tidak berlangsung lama.

VERGADERINGWhere stories live. Discover now