Reluctant

780 112 41
                                    


.

.

.

.

.

◐◑◐◑

Suasana tampak damai dan tenang, cahaya yang masuk melalui jendela menyilaukan mata bagi yang melihatnya, angin sepoi sepoi yang masuk menerbangkan surai seseorang, membuatnya sedikit berantakan dan tampak kusut.

Ia berdecih pelan, karena sedari tadi dia menunggu mereka namun tak kunjung kembali, perutnya yang sudah berbunyi menjadi musik pengiring nya atas semua umpatan umpatan yang ia gumamkan.

"Mereka kemana sih? Aku sudah lapar nih, apa kantin sejauh itu? Jangan jangan mereka lupa padaku" Athanasia mendengkus kesal, ia beranjak berniat menyusul ketiga temannya yang pergi entah kemana.

Karena bingung harus pergi kemana ia lebih memilih ke perpustakaan.

Setelah jam istirahat adalah jam kosong, karena para guru mengadakan rapat untuk ujian akhir semester nanti, jadi Athanasia bisa meluangkan waktunya untuk membaca buku.

Ia menyusuri rak rak buku, matanya terpaku pada satu buku bersampul hitam, karena letak buku itu terlalu tinggi ia tak dapat menggapai nya.

"Uhh kenapa tinggi sekali sih" karena kesal Athanasia memanjat bagian rak bawahnya untuk menggapai rak atas.

Akibat kecerobohannya, ia hilang keseimbangan dan jatuh ke bawah, tapi hal pertama yang rasakan bukan rasa sakit, melainkan...

"Empuk?" ia menunduk ke bawah, alangkah kagetnya mendapati seorang pemuda yang sedang menopang tubuhnya hingga terjatuh.

"Eehh!! Ma-maafkan aku Ijekiel! " Athanasia langsung berdiri dengan wajah merah karena malu.

"Tidak papa Athanasia, kebetulan aku juga ingin mengambil buku yang sama" Ijekiel tersenyum simpul, ia merasa senang karena dapat berduaan dengan sang pujaan hati.

Pria itu terus memperhatikan gerak gerik Athanasia yang tampak menggemaskan di matanya.

"Kau ingin mengambil buku ini kan? " Ijekiel menyodorkan buku itu, Athanasia menerimanya dengan senang hati.

"Terima kasih Ijekiel, bagaimana kalau kita membaca buku bersama?" Athanasia menawarkan hal yang dapat membuat hati pria itu berbunga bunga tanpa sepengetahuannya, ia merasa lebih dekat dengan sang pujaan hati.

Pria itu mengangguk senang.

Mereka duduk di salah satu pojok ruangan.

"Athanasia" gadis itu mendongak.

"Ya?" melihat Athanasia meresponnya Ijekiel tersenyum menawan.

"Aku senang kita bisa menghabiskan waktu berdua seperti ini" Athanasia bingung, dahinya berkerut, pria itu menatap dalam iris sapphire gadis di depannya, tangannya terulur untuk menyeka beberapa anak rambut Athanasia ke belakang.

Athanasia sedikit terkejut, ia bungkam beberapa saat.

Mejanya cukup kecil, karena itu Ijekiel dan Athanasia tampak duduk berdekatan berhadapan, membuat lelaki itu semakin leluasa mendekatkan dirinya pada gadis itu.

A-apa maksudnya..?

"O-ohh te-tentu! Ki-kita kan teman, tentu saja aku juga senang menghabiskan waktu denganmu juga Ijekiel" Athanasia tersenyum canggung, ia sepertinya paham arah pembicaraan ini.

Ijekiel sedikit sedih karena Athanasia menganggapnya teman, tetapi tak menggoyahkan usahanya untuk mendapatkan gadis itu.

"Ya, kita adalah teman, dan kuharap dapat lebih dari itu" Ijekiel kembali membaca buku di tangannya.

VERGADERINGDove le storie prendono vita. Scoprilo ora