Hesitant

689 101 51
                                    

"Athanasia Caroline, huh? Nama yang bagus, Nona besar"

Srakk

"Jadi kau sudah lulus di sekolah itu? Bahkan anakku sendiri lebih memihak saingan bisnisku dari pada aku"

"Bodoh"

Srakk

Brakk!!

Tubuhnya bergetar, gadis itu diam tertunduk, menahan isak tangis yang ingin keluar. Athanasia sama sekali tidak ingin menatap ayahnya, terlalu takut untuk sekedar mendongak. Berkalut dengan perasaan tertekan yang kini ia rasakan, dadanya sesak naik turun.

"Siapa yang mengajarimu untuk berbuat konyol seperti itu?"

Tersentak, tubuhnya semakin bergetar. Iris sapphire itu berkaca kaca, meredup dengan gelapnya emosi yang kini menyelimutinya. Meremas roknya kuat Athanasia berusaha membuka suara.

"..M-maaf.." hanya kata itu yang keluar dari mulutnya, membuat Claude mengacak rambut frustasi, padahal dia berusaha untuk mengontrol emosinya tetapi karena melihat semua yang gadis itu lakukan kembali membuatnya naik pitam.

"Kembali ke kamarmu" ucapan dingin yang menusuk membuat Athanasia meringis, kakinya perlahan melangkah keluar ruangan, dengan harapan hancur tak bersisa, Athanasia hanya bisa menerima semua yang sudah diberikan kepadanya.

Claude menatap hampa pintu yang baru saja tertutup, menghela napas panjang.

"Benar benar, bagaimana caraku untuk berbaikan dengannya..? Melihat semua yang ia lakukan saja sudah membuatku emosi, ini sulit" menyanderkan kepalanya di bantal sofa, menatap redup langit langit kamar.

"Athanasia ya..."

Menutup kedua mata dengan satu lengan terletak di atasnya, pria itu menggigit bibir bawahnya kuat. Tangannya terkepal menampakkan uratnya yang membiru.

"Papa papa!! Atha buat mahkota bunga ini untuk papa!!"

"Mahkota bunga?"

"Iya! Atha buat sendiri lho, ini untuk mama juga"

"Mamamu masih istirahat di kamar, kau pergi saja kesana, jangan berlari nanti kau jatuh"

"Baik papa!!"

"Tunggu"

"Ya papa?"

"....Mahkotanya.."

"Ini!! Hehe, Atha sengaja buat yang besar buat papa, karena Atha sayang papa sebesar ini!!"

"Omong kosong, pergilah"

"Bye bye papa!!"

Tangan besarnya menyentuh satu persatu sulur tanaman yang sudah layu, tidak lagi berwarna hijau segar melainkan berubah menjadi warna lebih gelap. Entah sudah berapa lama barang itu tersimpan, bunga bunga tidak lagi tampak untuk menambah kesan cantik padanya, tercium bau khas tanaman mati pada umumnya.

"..Apa aku bisa melihat senyum itu lagi..?" manik permata yang redup, dengan perlahan tangannya kembali mengusap lembut sisi per sisi mahkota lusuh di genggamannya.

"..Pa..Pa..ma..afkan...Ath..a.."

Tidak, tidak mungkin ia bisa kembali melihatnya.

Pria itu memegangi kepalanya, menggenggam kuat surai emas nya hingga beberapa helaian tercabut. Wajahnya memerah menahan emosi yang bercampur aduk dalam sanubari.

"Aghh!!!"

"Maaf Tuan, akibat benturan keras di kepalanya, terjadi gangguan pada beberapa saraf bagian otak yang menyebabkan mentalnya sedikit terganggu. Dan kemungkinan sebagian memori akan bercampur dengan ilusi yang terbuat dari rasa takut dalam dirinya.."

VERGADERINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang