Revulsion

697 98 73
                                    

Absen dulu kuy

Jangan lupa ★

Hati² banyak bacotan...
_____________________

Athanasia sedikit kesulitan membawa barang belanjaan di tangannya, lantaran memang kebutuhan yang ia beli cukup banyak. Membuat dirinya sedikit enggan karena semua uang yang digunakan merupakan uang kepemilikan sang ayah. Gadis itu berjalan tertatih-tatih, harus menyamai langkah Claude yang lebar membuatnya mendengkus.

Sedari tadi pria itu hanya mengikuti semua kemauan yang Athanasia inginkan, asal Athanasia puas dan suka ia tidak akan mempermasalahkan banyak biaya yang keluar. Claude memang tidak tau bagaimana cara memperbaiki hubungan, namun setidaknya ia bisa memuaskan putrinya.

Berbanding terbalik dengan Claude, Athanasia justru merasa risih. Ia bersyukur karena Claude tidak lagi bersikap seperti dulu tapi, semua penderitaan itu tidak bisa dihilangkan begitu saja kan? Hal yang Athanasia rasakan tidak lagi harapan yang bisa membuat ayahnya kembali menyayanginya. Namun justru perasaan benci dan muak yang terus melintas. Mendesis pelan.

"Ayah, aku ke toilet sebentar" ujarnya datar. Sedikit menunduk memperbaiki pegangan bungkusan.

Pria itu terdiam sejenak.

"...Baiklah, suruh beberapa pegawai disini untuk membawakan barang mu ke mobil"

Bahkan ia sama sekali tidak menawarkan bantuan, melainkan perintah? Cih, tidak gentleman sekali. Athanasia mengangguk singkat, berbalik badan memanggil beberapa pegawai. Disisi lain, manik permata itu menatap nanar punggung putrinya yang kian menjauh. Tangannya terkepal kuat.

"..Kenapa..?" Claude merasa heran ketika Athanasia memanggilnya tanpa rasa gugup. Perubahan cepat itu membuat Claude sedikit terganggu. Tidak, bukan itu yang ia inginkan. Claude ingin Athanasia menatapnya dengan penuh kelembutan dan memanggilnya hangat. Lalu, apa itu tadi?

Tatapan datar tanpa emosi, suara yang berat penuh penekanan?

Entah kenapa Claude ingin mengungkap semua perasaan kesalnya saat ini juga. Padahal dia sudah berusaha membuat gadis itu puas dan senang, tapi tetap saja setiap perubahan yang Athanasia tunjukkan sama sekali tidak pernah sesuai harapannya. Apa itu semua tidaklah cukup untuk membuat gadis itu kembali tersenyum?

Mengacak pelan rambutnya, langkahnya dipercepat. "..Ah...benar-benar.."

"...perasaan yang merepotkan" 

***

"Bagaimana perkembangannya?"

"Kepala investor sudah mengumpulkan beberapa laporan tentang pengembangan pabrik pangan yang baru saja anda kembangkan, Tuan" Felix, selaku orang yang menjadi tangan kanan sekaligus penjaga Athanasia kini tampak serius mengamati satu persatu informasi yang tertulis. Sejauh ini, semua yang ia lihat cukup baik, karena pabrik itu baru saja dibuat beberapa bulan lalu. Dan hanya dalam hitungan minggu pabrik itu sudah menjadi pusat pangan dunia. Namun, manik kelabunya terpaku pada satu kalimat yang membuatnya tersentak.

"Tuan.." ia mendongak, raut wajahnya tidak dapat diartikan. "salah satu pegawai disana mengatakan bahwa beberapa bahan pangan mengalami pembusukan hampir memenuhi seluruh pasokan yang sudah kita persiapkan jauh hari. Jika diperkirakan, maka hal ini akan terus berlanjut selama beberapa bulan ke depan. Karena akibat pembusukan, tanaman yang masih utuh juga tidak tumbuh dengan baik. Dan lebih dari 10% tanaman yang hampir penen mati" terdiam sebentar.

"Pembusukan? Apa ditemukan penyebabnya?" Claude bertanya serius. Seharusnya semua bahan itu masih segar, karena memang perawatan serta cara kerja para pegawai disana cukup telaten maka dipastikan hasilnya tidak akan mengecewakan, tidak lupa sedikit  pengawet diberikan agar bisa dijual kembali. Sejauh ini, semua pemasaran berjalan sangat lancar dan teratur.

VERGADERINGUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum