Disappear

808 176 48
                                    

.

.

.

.

.

∞∞∞

"Kau senang?" Ijekiel menyodorkan sebuah botol air kepada gadis itu, ia ikut duduk di sampingnya.

Setelah menaiki berbagai wahana permainan dan berjalan jalan mereka beristirahat di salah satu bangku taman di dekat sana.

Athanasia tersenyum simpul, dia meminum minumannya, pandangan mata nya kosong ke depan entah apa yang sedang ia pikirkan, gadis itu sama sekali tak membuka suara nya, pertanyaan pria itu sama sekali tak digubris.

"Athanasia?" Ijekiel menatap harap.

"Eh? Ah ya?" Athanasia mengerjap matanya beberapa kali, Ijekiel tersenyum maklum.

"Kau senang?" Athanasia terdiam sebentar, sebenarnya ia tak tau merasa senang atau tidak, dia hanya merasa... Biasa saja?

Entahlah...

Karena sepanjang perjalanan ia hanya menurut dan tidak terlalu merespon berlebihan, mengangguk, tersenyum, dan menggeleng.

Dia tersenyum simpul.

"Yah... "

Lumayan.

"Baguslah, aku turut senang jika kau senang bersama ku, kuharap kita bisa lebih dekat"

Ughh.. Athanasia merasa tak nyaman saat mendengar kalimat terakhir itu, dia merasa bersalah karena ia tidak akan mungkin membalas perasaan pria ini padanya, padahal dia sudah sebaik ini, Athanasia merasa malu dan canggung bersamaan.

"Ah ya..Ijekiel, hari sudah semakin gelap, bagaimana jika kita sudahi saja?" mendengar itu Ijekiel sedikit sedih, hari terasa begitu cepat membuatnya semakin ingin berlama lama dengan gadis itu.

Ia tersenyum paksa, lalu mengangguk pelan.

"Baiklah, aku akan mengantarmu pulang"

"Tidak usah sampai rumah, sampai persimpangan tadi pagi saja, aku akan mengabari Lucas untuk menjemputku" mendengar kata 'Lucas' membuat Ijekiel kesal.

Lucas lagi! Lucas lagi!

'Kenapa selalu pria itu!? '

"Tidak apa, aku akan mengantarmu sampai rumah, lagipula berbahaya bagi wanita jika ditinggalkan sendirian malam malam kan?" Ijekiel mencoba menolak dengan halus.

Athanasia yang kehabisan kata kata hanya diam, membuat Ijekiel kembali tersenyum.

"Ayo" Ijekiel mengulurkan tangannya.

"Ya" Athanasia menerimanya, ia berdiri dan dengan cepat pula ia melepaskannya.

"Kenapa dilepaskan? Kita bisa kembali bersama kan?" kakinya yang hendak melangkah terhenti, beralih menatap pria yang kini sedang memasang wajah polos tak berdosa.

Tap!

Baiklah.

Sekarang Athanasia mulai risih karena pemuda ini terus bersikeras, membuatnya jengkel karena Ijekiel terus memintanya seakan memaksa.

"Tidak Ijekiel, selagi aku masih bisa berjalan sendiri tidak usah" dengan senyum kikuk ia melambai pelan, Ijekiel sedikit merasa marah.

"Kenapa saat dengan Lucas kau mau bergandengan dengannya?" kali ini Ijekiel berujar serius, matanya menatap lekat iris biru langit gadis itu.

VERGADERINGWhere stories live. Discover now