s e m b i l a b e l a s

1.1K 149 41
                                    

"Dia tidur?" Tanya manager Shin yang baru saja sampai.

"Ne hyung. Aku hampir tak bisa merasakan tangan kiriku, aku kesemutan hyung," adu Kihyun. Manager Shin tertawa terbahak-bahak. Changkyun tidur dengan menggunakan telapak tangan kiri Kihyun sebagai bantal. Ini sudah berjalan cukup lama dan Kihyun kesemutan sekarang.

Kihyun cemberut melihat manager Shin yang justru tertawa di atas penderitaannya. "Biar hyung bantu," manager Shin mengangkat kepala Changkyun perlahan. Kihyun segera menarik tangannya.

"Aigoo lega sekali," Kihyun mengibas-ibaskan tangannya dan sesekali memijat tangannya itu. Manager Shin hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Kihyun.

"Baiklah, sekarang ayo kita makan," Kihyun mengangguk. Mereka berdua memulai acara makannya dengan khidmat.

^^

Pagi menyapa kota Seoul, Changkyun sedang memperhatikan langit dari jendela ruangannya. Ia sudah bangun sedari tadi. Ia juga masih berbaring dengan posisi miring, lukanya masih sedikit basah Changkyun tak berani banyak bergerak.

Tiba-tiba tubuh manager Shin menghalangi pandangannya. "Kihyun hyung... sudah pulang ya hyung?"

"Ya dia sudah pulang dari kemarin malam saat kau tidur," jawab manager Shin sambil memberikan tatapan mengintimidasi kepada Changkyun.

"Wae hyung? Jangan menatapku seperti itu, aku takut."

"Kenapa kau menyembunyikan soal penyakitmu padaku Changkyun-ah?" Tanpa basa-basi manager Shin langsung bertanya pada Changkyun.

"Penyakit apa yang kau maksud hyung?" Tanya balik Changkyun pura-pura tak tahu.

"Kanker otak stadium dua," datar manager Shin. Changkyun terkejut.

'Apakah Haneul hyung memberitahu manager hyung?'

"Katakan yang sebenarnya Im Changkyun, tak usah ditutup-tutupi lagi," tegas manager Shin setelah melihat keterdiaman Changkyun.

"Mian hyung, aku hanya tak mau merepotkan kalian semua dengan penyakitku. Tolong hyung, aku mohon jangan keluarkan aku dari grup. Biarkan aku bersama para hyungdeul sampai aku sudah tak sanggup untuk menari lagi," Changkyun menangis. Ia tak bisa membayangkan jika hal itu terjadi, ia sudah tak punya siapa-siapa lagi di sisa hidupnya ini.

"Changkyun-ah kami para managermu dan sajangnim sebenarnya sudah memutuskan untuk menyerahkan keputusan ini sepenuhnya kepadamu. Kau boleh hengkang dari grup dan fokus untuk berobat jika kau mau, atau jika kau ingin tetap berada di grup kami se..."

"Aku akan tetap berada di grup hyung hikss aku ingin tetap bersama hyungdeul jebal hikss," Changkyun segera memotong kalimat managernya.

"Kau yakin Changkyunie? Tidakkah kau punya keinginan untuk berobat? Masih ada harapan Changkyun-ah," manager Shin mendekat ke ranjang Changkyun.

"Tidak hyung hikss, biarkan hikss biarkan seperti ini. Aku hanya ingin bersama hyungdeul," Changkyun mengusap air mata yang mengalir di wajahnya.

"Arraseo arraseo, uljima hmm. Kau harus berjanji pada hyung, jangan menyembunyikan kesakitanmu seorang diri. Ada hyung yang siap menopangmu ketika kau jatuh," manager Shin tersenyum sambil mengusap surai Changkyun.

"Ne hyung aku berjanji, tapi hyung berjanjilah padaku juga," manager Shin mengernyitkan dahinya.

"Jangan pernah katakan ini kepada hyungdeul. Baik mengenai penyakitku ataupun mengenai kematian appa," Changkyun berusaha mengontrol tangisannya.

"Berjanjilah hyung," pinta Changkyun sambil mengangkat jari kelingkingnya.

"Baiklah hyung berjanji, berhentilah bersedih Changkyunie," manager Shin menyatukan kelingking mereka berdua. Ia kemudian mengusap pipi Changkyun yang masih terdapat bekas air mata.

Eternal Happiness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang